PEMBELAJARAN FIQH

 BAB 1

PEMBELAJARAN FIQH

 

A.    Fiqh

1.      Pengertian Fiqih

Kata fiqh secara bahasa adalah al-fahm (pemahaman). Pada awalnya kata fiqh digunakan untuk semua bentuk pemahaman atas al-Qur’an, hadis dan bahkan sejarah. Pemahaman atas ayat-ayat dan hadis-hadis teologi, dulu diberi nama fiqh juga, seperti judul buku Abu Hanifah tentangnya, Fiqh al-Akbar. Pemahaman atas sejarah hidup Nabi disebut dengan fiqh al-sirah. Namun, setelah terjadi spesialisasi ilmu-ilmu agama, kata fiqh hanya digunakan untuk pemahaman atas syari’at (agama), itu pun hanya yang berkaitan dengan hukum-hukum perbuatan manusia.

Oleh karenanya, hari ini kita mengenal definisi Fiqh sebagai:

Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’ah (agama) tentang perbuatan manusia yang digali atau ditemukan dari dalil-dalil terperinci. (al-jurjani, t.t.:216)

Fiqh disebut dengan ilmu atau pengetahuan, karena fiqh memang sebuah ilmu atau pengetahuan. Dengan pengertian ilmu berarti fiqh bukan agama, namun fiqh terkait dengan agama. Dapat dikatakan bahwa fiqh adalah salah satu ilmu agama, selain dari teologi (ilmu tauhid) dan tasawuf (imu akhlak islami). Fiqh disebut ilmu, karena fiqh menggunakan metode ilmiah dalam perumusannya, baik pada saat penemuan maupun pada saat penampilannya kepada Anda.

Kata ahkam, pada definisi diatas, adalah bentuk plural (jam’) dari kata hukm, yang artinya hukum. Dengan definisi “hukum”, fiqh adalah ilmu tentang seperangkat aturan. Bukan ilmu tentang sesuatu yang berupa zat. Sedangkan kata syar’iyyah secara bebas dapat diartikan bersifat agamawi. Maksudnya, hukum yang dibahas dalam fiqh adalah hukum yang berasal dari agama, yaitu dari kitab suci al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad.

Adapun kata ‘amaliyyah menunjukkan bahwa hukum  yang dibahas dalam fiqh adalah hukum perbuatan manusia atau tingkah laku manusia yang lahiriyah, yang terlihat, tidak menyangkut hukum keyakinan atau kata hati. Keyakinan dan kesadaran dibahas dalam ilmu lain, seperti teologi dan tasawuf. Namun demikian, hubungan fiqh dengan teologi dan tasawuf bersifat saling tergantung.

Kata al-muktasab, dalam definisi di atas, artinya yang diusahakan. Kata ini mirip dengan kata al-mustanbath, yang ditemukan. Kedua kata ini sering digunakan untuk mendefinisikan fiqh, karena fiqh pada dasarnya adalah hasil usaha para fuqaha’ dalam memahami syari’at. Usaha itu disebut ijtihad atau istinbath.

Kata adillah artinya dalil-dalil, atau rujukan. Sedangkan kata tafsiliyyah berarti yang terperinci. Maksud kata min adillah al-tafsiliyyah adalah ayat-ayat tertentu atau hadis-hadis tertentu secara khusus terkait dengan masalah yang dirumuskan hukum fiqhnya, bukan seluruh ayat maupun seluruh hadis.

 

2.      Sumber Fiqih

Sumber dari fiqh adalah Kitabullah dan Sunnah Nabi yang diolah sedemikian rupa melalui kerja keras (ijtihad) para ulama mujtahidin. Setiap hukum dari satu perbuatan, apakah wajib ataupun sunnah, harus berlandaskan pada al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Saw. Tidak semua ayat Qur’an atau hadis dapat dijadikan hukum fiqh, hanya ayat-ayat tertentu saja yang berkaitan langsung dengan masalah perbuatan manusia. Ayat-ayat lain, walau tidak menjadi sumber fiqh, ia berfungsi sebagai landasan filosofis bagi ayat-ayat hukum dan menjadi penopang kekuatannya.

Ayat-ayat al-Qur’an terbagi ke dalam tiga kelompok:

a.       Ayat-ayat yang berkaitan dengan keyakinan (i’tiqad)

b.      Ayat-ayat yang berkaitan dengan akhlak

c.       Ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum perbuatan, yang terdiri dari:

1)      Ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan do’a.

2)      Ayat-ayat yang berkaitan dengan mu’amalah, seperti: hukum keluarga, pidana, perdata, kenegaraan, ekonomi, dan sebagainya.

Adapun yang menjadi sumber bagi fiqh adalah ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum perbuatan, baik hukum-hukum ibadah maupun mu’amalah.

Sedangkan hadis, khususnya hadis-hadis hukum, menurut para fuqaha’, ia berfungsi sebagai:

a.       Penguat (ta’kid) hal-hal yang telah disebutkan hukumnya dalam al-Qur’an.

b.      Penjelas (tabyin, tafsil) ayat-ayat al-Qur’an yang sukar dipahami.

c.       Pembatas (taqyid) keumuman pengertian dari ayat-ayat al-Qur’an

d.      Penambah hukum baru, bagi hukum-hukum yang tidak disebutkan al-Qur’an.

 

3.      Fiqih sebagai Produk

Fiqh sebagai produk merupakan akumulasi (kumpulan, majmu’ah) hasil upaya para perintis Fiqh terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks dan madzhab-madzhab. Buku teks Fiqh merupakan body of knowledge (bangunan pengetahuan) dari Fiqh. Madzhab adalah aliran-aliran dalam pemikiran hukum Islam. Sejatinya, madzhab adalah pendapat atau metode seorang tokoh yang kemudian diikuti ulama lain. Perbedaan antar madzhab terletak dalam hal-hal yang bersifat furu’iyyah (hal-hal partikular dari fiqh), bukan pada masalah-masalah pokok.

Ada beberapa madzhab yang terkenal dalam Fiqh. Semuanya lahir di abad kedua dan ketiga hijriyah, yaitu:

a.       Madzhab ja’fariyyah dinisbahkan kepada Imam Ja’far al-Shadiq

b.      Madzhab hanafiyah dinisbahkan kepada Imam Abu Hanifah

c.       Madzhab malikiyyah dinisbahkan kepada Imam Malik bin Anas

d.      Madzhab syafi’iyyah dinisbahkan kepada Imam Syafi’i

e.       Madzhab Hanbaliyyah dinisbahkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal

f.        Madzhab zhahiriyyah dinisbahkan kepada Imam Dawud yang dalam ijtihad-ijtihadnya mengutamakan makna lahir (zhahir) dari nash (teks)

g.      Madzhab zaidiyyah  dinisbahkan kepada Imam Zaid.

Dalam fiqh sebagai produk, anda dapat mengenal kategori-kategori hukum perbuatan manusia. Ada lima kategori hukum dalam fiqh, yaitu wajib, mandub, mubah, makruh, dan haram. Penjelasannya sebagai berikut:

a.       Wajib atau fardhu artinya segala sesuatu yang bila dikerjakan akan mendapat pahala, sedang bila ditinggalkan akan mengakibatkan dosa.

b.      Mandub atau Sunnah atau mustahab adalah segala sesuatu yang bila dikerjakan mendapat pahala dan bila tidak dilaksanakan tidak berimplikasi dosa.

c.       Ibahah dan mubah berarti perbuatan yang tidak mendatangkan pahala bila dilakukan dan tidak mengakibatkan dosa bila ditinggalkan.

d.      Karahah atau makruh adalah sesuatu yang diberi pahala orang yang meninggalkannya dan tidak berdosa bila melakukannya.

e.       Haram adalah sesuatu yang diberi pahala orang yang meninggalkannya dan dikenai dosa orang yang melakukannya.

Dalam fiqh sebagai produk, sebagaimana terlihat pada buku-buku fiqh, setiap kali pembahasan suatu masalah selalu ada unsur-unsur berikut:

a.       Dalil/ayat dan hadis yang menjadi landasan hukum dari suatu permasalahan.

b.      Sabab atau sebab yaitu sesuatu yang keberadaannya dijadikan sebagai pertanda keberadaan sebuah hukum dan ketiadaannya merupakan pertanda tidak adanya hukum bagi sesuatu. Misalnya, sebab wajibnya shalat adalah masuknya waktu shalat. Dengan kata lain, datangnya waktu shalat, seperti fajar atau terbenamnya matahari menjadi sebab wajibnya shalat subuh atau maghrib.

c.       Syarat, yaitu sesuatu yang tergantung keberadaan hukum syara’ dan ia berada di luar hukum itu sendiri, yang ketiadaannya mengakibatkan tiadanya hukum. Misalnya, syarat shalat adalah wudhu, shalat dianggap tidak dilakukan bila tidak berwudhu dulu sebelumnya, namun wudhu bukanlah bagian dari shalat.

d.      Rukun, yaitu sesuatu yang harus ada dalam melakukan perbuatan hukum, bila tidak ada maka perbuatan menjadi tidak sah. Misalnya, membaca al-fatihah adalah rukun shalat, bila seseorang lupa atau sengaja tidak membaca fatihah, maka shalatnya tidak sah.

e.       ‘Azimah dan rukhsah. ‘Azimah adalah kewajiban-kewajiban, sedangkan rukhsah adalah keringanan meninggalkan kewajiban karena ada udzur / halangan.

f.        Sah, batal, dan fasad. Sah artinya terlaksananya perbuatan sejalan dengan aturannya, memenuhi syarat dan rukunnya. Batal dan fasad artinya perbuatan yang dalam pelaksanaannya tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan, atau tidak memenuhi syarat dan rukunnya. Kelima unsur itu yang dalam buku pelajaran fiqh disebut dengan kata “ketentuan” atau aturan. Kata “ketentuan shalat” sama artinya dengan syarat, rukun, sah, dan batalnya shalat.

 

4.      Fiqih sebagai Proses

Fiqh sebagai produk baik berupa buku teks maupun madzhab, memang penting, tetapi ada sisi lain dari Fiqh yang tidak kalah pentingnya, yaitu dimensi “proses”, maksudnya proses mendapat pengetahuan (ilmu) dan pemahaman (fiqh) itu sendiri. Dalam pengajaran Fiqh seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber belajar Fiqh yang paling otentik dan tidak akan habis. Dalam arti ini, fiqh adalah proses pergulatan antara realitas dan kitab suci yang berlangsung terus menerus. Artinya, selalu ada persoalan dalam kehidupan yang menuntut agama untuk meresponnya atau selalu ada hukum sesuatu yang perlu ditinjau ulang dengan pertimbangan perubahan realitas kehidupan. Proses ini melahirkan upaya penafsiran, yang dalam fiqh disebut ijtihad.

Diantara proses perumusan hukum (ijtihad) adalah qiyas, istihsan, istishlah dan istishhab. Istilah-istilah ini dalam ushul fiqh disebut juga metode ijtihad. Qiyas adalah model penalaran fiqh yang berasal pada analogi antara masalah baru dengan hukum yang telah ada dalam al-Qur an maupun sunnah. Istihsan merupakan metode ijtihad yang bertumpu pada penilaian atau anggapan baik atas sesuatu yang tidak tercantum dalam al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan istishlah adalah perumusan hukum yang didasarkan pada nilai manfaat dari sesuatu. Adapun istishhah merupakan metode ijtihad yang berpegang pada asas kedekatan masalah dengan al-Qur'an dan Sunnah, yaitu sesuatu yang tidak disebutkan al-Qur an dan sunnah pada dasarnya boleh kecuali ada dalil yang mengubahnya.

Bukan tempatnya di sini untuk membahas panjang lebar metode-metode ijtihad itu. Untuk pengayaan Anda dapat membaca ulang modul ushul fiqh atau membaca buku-buku ushul fiqh yang tersedia di perpustakaan. Yang perlu digarisbawahi pada bagian ini adalah keharusan bagi kita untuk menanamkan fiqh sebagi proses agar fiqh tidak terasa kaku dan mandeg. Menanamkan "fiqh sebagai proses" kepada anak didik dapat dilakukan dengan menyampaikan dalil atas suatu hukum setiap kali menyampaikan hokum sualfu perkara. Misalnya. Ketika Anda menyampaikan bahwa anjing itu binatang najis, Anda sampaikan bahwa hal itu seperti tercantum dalam hadis Nabi dan qiyas (analogi) kepada babi karena anjing memiliki kemiripan dengan babi.

Pemahaman atas Fiqh sebagai proses dapat mengantarkan Anda kepada pemahaman bagaimana dan mengapa timbul perbedaan pendapat atau madzhab di dalam fiqh, serta menuntuk adanya sikap atas perbedaan tersebut.

 

5.      Fiqih sebagai Sikap

Tujuan dari fiqh adalah menerapkan aturan-aturan atau hukum-hukum syari'ah dalam kehidupan. Sedangkan tujuan dari penerapan aturan-aturan itu untuk mendidik manusia agar memiliki sikap dan karakter taqwa dan menciptakan kemaslahatan bagi manusia. Kata "taqwa" adalah kata yang memiliki makna luas yang mencakup semua karakter dan sikap yang baik. Dengan demikian fiqh dapat digunakan untuk membentuk karakter.

Adapun karakter-karakter yang perlu ditanamkan kepada anak didik, yang tercakup dalam kata "taqwa" itu sebagai berikut:

a.       Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya

b.      Kemandirian dan tanggung jawab

c.       Kejujuran dan Bijaksana

d.      Hormat dan santun

e.       Dermawan, suka menolong dan gotong royong

f.        Percaya diri, kreatif dan pekerja keras

g.      Kepemimpinan dan keadilan

h.      Baik dan rendah hati

i.        Toleransi, kedamaian dan kesatuan

Penekanan "fiqh sebagai sikap" perludipcrkuat,karena kadang kalas eorang guru terlalu menitik beratkan pembelajaran fiqh pada "fiqh sebagai produk", yang oleh karenanya keberagamaan umat bersifat formalistis. Keberagamaan yang formalistis hanya memperhatikan aspek-aspek lahir dan kurang memperhatikan aspek jiwa, sehingga terasa kering bagi bathin manusia. Salah satu metode mengajarkan fiqh sebagai sikap adalah dengan mengemukakan hikmah-hikmah dari ibadah dan hubungan ibadah dengan sikap dalam hidup sehari-hari.

Penekanan fiqh sebagai sikap juga perlu dilakukan, karena fiqh sebagai produk, bila dilaksanakan dengan kaku akan menimbulkan bentrokan dengan penganut fiqh dari madzhab lain. Di sini butuh kedewasaan dalam menanggapinya, yaitu dengan mengedepankan akhlak dan sikap toleran. Di bawah ini sebuah ilustrasi tentang itu:

Suatu malam, di bulan Ramadhan, Imam Hasan al-Banna - pendiri dan pemimpin pertama oraganisasi al-Ikhwan al-Muslimun di Mesir – mengikuti shalat tarawih di suatu mesjid. Ternyata di sana terdapat orang-orang yang sedang bertengkar mempermasalahkan  jumlah rakaat tarawih. Masing-masing pihak bersikeras dalam memegang madzhabnya. Hampir-hampir terjadi perpecahan di antara jamaah karenanya. Hasan al-Banna tampil untuk menengahi.'la bertanya, "Saudara-saudara, saya mau bertanya, "Sebenarnya, apa hukum shalat tarawih menurut madzhab yang kalian anut?"

Mereka serempak rrtenjawab, "sunnah!".

"Sekarang," kata Hasan al-Banna, "Menurut saudara-saudara sekalian, apa hukum pertengkaran dan perpecahan?"

Mereka menjawab, "Haram!"

"Nah," kata sang Imam, "Kalau demikian, mengapa kalian melakukan yang haram (bertengkar) untuk memperebutkan yang sunnah (jumlah rakaat tarawih)?".

Pertanyaan retoris Hasan al-Banna di atas, dari sudutpandang pembicaraan kita, adalah ajakan untuk bersikap dewasa dalam memandang perbedaan pendapat, serta untuk mendahulukan akhlak atas perbedaan-perbedaan dalam menjalankan fiqh.

Dibawah ini  juga kisah menarik tentang kedewasaan sikap dalam menanggapi perbedaan pendapat, yang bagi kita merupakan tanda bahwa fiqh harus melahirkan sikap yang baik.

Imam al-Syafi'i, pendiri madzhab syafi'iyyar, berpendapat bahwa membaca doa qunut sangat disunnahkan (sunnar mu'akkad) saat shalat subuh dan bila lupa melakukannya diharuskan sujud sahwi (sujud yang dilakukan bila ada sunnah-sunnah shalat yang terlupakan). Pendapat ini berbeda dengan pendapat Imam Abu Hanifar yang berpendapat tidak sunnah. Suatu hari, al-Syafi’i shalat subuh di mesjid yang berada di dekat kuburan Abu Hanifar. Ia menjadi imam shalat subuh dan ia tidak membaca doa qunut serta tidak sujud sahwi karenanya. Para sahabatnya bertanya, "Mengapa Anda tidak membaca  doa qunut dan tidak sujud sahwi karena meninggalkannya, padahal Anda berpendapat hal demikian sunnah mu'akkad?"

Al-Syafi'i,  dengan tenang menjawab, "Aku menghormati orang yang dikubur dekat mesjid ini." Yang dimaksud oleh al-Syafi'i adalah Abu Hanifah, yang dalam hal qunut berbeda pendapat dengannya.

 

B.     Pembelajaran Fiqh

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran fiqih adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar mata pelajaran fiqih dengan baik.

Tujuan pembelajaran fiqih adalah untuk menjadikan siswa mampu mengetahui, memahami, mengamalkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari baik aspek ibadah maupun muamalah.

Untuk tercapainya tujuan pengajaran fiqh serta terpenuhinya standar kompetensi lulusan maka dibutuhkan model, strategi, metode, dan tehnik pembelajaran dan penilaiannya.

1.      Model-model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rancangan atau pola umum (plan and pattern) dari rangkaian tindakan pembelajaran, sehingga tindakan tersebut terpola atau terorganisir sedemikian rupa berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang secara sistematis terarah pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Ada empat model pembelajaran antara lain:

a.       Model Pemrosesan Informasi. Model ini menekankan pada pemecahan masalah dan pemikiran produktif, seperti pengembangan konsep, berpikir induktif (dari khusus ke umum), inkuiri (latihan berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan), pengembangan pola berpikir ilmiah.

b.      Model Pengembangan Pribadi atau Model Personal. Model ini bertolak dari kepentingan individual. Proses belajar ditujukan untuk memahami diri dan kemampuan diri yang ditujukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Termasuk dalam model ini adalah latihan kesadaran diri melalui berbagai aktifitas belajar seperti melakukan percobaan, presentasi dan bertukar pikiran. Dalam model ini juga dikernbangkan kerja kelompok di dalam kelas yang bertujuan untuk menanamkan rasa tanggung jawab, percaya diri dan solidaritas.

c.       Model Interaksi Sosial. Model ini menitikberatkan pada hubungan kerja antara individu dengan masyarakat atau dengan individu lain agar siswa memiliki kemampuan hidup dan bekerja bersama orang lain. Karenanya dalam pembelajaran, model ini menekankan penelitian beregu, bermain peran dan melakukan simulasi.

d.      Model Modifikasi Tingkah Laku atau Model Behavior. Menurut model ini, aktivitas belajar ditujukan untuk lahirnya perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan. Termasuk dalam model ini teori belajar tuntas (mastery learning). Kriteria keberhasilan belajar dalam model ini meliputi: (1) pengetahuan; (2) konsep; (3) keterampilan, serta (4) sikap dan nilai.

 

2.      Strategi Pembelajaran

Sudah seharusnya demikian, bahwa pada setiap model pembelajaran terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan. Strategi pembelajaran adalah rencana atau kebijakan yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Strategi mengacu kepada pendekatan yang dapat dipakai oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran itu. Ada beragam strategi dalam pembelajaran, antara lain:

a.       Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction). Strategi pembelajaran langsung adalah sebuah strategi pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pusat belajar. Dengan strategi ini, peran guru sangat besar dan menentukan, sementara peserta didik kurang ditonjolkan perannya. Strategi ini digunakan secara efektif untuk memperluas informasi atau mengembangkan keterampilan langkah demi langkah. Seorang guru yang menggunakan strategi langsung dapat menggunakan metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.

b.      Strategi pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction). Berbeda dengan strategi langsung, pembelajaran tidak langsung lebih memperlihatkan tingginya keterlibatan siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis. Dalam pembelajaran ini, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person). Guru, dalam starategi ini, bertugas merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan inkuiri. Oleh karenanya, strategi ini mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.

c.       Strategi Pembelajaran Interaktif (interactive instruction). Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan melalui pengelompokkan siswa dan metode-metode interaktif. Di dalam strategi ini terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama siswa secara berpasangan. Strategi ini, dengan demikian merujuk kepada adanya bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik. Hal ini sangat baik untuk dilakukan karena diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternatif lain dalam berpikir.

d.      Strategi Belajar Melalui Pengalaman (experiential learning). Belajar melalui pengalaman adalah sebuah strategi yang berpusat pada siswa, menggunakan bentuk sekuens induktif, dan berorientasi pada aktivitas. Strategi ini menekankan pentingnya belajar pada proses belajar itu sendiri, dan bukan pada hasil belajarnya. Seorang guru dapat menggunakan strategi ini, baik untuk kegiatan belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Di dalam kelas, guru dapat dapat menggunakan strategi ini melalui metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.

e.       Strategi Belajar Mandiri (independent study). Strategi belajar mandiri adalah sebuah strategi yang bertujuan untuk mempercepat pengembangan inisiatif siswa, mengembangkan rasa percaya dirinya, dan kemampuan memperbaiki diri. Dalam strategi ini peran guru lebih sebagai pembimbing atau supervisor pembelajaran. Strategi ini menuntut siswa untuk bertanggungjawab dalam merencanakan dan menentukan kecepatan belajarnya.

 

3.      Metode-metode Pembelajaran

Metode-metode pembelajaran adalah tata cara yang digunakan guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas proses pembelajaran yang berlangsung. Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran yang terkait dengan strategi-strategi yang telah di bahas, di antaranya:

a.       Metode Ceramah. Metode ceramah adalah metode penyampaian materi ajar yang dilakukacn guru secara verbal (lisan) di dalam kelas. Metode ini dapat digunakan untuk: (1) menyampaikan informasi agar siswa mengetahui sesuatu; (2) menerangkan sesuatu; (3) menjelaskan dua hal yang berhubungan; (4) memberi motivasi kepada siswa untuk melakukan sesuatu; dan (5) menyampaikan pendapat pribadi bila diperlukan. Dalam pwembelajaran fiqh metode ini bisa dilaksanakan untuk menyampaikan hal-hal yang berrsifat teoritis seperti hal-hal yang membatalkan wudhu.

b.      Metode Tanya jawab. Metode tanya jawab adalah metode penyampaian atau pembahasanu. materi ajar melalui kegiatan tanya jawab antara guru dan murid, baik berupa (1) gruru betanya, murid menjawab; (2) murid bertanya, guru menjawab; maupun murid bertanya, murid pula yang menjawab. Metode tersebut dapat dilakukan sebagai: (a) ulasan pelajaran yang telah diberikan; (b) selingan dalam metode ceramah; (c) cara membu at anak didik berkonsentrasi atau memberi perhatian pada suatu masalah; dan (d) cara mengarahkan proses berpikir. Hampir semua materi ajar fiqh dapat diajarkan dengan metode ini.

c.       Metode Diskusi. Metode diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan. Hal ini bisa dilakukan untuk tujuan: (a) rmelatih siswa memecahkan masalah; (b) melatih siswa mengambil keputusan atas suatim masalah; (c) menimbulkan kesanggupan kepada anak didik untuk meyakinkan orang lain; dan (d) membiasakan anak didik untuk suka mendengar pendapat orang lain walaupun berbeda dengannya. Dalam pembelajaran fiqh metode ini dapat digunakan untuk, misalnya, menyampaikan masalah khilafiyyar (perbedaan pendapat dalam suatu masalah) atau untuk mendisusikan cara menerapkan suatu hukum fiqh yang problematic.

d.      Metode Resitasi (Pemberian Tugas). Dengan metode ini guru menggunakan pemberian tugas (misalnya pekerjaan rumah) sebagai cara atau alat untuk: (a) memantapkan pengetahuan siswa; (b) mengaktifkan siswa dalam belajar mandiri; dan (c) membuat anak rajin melakukan latihan. Sebagian besar materi fiqh dapat disampaikan dengan metode ini, misalnya tugas menghapal doa-doa dan bacaan shalat.

e.       Metode Demontrasi dan Eksperimen. Metode demontrasi adalah cara menyampaikan materi pembelajaran dengan peragaan, baik dilakukan oleh dirinya atau meminta orang lain untuk memperagakannya. Metode demontrasi berguna untuk: (a) menunjukkan keterampilan tertentu; (b) memudahkan penjelasan; (c) menghindari verbalisme (banyak omong, padahal tidak perlu); dan (d) melatih keterampilan. Dalam pembelajaran fiqh metode demontrasi dapat digunakan untuk melatih gerakan wudhu, shalat, haji dan lain-lain.

f.        Metode Bermain Peran. Metode bermain peran adalah cara mengajar dengan mendemontrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial. Hal ini dapat dilakukan, di antaranya untuk: (1) menerangkan suatu kegiatan yang menyangkut orang banyak; (2) melatih anak didik menyelesaikan masalah social dan psikologis; (3) melatih anak agar dapat bergaul dengan sikap yang baik. Dalam pembelajaran fiqh metode ini dapat digunakan misalnya untuk: menerangkan pembagian zakat fitrah melalui panitia, menjelaskan prosesi shalat jum'at dan lain-lain.

g.      Metode Inquiri. Metode inquiri atau penyelidikan merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri. Metode ini mengajak pendidik untuk melihat apa yang terjadi, melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, dan membandingkan apa yang ditemukan oleh peserta didik lain. Dalam pembelajaran fiqh metode ini dapat digunakan untuk menyelidiki beberapa gerakan ibadah, hikmah-hikmah ibadah, dan lain-lain.

h.      Metode Kisah/Cerita. Metode bercerita mungkin paling disenangi oleh anak didik. Metode ini dapat digunakan untuk menyentuh rasa anak didik. Untuk membuat mereka berani, rajin, takut, cemas, harap dan sebagainya. Al-qur an dan hadis menggunakan cerita untuk meyakinkan umat akan Tuhan dan untuk melumpuhkan argumen para penentang. Dalam pembelajaran fiqh, metode ini berguna untuk menyampaikan hikmah-hikmah suatu perbuatan atau untuk: 1) membangkitkan perasaan khauf (takut), ridho, dan cinta kepada Allah. 2) mengarahkan seluruh perasaan siswa sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah. 3) melibatkan siswa ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional.

i.        Metode Pengulangan/Hapalan. Dalam pembelajaran fiqh, metode pengulangan dapat digunakan untuk menghapalkan doa-doa dan bacaan. Bila digunakan kepada selain bacaan dan doa, metode menghapal dapat menggunakan teknik asosiasi dan akronim (singkatan kata). Untuk mengingat shalat-shalat fardhu, dengan teknik akronim, misalnya Anda bisa menggunakan kata I-S-L-A-M, yaitu Isya, Subuh, Lohor (Zuhur), Asar, dan Maghrib.

j.        Metode Peneladanan. Dalam pembelajaran agama, khususnya dalam fiqh, metode peneladanan sangat efektif bagi keberhasilan mengajar. Metode ini dilakukan dengan memberi teladan (modeling) pelaksanaan ajaran agama di depan siswa. Para rasul dan ulama menggunakan metode ini dalam mengajarkan agama. Metode ini digunakan pada setiap kesempatan. Dengan metode ini guru menjadi teladan dalam kebersihan dan kesucian diri, peribadatan dan sikap baik.

 

4.      Teknik-teknik/Keterampilan Pembelajaran

Teknik-teknik pembelajaran merupakan keterampilan seorang guru dan menerapkan model, strategi dan metode pembelajaran. Keterampilan tersebut merupakan perilaku pembelajaran yang sangat spesifik. Di dalam sebuah metode terdapat banyak teknik, misalnya teknik-teknik ceramah yang memikat, teknik-tekni dalam diskusi, atau teknik-teknik demontrasi. Teknik-teknik pembelajaran mencakup kegiatan perencanaan yang dikembangkan guru, struktur dan fokus pembelajaran, serta pengelolaan pembelajaran.

Seorang guru harus memiliki banyak keterampilan dalam mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai. Oleh karenanya seorang guru harus banyak melatih diri, misalnya untuk keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan melakukan variasi metode dan teknik, ataupun keterampilan mengaktifkan peserta didik.

 

5.      Kegiatan Pembelajaran

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran terdiri dari: (1) kegaiatan awal; (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir atau penutup.

1.      Kegiatan Awal

Kegiatan awal pembelajaran terdiri dari pembinaan keakraban dan pre-test. Pembinaan keakraban dilakukan untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa. Dengan demikian, untuk pembinaan keakraban guru harus memperkenalkan dirinya, memberi salam, menyebutkan nama, alamat, pendidikan dan tugas pokoknya di sekolah. Sementara itu siswa juga diberi kesempatan untuk saling memperkenalkan diri dan sebagainya.

Sedangkan pre-test digunakan untuk:

a.       menyiapkan peserta didik pada pembelajaran yang akan dilakukan;

b.      mengetahui tingkat kemajuan peserta didik dalam proses pembelajaran.

c.       mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi yang akan diajarkan.

d.      mengetahui proses pembelajaran yang sebaiknya dilakukan untuk peserta didik.

2.    Kegiatan Inti

Kegiatan inti pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut:

a.       Penjelasan kompetensi yang hendak dicapai.

b.      Penjelasan materi belajar

c.       Memberi kesempatan murid bertanya atas penjelasan guru.

d.      Membagikan bahan ajar

e.       Membagikan lembar kegiatan siswa yang harus diisi siswa

f.        Memantau kegiatan belajar siswa

g.      Mendiskusikan materi belajar

h.      Memperbaiki kesalahan siswa bila ditemukan

3.    Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pembelajaran dilakukan melalui penugasan dan post-test. Penugasan dilakukan untuk memberi kegiatan kepada siswa di luar jam belajar di sekolah. Tugas yang diberikan dapat berupa pengayaan atau pengulangan atas kegiatan inti dan pembentukan kompetensi.

Adapun post-test dilakukan untuk, antara lain:

a.    Mengetahui tingkat penguasaan siswa atas materi yang diberikan.

b.    Mengetahui tingkat kompetensi yang dimiliki atau belum dimiliki oleh siswa.

c.    Mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti pengulangan dan pengayaan materi

d.    Bahan acuan untuk memperbaiki metode dan teknik yang digunakan oleh Anda, sebagai guru, dalam pembelajaran yang sudah berlangsung.

 

6.      Sumber Belajar Fiqh

Yang dimaksud dengan istilah "sumber belajar" adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, yang darinya diperoleh berbagai informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan untuk pembelajaran. Dengan demikian sumber belajar fiqh adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar fiqh.

"Segala sesuatu" yang dapat dijadikan sumber bagi pembelajaran fiqh itu, bisa berupa benda, alat, tempat, pengalaman, bahkan termasuk juga di dalamnya orang lain.

a.      Al-Qur'an dan Hadis Nabi

b.      Benda-benda

Pada dasarnya benda-benda di sekitar kita dapat digunakan untuk sumber belajar. Batu, misalnya, ia bisa jadi alat bagi pembelajaran fiqh tentang istinja' (bersuci setelah buang air), air untuk berwudhu dan mandi, tanah atau debu untuk alat tayamum. Adapun benda-benda yang secara khusus dibuat untuk sumber belajar adalah buku, film pendidikan, buku paket, modul dan sebagainya.

Untuk mengembangkan sumber belajar fiqh Anda bisa menggunakan:

-     Buku-buku fiqh induk/klasik. Fiqh sebagai produk tersedia dalam buku-buku seperti ini. Buku ini menyediakan berbagai bahan ajar fiqh secara sistematis dan lengkap.

-     Buku-buku fiqh terbaru. Buku-buku ini, selain berisi review fiqh klasik, juga menyediakan produk-produk hukum baru dengan bahasa yang mudah dan sesuai dengan zaman kita.

-     Buku-kumpulan kumpulan fatwa ulama terbaru. Buku-buku seperti ini menyediakan kumpulan hukum fiqh yang paling banyak ditanyakan masyarakat. Di dalamnya ada persoalan klasik maupun yang baru. Buku ini bisa menjadi bahan inspirasi Anda untuk dijadikan ilustrasi dan contoh-contoh bagi pembelajaran fiqh, bila dianggap perlu.

-     Buku-buku Ushul Fiqh yang menyediakan berbagai metode ijtihad. Dengan buku ini Anda dapat bereksperimen melakukan "latihan" ijtihad.

-     Buku-buku tentang teori pendidikan dan teknik-teknik penagajaran.

-     Kaset-kaset yang berisi rekaman bacaan al-Qur"an, bacaan ibadah (shalat), doa-doa, pepujian atau lagu-lagu rohani dapat menjadi bahan ajar dan inspirasi Anda dalam mengajar.

-     VCD/DVD yang berisi rekaman tata cara wudhu, shalat dan haji atau yang bercerita tentang rasa keagamaan, termasuk di dalammnya CD yang berupa rekaman film religi atau software fiqh yang dapat digunakan untuk membaca buku-buku elektronik (e-book) tentang fiqh.

-     Buku paket fiqh dan modul fiqh. Buku seperti ini dapat Anda gunakan untuk belajar mandiri karena sifatnya yang ringkas dan mudah.

-     Majalah, tabloid, koran, yang di dalamnya ada materi-materi fiqh dan cerita-cerita inspiratif bagi anak-anak.

-     Jurnal-jurnal ilmiah, khususnya yang terkait fiqh dan pembelajaran.

-     Peta, khususnya peta tempat ibadah haji.

-     Poster gerakan shalat dan wudhu atau haji.

-     Dan lain-lain.

 

c.       Alat-alat

Alat apa pun, pada dasarnya bisa digunakan untuk keperluan pembelajaran fiqh. Misalnya:

-        Kamera untuk memotret atau merekam gambar gerakan ibadah, seperti wudhu, shalat dan haji.

-        Tape recorder untuk merekam bacaan shalat dan doa-doa.

-        Radio untuk mendengarkan siaran keagamaan dan mendengarkan pertanyaan-pertanyaan masyarakat mengenai fiqh kepada nara sumbernya.

-        VCD/DVD Player untuk memutar film religi dan dokumentasi ibadah.

-        Proyektor untuk pembelajaran fiqh

-        Komputer dan laptop

-        LCD untuk presentasi.

-        Pesawat Televisi. Ada banyak acara keagamaan yang ditanyangkan melalui televisi. TV juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran di kelas fiqh.

-        Alat shalat dan ibadah lainnya, seperti mukena, sajadah, kopiah, tasbih, baju ihram, kain kafan dan lain-lain.

 

d.      Tempat

Pada dasarnya tempat apa pun bisa digunakan sebagai sumber belajar fiqh, seperti:

-     Ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar

-     Ruang microteaching untuk latihan mengajar

-     Perpustakaan untuk menambah pengetahuan dan pemberian tugas

-     Mesjid, mushala, tajug, langgar untuk praktek shalat

-     Pemakaman untuk membangkitkan kesadaran pada sangkan paraning dumadi (asal-usul kejadian kita) dan kepada tempat kembali.

-     Kamar mandi untuk praktek wudhu

-     Lapangan untuk simulasi ibadah haji

-     Wisma haji yang menyediakan miniatur ka'bah di halamannya untuk simulasi thawaf.

-     Dan lain-lain.

 

e.       Pengalaman

Pengalaman mengajar atau pengalaman hidup sehari-hari serta keterampilan-keterampilan mengajar dapat menjadi sumber belajar dan perlu dikembangkan. Model, strategi, metode dan teknik yang dikuasai dapat Anda gunakan sebagai sumber belajar Anda dan anak didik. Pengalaman adalah guru yang baik, begitu yang dikatakan pepatah. Belajar dari pengalaman biasa dilakukan oleh guru-guru spiritual. Anda dapat menggunakan pengalaman belajar dan mengelola kelas dari pengalaman-pengalaman yang telah Anda alami.

Imam al-Syafi'i, seperti yang kita kenal juga sering mengubah pendapatnya setelah mengalami atau melihat kejadian tertentu. Misalnya, ketika ia di Baghdad, ia berpendapat bahwa kakek-kakek dan nenek-nenek bila bersentuhan kulit tidak membatalkan wudhu. Pendapat ini ia rumuskan dari asumsi bahwa kakek-kakek atau nenek-nenek sudah tidak memiliki syahwat seksual lagi. Namun, suatu hari dalam perjalanan ke Mesir ia menemukan kakek-kakek dan nenek-nenek melakukan pernikahan, kemudian al-Syafi'i mengubah pendapatnya menjadi "persentuhan kulit antara kakek-kakek dan nenek-nenek dapat membatalkan wudhu".

Pengalaman yang Anda jadikan sumber belajar, bisa merupakan pengalaman Anda sendiri atau pengalaman orang lain. Di bawah ini sebuah contoh pengalaman orang lain yang dapat Anda jadikan inspirasi:

Menurut cereita-cerita di pesantren, Taql al-Din al-Subki, seorang ahli Fiqh dari madzhab Syafi'iyyar, sejak kecil sudah terbiasa shalat subuh dengan melakukan qunut. Namun, setelah ia mengerti dasar-dasar ijtihad, ia berkesimpulan bahwa qunut tidak termasuk bacaan yang disunnahkan dalam shalat subuh. Jadi, setelah itu ia tidak melakukan qunut dalam shalat subuh. Beberapa tahun kemudian, setelah ia mengkaji ulang dalil-dalil qunut, ia berkesimpulan lain, yaitu qunut sebaiknya dibaca dalam shalat subuh. Kemudian, ia membaca lagi qunut dalam shalatnya.

 

f.        Manusia dan Lembaga Belajar

-        Orang-orang yang ahli dalam bidang fiqh dan bidang pengajaran. Kepada mereka Anda dapat belajar dan meminta bimbingannya.

-        Para kiyai, ustadz dan guru madrasah lainnya. Kepada mereka Anda bisa berguru cara mengajarkan Agama kepada anak didik dan menjadikan mereka tempat bertanya masalah-masalah fiqh yang belum Anda kuasai.

-        Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan keagamaan seperti MUI, Lembaga Fatwa, Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama dan lain-lain. Di dalam tubuh organisasi-organisasi keagamaan itu terdapat banyak orang yang memiliki kompetensi dalam bidang fiqh, karenanya dapat Anda jadikan sebagai sumber belajar.

-        Majlis ta'lim, madrasah, atau pesantren. Di institusi-institusi tersebut Fiqh menjadi sikap hidup. Dari sana ada banyak pelajaran yang dapat diambil untuk peningkatan wawasan Anda.

-        Hakim agama dan pengadilan agama

-        Balai-balai pelatihan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan mengajar.

-        Dan lain-lain.

 

g.      Kegunaan Sumber Belajar Fiqh

Manfaat sumber belajar sangat tergantung kepada kemauan dan kemampuan guru dan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar tersebut. Apa pun tidak akan menjadi sumber belajar bila kita tidak memiliki kemauan dan kemampuan untuk menggunakannya. Benda-benda, alat-alat, ataupun tempat-tempat tidak akan bermanfaat sama sekali di hadapan orang yang tidak memiliki kemauan dan kemampuan menggunakannya. Adapun jika mereka mampu memanfaatkannya, segala sesuatu yang tersedia di alam ini akan menjadi sangat berguna.

Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber belajar dapat memberi manfaat, sebagi berikut:

1.      Memberikan kemudahan belajar.

2.      Memberikan informasi tambahan

3.      Menambah pengetahuan

4.      Menambah pengalaman

5.      Memberikan tambahan keterampilan

Adapun manfaat sumber belajar, bagi mereka yang pandai menggunakannya, sebagaimana diidentifikasi oleh Mulyasa (2004), antara lain:

1.      Menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap materi dan proses pembelajaran yang ditempuh. Di sini sumber belajar merupakan peta dasar yang perlu dijajagi, agar wawasan pembelajaran yang dikembangkan dapat dipahami lebih awal.

2.      Memandu materi pembelajaran apa saja yang harus dipelajari, dan memandu merumuskan langkah-langkah operasional untuk meneliti secara lebih mendalam materi standar secara tuntas.

3.      Memberikan ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.

4.      Memberikan petunjuk dan deskripsi tentang hubungan antara apa yang sedang dikembangkan dalam pembelajaran dengan ilmu pengetahuan lainnya yang sedang berkembang.

5.      Memberikan informasi adanya penemuan baru yang pernah diperoleh orang lain sehubungan dengan pembelajaran yang sedang dikembangkan.

6.      Memberikan informasi adanya masalah yang timbul sebagai konsekuensi logis dari pembelajaran yang dikembangkan, yang menuntut adanya kemampuan pemecahan dari para guru dan peserta didik.

 

h.      Cara Menggunakan Sumber Belajar Fiqh

Tidak semua sumber belajar yang tersedia dapat digunakan dengan efektif untuk pembelajaran fiqh. Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat beberapa langkah umum yang perlu diperhatikan dalam mendayagunakan sumber belajar secara efektif.

1.    Buatlah persiapan yang matang dalam memilih dan menggunakan setiap sumber belajar, agar menunjang efektifitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar yang diinginkan.

2.    Pilihlah sumber belajar yang sesuai dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajari dan menunjang terhadap pencapaian tujuan, dan pembentukan kompetensi.

3.    Pahamilah kelebihan dan kelemahan sumber belajar yang akan digunakan, dan analisislah sumbangannya terhadap proses dan hasil belajar bila menggunakan sumber belajar tersebut.

4.    Janganlah menggunakan sumber belajar hanya sekedar hiburan dan selingan, tetapi harus memiliki tujuan yang terintegrasi dengan materi standar yang sedang dipelajari.

5.    Sesuaikanlah pemilihan sumber belajar yang akan digunakan dalam mempelajari buku ajar dengan biaya yang tersedia secara efisien.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 2

PEMBELAJARAN BERSUCI

 

A.     Bersuci

Bersuci atau thaharah berasal dari kata طَهَرَ – يَطْهُرُ artinya suci atau bersih. Thaharah dilakukan agar ibadah yang dilakukan menjadi sah. Bersucib meliputi dua macam, yaitu:

1.       Bersuci dari najis (thaharah hissiyyah), yaitu kebersihan badan, pakaian dan tempat shalat dari segala sesuatu yang dianggap kotor atau najis oleh syari'at.

2.       Bersuci dari hadats (thaharah hukmiyyah), meliputi wudhu, tayamum dan mandi wajib

 

B.      Air

1.       Air suci dan dapat menyucikan (air mutlak), diantaranya air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air dari sumber mata air, air embun dan air es.

2.       Air suci tapi tidak mensucikan, yaitu:

·         Air yang berubah salah satu sifatnya karena tercampur benda yang suci, seperti teh, kopi, susu dan sebagainya.

·         Air yang sudah dipakai untuk bersuci (musta’mal), tidak berubah sifatnya dan berjumlah kurang dari dua qullah (kurang lebih 188 liter).

·         Air pepohonan atau buah-buahan, seperti air yang keluar dari batang pohon tebu, air kelapa, dan sejenisnya.

3.       Air yang makruh dipakai adalah air yang terjemur sinar matahari dalam bejana selain bejana emas dan perak. Lain halnya jika air yang terkena panas matahari berada dalam kolam, sawah, dan danau, tidak makruh untuk bersuci. Air itu tetap suci dan mensucikan, makruh jika digunakan mensucikan badan, tidak makruh untuk mencuci pakaian.

4.       Air yang terkena najis ada dua macam, yaitu:

·         Air yang berubah salah satu sifatnya karena najis (rasa, warna atau bau). Air ini tidak boleh dipakai untuk bersuci, baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak.

·         Air yang terkena najis dan tidak berubah salah satu sifatnya. Bila sedikit, kurang dari dua qullah, hukumnya najis dan tidak boleh digunakan untuk bersuci. Jika jumlahnya mencapai dua qullah atau lebih, hukumnya menjadi suci dan mensucikan.

 

C.     Hadats

Hadats adalah keadaan tidak suci yang menyebabkan ibadah (seperti shalat) seseorang tidak sah. Menyucikan diri dari hadats hukumnya wajib.  Hadats terdiri dari dua macam:

1.       Hadats Kecil

a.       Buang angin (kentut)

b.       Buang air kecil

c.       Buang air besar

d.       Tidur sehingga lupa segalanya

e.       Hilang ingatan

f.        Menyentuh alat kelamin dengan telapak tangan

g.       Menyentuh kulit wanita yang sudah baligh tanpa penghalang.

 

2.       Hadats Besar

a.       Haid (menstruasi)

b.       Wiladah (seseorang yang melahirkan)

c.       Nifas (keluarnya darah setelah melahirkan).

 

D.     Najis

Najis adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang terhalang untuk beribadah, baik yang berasal dari luar maupun dalam tubuh manusia, antara lain :

1.       Bangkai binatang darat yang berdarah selain mayat manusia

2.       Darah, kecuali hati dan limpa

3.       Nanah

4.       Segala benda dan cairan yang keluar dari qubul dan dubur

5.       Arak dan minuman lain yang memabukkan

6.       Anjing

7.       Babi

8.       Organ binatang yang diambil dari tubuhnya selagi masih hidup.

 

Macam-macam najis dan cara mensucikannya:

1.    Najis Mukhaffafah (ringan). Contoh najis ringan adalah terkena air kencing anak laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan apa pun, kecuali air susu ibu (ASI). Cara menyucikannya adalah memercikkan air pada benda atau pakaian yang terkena najis, walaupun tidak mengalir. 

2.    Najis Mutawassithah (pertengahan). Najis ini terbagi menjadi dua: a) najis hukmiyah, yaitu najis yang keberadaannya diyakini, tetapi tidak tampak zat, rasa, bau dan warnanya. Contoh, air kencing yang sudah kering. Mencuci najis hukmiyyah adalah dengan mengalirkan air di atas benda yang kena najis. b) najis ‘ainiyyah, yaitu najis yang masih terlihat warna, rasa, zat dan baunya. Najis ini dicuci dengan cara menghilangkan zat, rasa, warna dan baunya. Masih dapat dimaklumi jika warna dan baunya sukar hilang.

3.    Najis Mughallazhah (berat). Najis ini berasal dari air liur anjing atau babi. Cara menyucikannya, yaitu benda yang terkena najis dibasuh dengan air tujuh kali, satu kali diantaranya memakai air yang dicampur tanah.

 

E.      Tayamum

Tayamum adalah cara bersuci pengganti wudhu atau mandi wajib.

1.       Alasan Tayamum

a.       Tidak ada air atau telah berusaha mencari, tapi tidak menemukan air.

b.       Dalam perjalanan jauh.

c.       Jumlah air tidak cukup untuk bersuci.

d.       Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang hal buruk, seperti menyebabkan sakit.

e.       Air yang ada hanya untuk minum.

f.        Air berada di tempat yang jauh sehingga membuat seseorang terlambat menunaikan shalat.

g.       Tempat sumber air berbahaya.

h.       Sakit yang disarankan tidak boleh terkena air.

 

2.       Syarat Sah Tayamum

a.       Telah masuk waktu shalat.

b.       Sudah berusaha mencari air namun tidak menemukannya, padahal sudah masuk waktu shalat.

c.       Memakai tanah berdebu yang suci.

d.       Memenuhi alasan dibolehkannya tayammum.

 

3.       Rukun Tayamum

a.       Niat.

b.       Mengusap muka dengan debu dan tanah.

c.       Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga siku.

d.       Tertib rukunnya.

 

4.       Sunnah Tayamum

a.       Membaca basmalah.

b.       Meniup atau menepuk debu yang ada di telapak tangan.

c.       Membaca dua kalimat syahadat setelah bertayamum.

d.       Mendahulukan anggota badan bagian kanan.

 

5.       Cara Tayamum

a.       Niat.

b.       Membaca basmalah.

c.       Renggangkan jari-jari, tempelkan ke debu, tekan hingga debu melekat.

d.       Angkat kedua tangan, lalu tiup atau tepuk telapak tangan untuk menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber denu tadi.

e.       Mengusapkan telapak tangan ke muka.

f.        Bersihkan debu yang tersisia di telapak tangan.

g.       Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jari, tempelkan ke debu, tekan hingga debu melekat.

h.       Angkat kedua tangan, lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.

i.        Mengusap debu ke tangan kanan, lalu ke tangan kiri.

 

6.       Batal Tayamum

a.       Ada air, bagi yang alasan tayammum karena tidak ada air.

b.       Setiap yang membatalkan wudhu dapat membatalkan tayamum, seperti buang besar dan kecil.

 

F.      Pembelajaran Bersuci

Untuk menjelaskan pengertian bersuci dari najis dan menjelaskan tata cara bersuci Anda bisa menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Adapun untuk menjelaskan tata cara bersuci dan agar siswa menirukan anda dapat menggunakan ceramah yang dipadukan dengan demontrasi. Agar murid terbiasa hidup suci dan bersih dari najis anda harus menganjurkan, mengontrolnya dan memberi teguran bila melihat siswa yang kotor pakaiannya.

 

1.      Metode Ceramah

Metode ceramah dapat menjadi cara yang efektif untuk digunakan terutama untuk menyampaikan materi yang bersifat pengetahuan dan pemahaman. Ia dapat pula digunakan untuk materi-materi yang berada dalam ranah kognitif, apalagi bila kelas yang dihadapi merupakan kelas yang besar (siswanya banyak).

Metode ceramah sangat popular dan sangat sering digunakan guru dalam menyampaikan materi ajar, karena ia memiliki banyak kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu di antaranya:

a.       Praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan

b.       Efisien dari segi waktu dan biaya

c.       Dapat menyampaikan materi yang banyak

d.       Mendorong guru untuk menguasai materi

e.       Lebih mudah mengontrol kelas

f.        Siswa tidak perlu persiapan

g.       Siswa dapat langsung menerima ilmu pengetahuan.

Dalam pembelajaran bersuci dari najis metode ceramah dapat digunakan untuk menyampaikan macam-macam najis dan cara membersihkannya. Namun. penyampaian materi melalui ceramah sering membosankan dan kehilangan konsentrasi. Supaya siswa tidak kehilangan konsentrasi, mintalah kepada siswa untuk menyediakan kertas kosong dan mintalah untuk mencatat inti materi ceramah. Tulislah di papan tulis hal-hal yang harus berhasil dicatat oleh siswa dari ceramah Anda, misalnya:

Pengertian Najis adalah.............................................

Sifat-sifat najis

1)      .............................................

2)      ............................................, dan

3)      ............................................

Cara membersihkan najis:

1)      ...........................................

2)      ...........................................

3)      ...........................................

 

2.      Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab sama baik dan efektif dengan metode ceramah. Metode ini, pada dasarnya, dapat digunakan untuk beberapa hal berikut:

1)      Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Tanya jawab bisa berlangsung antara: (a) guru dengan siswa: guru bertanya siswa menjawab; (b) siswa dengan guru: siswa bertanya guru menjawab; atau (c) siswa dengan siswa: siswa bertanya, guru mempersilahkan siswa lain untuk menjawab. Dengan ini tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar meningkat. Dalam pembelajaran bersuci Anda dapat bertanya,

-        siapa yang tahu apa yang disebut najis?

-        Bagiamana cara mempersihkan tempat yang terkena najis?

2)      Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan. Untuk ini Anda bisa saja menggunakan pertanyaan retoris, yaitu pertanyaan yang tidak mengharapkan jawaban, tetapi digunakan untuk memancing perhatian, membangkitkan rasa ingin tahu dan menunjukkan bahwa materi yang ditanyakan adalah bagian yang penting.

3)      Mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa, sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya. Berilah kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa akan berpikir untuk: (a) menemukan pertanyaan dan (b) membuat pertanyaan yang singkat dan jelas.

4)      Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa dalam menemukan jawaban yang baik. Pertanyaan dapat digunakan untuk membimbing siswa guna mampu berpikir dan menemukan jawabannya sendiri. Pertanyaan ini seperti pertanyaan penyelidikan, beruntun dan mengarah.

5)      Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang di bahas. Pertanyaan yang Anda sampaikan pasti karena Anda menganggap hal yang ditanyakan itu penting. Begitu juga halnya dengan pertanyaan siswa. Maka, dengan pertanyaan-pertanyaan secara otomatis memusatkan perhatian Anda dan siswa.

Metode ini dapat digunakan di awal pembelajaran sebagai alat apersepsi atau di akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan atau daya serap siswa. Metode ini juga dapat digunakan di tengah-tengah ceramah Anda, yang akan berguna untuk mengembalikan perhatian siswa yang sudah jenuh.

Pertanyaan Anda juga dapat digunakan untuk mendorong siswa membiasakan hidup bersih dan suci. Misalnya, Anda bertanya:

-        Siapa yang suka berteman dengan orang yang selalu kotor?

-        Mengapa kalian tidak suka bermain dengan teman yang kotor dan jorok?

-        Jadi, karena tidak ada yang mau berteman dengan orang yang kotor, sebaiknya kalian harus ....

 

3.      Metode Demontrasi

Materi ajar yang dapat disampaikan kepada siswa dengan metode demontrasi adalah materi yang bersifat aplikatif dan praktek. Dalam penyampaian materi bersuci dari najis metode demontrasi dapat dilakukan untuk, misalnya, menjelaskan tata cara membersihkan najis anjing dan untuk menirukannya.

Metode demontrasi sangat baik dilakukan dalam pengajaran karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

a.       Memusatkan perhatian anak kepada hal yang didemontrasikan

b.       Memberikan pengalaman praktis

c.       Mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan

d.       Mudah diingat

e.       Mudah menirukannya

 

4.      Metode Kisah

Metode kisah dapat Anda gunakan untuk menggugah kesadaran siswa untuk selalu suci dari najis. Hal ini dilakukan dengan menitikberatkan cerita pada bagian kerugiankotor dan jorok atau kepada keuntungan hiaup bersih dan suci.

Kisah dapat Anda ambil dari kehidupan sehari-hari yang ditemui, bisa pula hasil rekayasa Anda sendiri atau diambil dari buku-buku cerita yang tersedia.

Anda dapat ceritakan kepada siswa sebuah kisah hasil rekayasa, seperti berikut:

Aca dan Agung adalah dua kakak beradik. Mereka anak yang lincah dan periang. Namun, sayang, mereka tidak bisa hidup bersih dan suci. Wajahnya selalu blepotan (kotor), baik karena telah makan coklat maupun karena bermain tanah. Baju dan sarungnya sering bau ompol. Rupanya mereka tidak memilih pakaiannya. Mereka mengambil pakaian dari tempat cucian. Sebenarnya, teman-temannya menyukai kelincahan dan sifat periang mereka berdua, namun temannya tidak mau bermain dengannya karena tidak tahan dengan kotor dan bau. Kalau shalat berjamaah, anak-anak lain memilih tempat sesukanya tetapi tidak ada yang mau shalat di dekat mereka. Hingga Pak Ustadz di Mushalla al-Syir'ah pun tidak mau mengajarinya. Mereka pindah ke mushalla yang lain. Namun tetap saja, mereka dijauhi teman-temannya. Pindah ke mushalla lain lagi, tetap ditinggalkan teman-temannya. Agung dan Aca sedih karena tidak punya teman. Sifat periangnya sirna. Untunglah ada Ibu Ustadzah baru di mushalla al-Syir'ah. Ia menasihati Aca dan Agung untuk hidup bersih, berpakaian bersih dan wangi. Setelah Aca dan Agung bersih, anak-anak mushalla mau menemaninya lagi.

Di antara metode kisah adalah mengetengahkan bahwa Allah bersih dan menyukai kebersihan. Nabi Muhammad selalu wangi tubuhnya karena menyukai kebersihan dan kesucian.

 

5.      Membiasakan Hidup Bersih

Metode membiasakan hidup bersih tidak melalui pengajaran, melainkan keteladanan dan kebersamaan. Guru sebaiknya selalu berpakaian bersih. Meninggalkan papan tulis saat keluar kelas dalam keadaan bersih. Bila melihat sampah berserakan di dalam kelas, bersama-sama siswa, guru membersihkannya. Guru dan siswa melakukan kerja nyata, membersihkan gedung sekolah dan perabotan sekolah secara bersama-sama. Guru dapat memberi contoh menggunakan lap dengan baik. Guru dan murid secara rutin melakukan kerja bakti pada hari-hari tertentu.

 

6.      Evaluasi Pembelajaran

Metode-metode dan aneka ragam evaluasi pada dasarnya sangat tergantung kepada materi yang diajarkan dan kompetensi yang diinginkan. Untuk menguji kemampuan siswa dalam menjelaskan pengertian dan ketentuan bersuci dapat dilakukan dengan memberikan soal uraian atau objektif, baik secara lisan maupun tulisan. Sedangkan untuk menguji kemampuan siswa dalam menirukan bersuci dari najis dilakukan dengan ujian praktek.

Adapun untuk mengetahui kebiasaan murid dalam hal kebersihan dan kesucian dilakukan dengan pengamatan. Metode pengamatan dilakukan dengan menyediakan dan mengisi lembar pengamatan yang telah disiapkan. Lembaran itu berisi komponen-komponen yang perlu diamati.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 3

PEMBELAJARAN BERWUDHU

 

A.     Wudhu

Wudhu merupakan salah satu cara untuk menghilangkan hadats kecil, menghilangkan kotoran dan dosa-dosa. Jika seseorang hendak mendirikan shalat, ia harus berwudhu.

 

B.      Syarat Wudhu

1.       Orang Islam

2.       Balig

3.       Berakal Sehat

4.       Tidak berhadats besar

5.       Menggunakan air suci dan menyucikan

6.       Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit.

 

C.     Rukun Wudhu

1.       Niat.

2.       Membasuh muka

3.       Membasuh dua tangan sampai siku

4.       Menyapu sebagian kepala

5.       Membasuh dua kaki sampai mata kaki.

6.       Tertib (berurutan).

 

D.     Sunnah Wudhu

1.       Membaca basmalah ketika mulai berwudhu

2.       Membasuh dua telapak tangan sampai pergelangan

3.       Berkumur-kumur

4.       Mengisap air ke hidung

5.       Membasuh seluruh kepala

6.       Membasuh dua telinga

7.       Menyela jari-jari

8.       Mendahulukan membasuh anggota badan sebelah kanan

9.       Membasuh anggota wudhu sebanyak tiga kali;

10.   Dilakukan terus menerus tidka berselang;

11.   Menggosok anggota wudhu;

12.   Bersiwak atau menggosok gigi

13.   Membaca doa sesudah wudhu.

 

E.      Batal Wudhu

1.       Mengeluarkan sesuatu dari kemaluan dan dubur, seperti kentut, kencing dan buang air besar.

2.       Tidur hingga tidak sadarkan diri.

3.       Hilang akal sehat, gila, mabuk, ayan atau pingsan.

4.       Bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram.

5.       Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan.

 

F.   Pembelajaran Fiqih

Di bawah ini, beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mengajarkan wudhu.

1.         Metode Ceramah.

Metode ini adalah metode paling tua, paling mudah, dan paling sering digunakan, namun tidak berarti paling efektif dalam pembelajaran. Metode ini sama baiknya dengan metode-metode lain, hanya tidak lebih baik dari yang lain. Metode ini dapat Anda gunakan untuk menyampaikan materi yang bersifat teoritis tentang wudhu dan hikmah-hikmahnya.

Untuk menggunakan metode ceramah dengan baik Anda harus menghindari beberapa kelemahan metode ini. Menurut buku Strategi Pembelajaran Aktif, kelemahan metode ceramah antara lain:

a.         Membosankan

b.         Siswa tidak ikut aktif dalam pembelajaran

c.         Informasi berlangsung satu arah

d.         Umpan balik relatif rendah

e.         Ada kesan menggurui dan melelahkan

f.          Kurang melekat pada ingatan siswa

g.         Kurang terkendali, baik waktu maupun materi

h.         Monoton

i.          Tidak mengembangkan kreatifitas siswa

j.          Siswa hanya menjadi objek didik

k.         Tidak merangsang siswa untuk membaca.

Bila Anda sudah memutuskan menggunakan metode ini dalam pembelajaran, hendaklah Anda hindari beberapa kelemahan di atas, Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyertakan penjelasan visual dalam ceramah, menyelinginya dengan pertanyaan sederhana dan sebagainya.

Di bawah ini contoh gambar gerakan wudhu yang bisa Anda gunakan untuk melengkapi ceramah Anda.

1. Niat

2. Membasuh Tangan Hingga Pergelangan

3. Kumur-Kumur Dan Memasukkan Air Ke Hidung

4. Membasuh Muka

5. Membasuh Tangan Sampai Sikut

6. Menyeka Kepala

7. Menyeka Telinga

8. Membasuh Kaki

9. Berdoa

 

2.       Metode Tanya Jawab

Metode ini dapat digunakan di awal pembelajaran sebagai alat apersepsi atau di akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan atau daya serap siswa. Metode ini juga dapat digunakan di tengah-tengah ceramah Anda, yang akan berguna untuk mengembalikan perhatian siswa yang sudah jenuh.

 

3.       Teknik Picture and Picture

Metode lain yang dapat digunakan untuk pembelajaran wudhu adalah metode ceramah yang diikuti dengan teknik menyusun gambar. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

1)     Guru menyampaikan materi yang ingin dicapai

2)     Guru menyajikan materi sebagai pengantar

3)     Guru menunjukkan memperlihatkan gambar-gambar berkaitan dengan materi ajar, dalam hal ini bagian-bagian gambar gerakan wudhu (lihat gambar wudhu di atas dan acak posisinya).

4)     Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-gambar sesuai dengan urutannya.

5)     Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut

6)     Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

7)     Guru memberikan kesimpulan atau rangkuman

 

4.       Metode Demontrasi

Metode ini digunakan untuk menunjukkan gerakan-gerakan bersuci dari najis dan berwudhu. Untuk mengajarkan wudhu dengan metode ini, Anda dapat melakukan tehnik Silent Demontration (demontrasi diam) dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1)   Tentukan prosedur dan langkah-langkah yang akan diajarkan kepada siswa, dalam hal ini gerakan-gerakan wudhu secara tertib, misalnya:

-        Membasuh kedua telapak tangan.

-        Berkumur

-        Menghirup air ke hidung lalu mengeluarkannya lagi

-        Membasuh muka (3 kali)

-        Membasuh kedua tangan beserta/sampai sikut. Dilakukan tiga kali berturut-turut dan diawali dari tangan kanan.

-        Mengusap kepala dengan air (1 kali/3 kali)

-        Mengusap kedua telinga

-        Membasuh/mengusap kedua kaki (3 kali, dimulai dari yang kanan).

-        Berdoa

2)     Mintalah siswa untuk memperhatikan cara Anda memperagakannya. Lakukan dengan memberi penjelasan atau komentar sesedikit mungkin. Ingat! Tugas Anda di sini memberikan gambaran visual tentang cara wudhu.

3)     Bentuklah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil.

4)     Minta beberapa di antara mereka menjelaskan apa yang Anda lakukan. Satu persatu dari gerakan wudhu tadi. Jika siswa masih mengalami kesulitan ulangi lagi demontrasinya.

5)     Beri kesempatan masing-masing kelompok mempraktekkan yang Anda demontrasikan (wudhu).

6)     Akhiri dengan memberi tantangan kepada siswa untuk melakukan tata cara wudhu dengan tartib (lengkap, berurutan dan dilakukan dalam satu waktu).

 

5.    Metode Praktek

Dengan metode ini, Anda bisa mengajak siswa ke tempat wudhu atau, sambil rekreasi, ke telaga dan di sana siswa diberi contoh dan dibimbing melakukan cara-cara melakukan gerakan wudhu. Guru harus memperhatikan dengan detail cara siswa mengambil air dan membasuhkannya ke anggota badan yang dibasuh. Perhatikanlah, apakah bagian- bagian itu telah terbasuh dengan benar. Perhatikan pula cara mereka mengusapkan air ke kepala. Kebanyakan anak-anak usia itu, melakukannya dengan membasahi rambut. Jelaskan kepada mereka perbedaan membasahi rambut dengan mengusapkan air ke kepala dalam wudhu.

Guru-guru kita di pesantren dan mushala mengajarkan wudhu dengan cara ini. Mereka membawa semua santri ke tempat wudhu. Lalu kepada santri diperlihatkan cara wudhu yang benar. Kadang guru kita memperlihatkan perbedaan cara mengambil air wudhu dari keran air, dari telaga dan dari ember. Mereka sangat hati-hati dalam masalah ini karena dalam fiqh ada konsep air musta'mal, yaitu air yang telah terpakai, air yang dzatnya suci tapi tidak dapat mensucikan diri dari hadats. Guru-guru kita juga sangat detail dalam cara membasuh wajah, sampai tidaknya santri membasuh sikut yang biasanya terlewat ketika membasuh tangan, atau sampai tidaknya membasuh mata kaki, dan sebagainya.

Anda dapat menggunakan metode ini dengan memeriksa wudhu siswa satu persatu atau satu kelompok kecil.

 

6.    Metode Hapalan

Metode hapalan digunakan untuk mengajarkan doa wudhu. Dengan metode ini, siswa dibimbing untuk mengikuti bacaan/niat dan doa setelah wudhu sampai bisa. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyampaikan bacaan sedikit-sedikit Guru membaca satu kalimat pendek dari doa tersebut lalu meminta murid mengikuti bacaan. Lakukan berulang-ulang sampai murid lancar. Siswa dapat diajak membaca doa tersebut (dan dibimbing) secara bersama-sama di awal atau di akhir pembelajaran. Untuk menghindari kesalahan dalam mendengar kata-kata, Anda dapat menulis di papan tulis doa tersebut. Jika siswa Anda belum lancar membaca doa dengan teks Arab, Anda dapat menuliskannya dengan teks latin. Misalnya, seperti di bawah ini:

asyhadu al-laa ilaaha illallooh

wahdahu laa syariikalah

wa asyhadu anna muhammadan

'abduhu wa rasuuluh

Alloohummaj'alnii minat-tawwaabiina

waj'alnii minal mutathohhiriin

Untuk metode hapalan, Anda bisa menggunakan media audio seperti kaset atau CD.

 

7.    Metode Kisah

Guru menceritakan kisah-kisah yang menarik tentang hikmah bersuci dan wudhu dengan tujuan agar siswa tertarik untuk berwudhu dan membiasakan suci dari najis dan hadats.

Di bawah ini adalah kisah yang dapat Anda sampaikan kepada siswa. Kisah ini diambil dari buku Syarh. Irsydd al-'lbad karya Syaikh Zain al-Dtn al-Maltbari:

Suatu malam. Imam al-Ghazall bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia bertemu dengan orang-orang yang sudah meninggal. Sang Imam bertanya, "Bagaimana kabar kalian?"

Salah seorang di antara mereka menjawab, "Suatu hari kami shalat tanpa wudhu dulu, maka Allah mengutus ular untuk menemaniku di kuburan ini. Ini sungguh suatu keadaan yang buruk dan menakutkan."

Anda bisa ceritakan hal itu ke siswa agar siswa mau berwudhu dengan sempurna sebelum shalat. Tentu saja Anda harus menggunakan teknik yang bagus dalam mengisahkannya, tetapi tidak berlebihan.

Untuk membiasakan memiliki wudhu Anda bisa menganjurkan siswa agar berwudhu sebelum mandi, sebelum tidur, bahkan sebelum mereka berangkat ke sekolah. Di bawah ini cerita tentang orang yang membiasakan wudhu:

Suatu hari datang seorang santri kepada Syaikh Atha'illah al-Sakandari. Dia meminta syaikh untuk memberinya ilmu kesaktian dan keajaiban. Syaikh mengabulkannya dengan memberinya 2 saran. Pertama, harus selalu punya wudhu dalam setiap waktu dan kesempatan, dan kedua, harus selalu shalat dua rakaat setelah wudhu.

(Minta kepada siswa untuk membayangkan beratnya perjuangan santri untuk selalu punya wudhu, apalagi di musim hujan. Dia harus memilih makanan dan minuman, yakni hanya makan dan minum makanan yang tidak menghasilkan gas dalam perut. Dia juga tidak boleh telat makan, karena telat makan dapat mengeluarkan gas di dalam perut, dan lain-lain).

Setelah satu tahun dengan perjuangannya, suatu hari santri pergi ke sumur untuk mengambil air. Betapa heran dia, air yang ditimbanya berubah menjadi emas. Cepat-cepat ia kembali ke gurunya dan menceritakan kejadian itu. Syaikh berkata, "kamu sudah memiliki ilmu kesaktian dan keajaiban itu saat kamu mengembalikan emas itu ke dalam sumur."

Sebelum menggunakan kisah sebagai metode mengajar, sebaiknya Anda memperhatikan cara bercerita yang baik, antara lain:

a.       Anda harus menyukai cerita yang akan dikisahkan.

b.       Anda harus menguasai cerita tersebut

c.       Ingat tujuan mengemukakan cerita

d.       Hayati ceritanya, misalnya tirukan sikap sombong, marah, gembira, kaget dan sebagainya sesuai cerita yang Anda sampaikan.

e.       Sampaikan cerita dengan menunjuk gambar yang telah Anda siapkan sebelumnya.

f.        Nada suara disesuaikan dengan cerita atau tokoh-tokohnya

g.       Anda harus peka terhadap perilaku siswa saat mendengar cerita Anda, kalau siswa sudah bosan cerita diperpendek, kalau senang cerita diulang dan diperpanjang.

 

8.       Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi atas keberhasilan pembelajaran yang Anda lakukan dapat menggunakan metode-metode berikut:

a.       Tanya jawab di akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi. Metode ini, bila digunakan sebagai metode evaluasi, dapat diterapkan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam: 1) Menyebutkan urutan-urutan gerakan wudhu, 2) menyebutkan hal-hal yang membatalkan wudhu, dan sebagainya.

b.       Quiz. Anda membuat sebanyak mungkin pertanyaan dengan jawaban pendek (satu atau dua kata) untuk satu tema. Pertanyaan-pertanyaan itu dibagikan kepada siswa untuk dijawab. Sesuaikan pertanyaan-pertanyaan itu dengan materi pembelajaran yang dianggap penting.

c.        Mengamati secara langsung cara-cara siswa melakukan wudhu satu persatu, sebagaimana dalam metode praktek di atas.

d.       Untuk menguji ingatan dan pemahaman siswa atas materi, Anda dapat menggunakan teknik empty outline (baris-baris kosong). Teknik ini berbentuk garis-garis kosong yang membantu siswa menyebutkan ulang materi pembelajaran yang telah disampaikan. Teknik ini dapat Anda lakukan dengan cara mengikuti langkah-langkah berikut:

1.       Anda buat satu outline kosong atau sebagian kecil telah diisi, misalnya sebagai berikut:

Rukun Wudhu

1)     .......................

2)     .......................

3)     .......................

4)     Menyeka Kepala

5)     .......................

6)     .......................

2.       Bagikan outline itu kepada siswa.

3.       Suruhlah siswa mengisi baris-baris kosong sesuai dengan batas waktu yang disediakan.

4.       Kumpulkan jawaban siswa untuk dinilai.

Teknik ini sangat berguna untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak, berkonsentrasi, menghapal, dan mendengar. Teknik ini bisa dipadukan dengan metode ceramah. Caranya, berikan outline sebelum Anda ceramah dan beritahu siswa Anda untuk mengisikan bagian-bagian yang kosong saat Anda menjelaskan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 4

PEMBELAJARAN MANDI WAJIB

 

A.     Mandi Wajib

Mandi wajib adalah menghilangkan hadats besar dengan cara membasuh seluruh bagian tubuh mulai dari atas kepala hingga ujung kaki dengan air.

 

B.      Penyebab Mandi

1.       Berhubungan suami-Istri

2.       Keluar mani disebabkan oleh apa pun, mimpi, disengaja atau tidak sengaja. Kondisi ini disebut janabat atau junub.

3.       Meninggal dunia. Memandikan orang meninggal hukumnya fardhu kifayah, kecuali jenazah orang yang mati syahid.

4.       Nifas (bersalin; masa sesudah melahirkan, lamanya 40-60 hari).

5.       Selesai haid.

6.       Melahirkan, termasuk keguguran.

 

C.     Fardhu Mandi

1.       Niat.

2.       Membasuh seluruh badan dengan meratakan air ke rambut dan seluruh kulit tubuh.

 

D.     Sunnah Mandi Wajib

1.       Membasuh kotoran dan najis dari seluruh badan terlebih dahulu.

2.       Berwudhu sebelum mandi.

3.       Membaca basmalah pada permulaan mandi.

4.       Membasuh badan sampai tiga kali.

5.       Tertib.

 

E.      Cara Mandi Wajib

1.       Membasuh kedua tangan.

2.       Membasuh kemaluan dengan tangan kiri.

3.       Berwudhu.

4.       Menuangkan air ke atas kepala sebanyak 3 kali untuk mencuci rambut dengan cara memasukkan jari-jari ke sela-sela rambut.

5.       Membasuh seluruh badan dengan air secara merata hingga bersih.

6.       Membasuh kaki dengan mendahulukan yang kanan.

7.       Tidak berlebihan dalam menggunakan air.

 

F.      Mandi Sunnah

1.    Mandi pada hari jum’at sebelum shalat jum’at.

2.    Mandi hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

3.    Mandi orang gila setelah sembuh dari kegilaannya.

4.    Mandi ketika akan ihram haji dan umrah.

5.    Mandi sehabis memandikan mayat.

6.    Mandi orang kafir setelah memeluk agama Islam.

7.    Mandi wanita istihadlah.

8.       Mandi wanita istihadlah.

 

G.     Darah Perempuan

1.       Darah Haid

·   Darah haid adalah darah yang keluar dari rahim sejak balig yang datang pada waktu tertentu, berwarna kehitaman, dan panas.

·   Haid biasanya berlangsung enam atau tujuh hari tujuh malam. Adapun paling sedikit adalah sehari semalam dan paling lama lima belas hari dan malam.

·   Suci antara haid paling sedikit lima belas hari dan sebanyak-banyaknya tidak ada batasan.

·   Perempuan yang sedang haid tidak diperbolehkan shalat, puasa, tawaf, menyentuh al-Qur’an dan tidak boleh bersenggama.

·   Suami haram mentalak ketika istri haid. Bagi perempuan hendaknya mengganti puasa wajib yang ditinggalkan selama haid dan tidak diperintahkan untuk mengganti shalat.

 

2.       Darah Nifas

·   Darah nifas adalah darah yang keluar pada rahim pada saat melahirkan dan beberapa waktu sesudah melahirkan.

·   Masa nifas paling sedikit sekejap ketika melahirkan, pada umumnya 40 hari dan paling lama 60 hari.

·   Adapun perempuan yang sedang nifas, sebagaimana perempuan yang sedang haid dalam masalah hukum Islam.

 

3.       Darah Istihadhoh

·   Darah istihadhah adalah darah yang mengalir dari bagian bawah rahim yang disebabkan oleh penyakit, bukan pada saat haid atau nifas.

·   Perempuan yang sedang istihadhah sebagaimana perempuan yang sedang suci, diperbolehkan mengerjakan ibadah seperti shalat, puasa dan ibadah lainnya.

 

F. Pembelajaran Fiqih

1.    Metode Ceramah

Metode ceramah digunakan untuk lima tujuan, yaitu: (a) menyampaikan informasi, (b) menerangkan masalah, (c) menjelaskan sesuatu, (d) memberi motivasi, dan (e] mengajukan pendapat pribadi.

Dalam pembelajaran mandi wajib, metode ceramah dapat digunakan untuk; (1) menyampaikan informasi tentang tujuan pembelajaran mandi wajib; (2) menerangkan apa dan bagaimana mandi wajib; (3) menjelaskan sebab dan kegunaan mandi wajib; (4) memberi motivasi siswa membaca buku tentang mandi wajib; dan (5) menyampaikan pendapat Anda sendiri tentang masalah mandi wajib bila dirasa perlu.

Menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan informasi berarti memberi tahu siswa tentang suatu fakta dengan tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat, atau kesenjangan antara definisi dengan kenyataan, tidak problematik. Cukup sekedar pemberitahuan atau sekedar diketahui. Anda bisa mengatakan:

-             tujuan pembelajaran mandi wajib adalah   

-             jenis-jenis air suci adalah airsungai, air sumur, airlaut, airhujan, airsalju, dan air dari mata air.

Ceramah juga dapat Anda gunakan untuk menerangkan hakikat sesuatu atau cara melakukan sesuatu. Misalnya Anda mengatakan:

-             Mandi besar adalah          

-             Haid adalah         

-             Cara-cara mandi wajib yang benar adalah mengalirkan air ke seluruh tubuh disertai dengan niat mensucikan diri dari hadats besar.

-             Cara mandi wajib yang benar dan sempurna sesuai dengan sunnah Nabi adalah sebagai berikut:

1)     Sebelum mandi, membasuh telapak tangan tiga kali

2)     Membasuh kemaluan

3)     Berwudhu secara sempurna

4)     Menyiramkan air ke kepala, sebanyak tiga kali sambil memasukkan air dengan jari tangan ke sela-sela rambut, sehingga membasahi kulit kepala.

5)     Menyiramkan air ke seluruh tubuh dengan memulai dari sisi kanan … dan seterusnya.

Metode ceramah dapat Anda gunakan untuk menjelaskan sesuatu yang memiliki hubungan dengan yang lain. Anda menjelaskan "mengapa" atau "untuk apa" dari sesuatu berarti Anda sedang menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan. Misalnya:

-          Mengapa cara mandi wajib perempuan berbeda dengan cara mandi laki-laki? Hal itu karena perbedaan fisikdan keadaan antara perempuan dan laki-laki,...dan seterusnya.

Ceramah bisa Anda gunakan untuk memberi motivasi, menimbulkan minat dan perhatian siswa untuk melakukan sesuatu. Ceramah juga dapat digunakan untuk menyampaikan pendapat pribadi Anda tetang suatu masalah.

 

2.    Teknik Jigsaw

Untuk menyampaikan materi mandi wajib kepada siswa kelas VI MI, Anda bisa menggunakan teknik jigsaw dalam pembelajarannya. Teknik ini dapat mengaktifkan siswa serta melatih siswa percaya diri dalam melakukan sesuatu serta melatih sikap tanggung jawab. Teknik ini dapat Anda laksanakan, misalnya dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1)   Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok beranggotakan 4 orang.

2)   Tiap orang dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda, misalnya:

Siswa pertama diberi materi: hal-hal yang haram dilakukan oleh orang yang berhadats besar, seperti shalat, thawaf, memegang dan membaca al-Quran, dan duduk atau berhenti di mesjid.

Siswa kedua membaca materi: cara-cara (rukun) mandi wajib, yaitu (1) niat, dan (2) mengalirkan air ke seluruh tubuh.

Siswa ketiga menelaah materi: Mandi Sunnah, yaitu: (1) pada hari jum'at; (2] hari raya 'idul fithri dan adha, (3) setelah memandikan mayat; (4) memulai ihram untuk haji ataupun umrah, (5) sembuh dari kegilaan; dan (6) saat masuk Islam.

Siswa keempat mempelajari materi: sunnah-sunnah mandi, yaitu: (1) membasuh kedua telapak tangan tiga kali, [2] membasuh kemaluan, (3] berwudhu, (4) menyiramkan air ke kepala tiga kali, dan (5) menyiramkan air ke seluruh tubuh mulai dari sebelah kanan, dan (6] berturut-turut.

3)   Tiap orang dalam kelompok diberi tugas yang berbeda

4)   Anggota tim yang berbeda, yang telah mempelajari bagian/sub-bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub-bab mereka. Misalnya, siswa yang mempelajari cara-cara mandi wajib berkumpul bersama dalam kelompok baru untuk mendiskusikannya.

5)   Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli anggota kelompok tersebut kembali ke kelompoknya semula dan bergantian mengajarkan materi yang dikuasainya kepada teman sekelompok. Sementara anggota tim yang lain mendengarkan dan membuat catatan

6)   Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas (klasikal).

7)   Guru memberikan evaluasi dan panduan

8)   Penutup.

 

3.    Teknik Student Team-Achievement Divisions (STAD)

Hampir mirip dengan teknik jigsaw, dalam mengajarkan materi mandi wajib Anda dapat juga menggunakan teknik STAD dengan langkah-langkah berikut ini:

1)     Kelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok dengan anggota kelompok 4 (empat) orang siswa.

2)     Guru menyajikan pelajaran mandi wajib dengan menggunakan ceramah.

3)     Guru membagikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggotanya. Tugas berupa membuat ringkasan ceramah.

4)     Anggota kelompok yang sudah mengerti diberi tugas untuk menyampaikan materi yang dipahaminya kepada anggota kelompoknya, sampai semua anggota kelompok mengerti.

5)     Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis siswa tidak boleh saling mernbantu.

6)     Guru memberi evaluasi

7)     Guru memberikan kesimpulan.

 

4.    Teknik Membagi Kelompok

Dalam membuat kelompok perlu memperhatikan pembagian siswa dengan adil dan merata, yakni orang yang memiliki kemampuan akademik tinggi dikelompokkan dengan yang kemampuannya menengah dan rendah. Di bawah ini contoh pembagian siswa dengan cara tersebut:

 

Pengelompokan Heterogetitas berdasarkan kemampuan akademik

Langkah I:

Urutkan siswa berdasarkan kemampuan akademik

Langkah II:

Membentuk kelompok I

Langkah III:

Membentuk kelompok selanjutnya

1.       Mikal

1.       Mikal

1.       Mikal

2.       Lukman

2.       Lukman

2.       Lukman

3.       Rahmi

3.       Rahmi

3.       Rahmi

4.       Naufa

4.       Naufa

4.       Naufa

5.       Imad

5.       Imad

5.       Imad

6.       Dimas

6.       Dimas

6.       Dimas

7.       Muslim

7.       Muslim

7.       Muslim

8.       llham

8.       llham

8.       llham

9.       Zidni

9.       Zidni

9.       Zidni

10.   Fadla

10.   Fadla

10.   Fadla

11.   Nanda

11.   Nanda

11.   Nanda

12.   Dinda

12.   Dinda

12.   Dinda

13.   Fahmi

13.   Fahmi

13.   Fahmi

14.   Syifa

14.   Syifa

14.   Syifa

15.   Ghina

15.   Ghina

15.   Ghina

16.   Lina

16.   Lina

16.   Lina

17.   Rizki

17.   Rizki

17.   Rizki

18.   Milla

18.   Milla

18.   Milla

19.   Tessa

19.   Tessa

19.   Tessa

20.   Ma'ruf

20.   Ma'ruf

20.   Ma'ruf

21.   Isti

21.   Isti

21.   Isti

22.   Haddad

22.   Haddad

22.   Haddad

23.   Arin

23.   Arin

23.   Arin

24.   Jaguar

24.   Jaguar

24.   Jaguar

25.   Zigzag

25.   Zigzag

25.   Zigzag

26.   Hilya

26.   Hilya

26.   Hilya

27.   Hifdi

27.   Hifdi

27.   Hifdi

28.   Hikam

28.   Hikam

28.   Hikam

 

1

14

 

2

13

 

 

 

 

 

15

28

 

16

27

 

5.      Evaluasi Pembelajaran

Pada dasarnya evaluasi pembelajaran mandi wajib dapat dilakukan melalui tes lisan, tertulis maupun praktek. Dalam tes tulis, siswa dapat diberi soal berupa jawaban uraian ataupun objektif. Teknik evaluasi yang dibahas pada kegiatan belajar sebelumnya, di modul 2 dapat juga Anda gunakan untuk melakukan evaluasi pembelajaran mandi wajib ini. Metode/teknik jigsaw ataupun student achievement yang telah dijelaskan di atas dapat pula digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan pengajaran.

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi pembelajaran adalah satu teknik yang disebut dengan istilah muddiest point (masalah yang paling kabur). Teknik ini dapat digunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam kecakapan mendengar, menyimak, konsentrasi, menganalisa, dan menyimpulkan. Sekaligus dengan teknik ini seorang guru dapat mengevaluasi dirinya dalam menampaikan materi. Pertanyaan-pertanyaan yang dikumpulkan dari siswa dapat menjadi bahan review pelajaran pada pertemuan berikutnya. Teknik ini dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1)     Tentukan umpan balik {feedback] yang diinginkan untuk materi pelajaran mandi wajib dari satu sesi pengajaran.

2)     Sediakan waktu beberapa menit di akhir sesi pengajaran.

3)     Sebelum menugaskan siswa, beritahukan kepada mereka berapa waktu yang tersedia untuk mengerjakannya dan apa kegunaan pekerjaan itu.

4)     Kemudian, bagikan potongan-potongan kertas atau kartu-kartu kepada mereka.

5)     Mintalah mereka menulis butir yang paling kabur, materi yang paling tidak dipahami dari materi pelajaran yang telah diberikan.

6)     Setelah siswa mengerjakannya, kumpulkan jawaban mereka

7)     Berilah respon terhadap umpan balik siswa tersebut pada pertemuan berikutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 5

PEMBELAJARAN SHALAT

 

A.    Shalat

Shalat menurut bahasa adalah do’a. Menurut istilah adalah ucapan dan aperbuatan yang dimulai dengan takbir diakhiri dengan salam dengan maksud beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.  Perintah melaksanakan shalat fardhu turun pada saat Rasulullah Saw melaksanakan Isra dan Mi’raj.  Mendirikan shalat fardhu merupakan rukun Islam kedua dan hukumnya fardhu ‘ain. Artinya, shalat fardhu tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

 

B.     Kedudukan Shalat

1.       Amal yang pertama di hisab.

2.       Pembeda kafir dan muslim.

3.       Tiang Agama.

4.       Wajib diperintahkan sejak dini.

5.       Dimasukkan ke neraka saqar.

6.       Shalat adalah akhir wasiat Nabi Saw.

7.       Perintah untuk keluarga.

8.       Allah mencela orang yang melalaikan shalat.

9.       Wajib di qodho jika ditinggalkan.

10.   Shalat diwajibkan tanpa perantara Jibril dalam Isra’ dan Mi’roj.

11.   Awalnya shalatdiwajibkan 50 sholat yang menunjukkan Allah sangat menyukai ibadah shalat.

 

C.    Syarat Wajib Shalat

1.      Muslim.

2.      Baligh.

3.      Berakal sehat.

4.      Suci dari haid dan nifas bagi perempuan.

5.      Mengetahui ketentuan shalat fardhu.

6.      Terjaga, seseorang yang tertidur dan lupa, wajib shalat ketika bangun atau ingat.

 

D.    Syarat Sah Shalat

1.    Suci dari hadat besar dan kecil.

2.    Badan, pakaian, dan tempat shalat, suci dari najis.

3.    Menutup aurat. Aurat laki-laki dari pusar sampai lutut dan bagi perempuan seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.

4.    Telah masuk waktu shalat.

5.    Menghadap kiblat.

6.    Sadar atau tidak mabuk.

 

E.     Rukun Shalat

1.      Niat.

2.      Berdiri menghadap kiblat bagi yang mampu.

3.      Membaca takbiratul ihram.

4.      Membaca Surat al-Fatihah.

5.      Ruku’ dengan tuma’ninah.

6.      I’tidal.

7.      Dua kali sujud.

8.      Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah.

9.      Duduk tawarruk, yaitu duduk ketika membaca tasyahud akhir.

10.  Membaca tasyahud akhir.

11.  Membaca shalawat kepada Nabi.

12.  Mengucapkan salam yang pertama.

13.  Tertib.

 

F.     Sunnah Shalat

1.      Mengangkat kedua tangan sejajar dengan pundak ketika membaca takbiratul ihram, hendak ruku’, bangkit dari ruku’ dan hendak berdiri setelah duduk tasyahud awal.

2.      Bersedekap, meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri.

3.      Pandangan melihat ke tempat sujud.

4.      Membaca doa iftitah sesudah takbiratul ihram sebelum membaca fatihah.

5.      Membaca ta’awwudz sebelum membaca surah al-Fatihah.

6.      Mengucap amin sesudah membaca surah al-Fatihah.

7.      Menyaringkan bacaan surah al-Fatihah dan suah pendek ketika melaksanakan shalat Maghrib, ‘Isya dan Shubuh.

8.      Mendengarkan bacaan imam untuk makmumnya.

9.      Mengucapkan takbir setiap pergantian gerakan shalat.

10.  Membaca do’a i’tidal.

11.  Meletakkan kedua tangan di atas kedua lutut ketika ruku’.

12.  Membaca doa ruku’ dan sujud.

13.  Melakukan duduk iftirasy.

14.  Melakukan duduk tawarruk pada tasyahud akhir.

15.  Membaca sam’allahu liman hamidah ketika bangkit dari ruku’.

16.  Membaca doa duduk di antara dua sujud.

17.  Menoleh ke kiri pada salam kedua.

 

G.    Batal Shalat

1.      Meninggalkan salah satu rukun shalat.

2.      Meninggalkan salah satu syarat shalat.

3.      Berbicara selain bacaan shalat atau tertawa secara sengaja.

4.      Keluar hadats besar dan hadats kecil.

5.      Terlihat aurat pada saat shalat.

6.      Melakukan gerakan yang tidak ada hubungannya dengan shalat secara sengaja.

7.      Makan dan minum ketika sedang shalat dengan sengaja.

8.      Membelakangi atau berubah kiblat.

 

H.    Waktu Shalat Fardhu

1.      Zhuhur, dimulai saat bayangan tepat berada di bawah badan dan berakhir saat bayangan sama panjang dengan tubuh.

2.      Ashar, dimulai ketika bayangan sama panjang dengan tubuh sampai mata hari terbenam.

3.      Maghrib, dimulai setelah matahari terbenam sampai hilangnya mega (syafaq) merah.

4.      Isya, dimulai ketika lenyap mega merah atau sehabis maghrib sampai terbit fajar.

5.      Subuh, dimulai sejak terbit fajar sampai terbit matahari.

 

I.       Waktu yang dilarang Mengerjakan Shalat

1.      Sesudah shalat subuh sampai dengan terbit matahari.

2.      Pada saat matahari terbit sampai matahari naik sedikit, kurang lebih 16 menit setelah isyraq.

3.      Pada saat matahari berada pada waktu istiwa (matahari berada pas di atas kita) yang menyebabkan tidak munculnya bayang-bayang pada benda yang berdiri tegak.

4.      Setelah shalat ashar sampai terbit matahari.

 

J.      Pengecualian Shalat Pada Waktu Terlarang

1.      Shalat sunnah yang dikerjakan karena suatu sebab, seperti tahiyatul masjid, shalat gerhana, sehabis wudhu, dan lain sebagainya.

2.      Shalat sunnah ketika matahari di tengah langit waktu istiwa pada hari jum’at.

3.      Shalat sunnah di Mekkah.

 

K.    Shalat Sunnah

Shalat sunnah disebut juga shalat nawafil atau tathawwu’. Shalat sunnah adalah shalat tambahan dari sahalat lima waktu. Antara lain:

1.      Shalat Rawatib

Shalat sunnah rawatib adalah sebagai berikut:

a.    2 rakaat sebelum shalat subuh

b.   4 rakaat sebelum shalat zhuhur

c.    4 rakaat sesudah shalat zhuhur

d.   4 rakaat sebelum shalat asar

e.    2 rakaat sebelum shalat maghrib

f.     2 rakaat sesudah shalat maghrib

g.   2 rakaat sesudah shalat isya

Shalat sunnah rawatib yang disebutkan di atas ada di antaranya yang dihukumi sunnah biasa dan ada sangat dianjurkan atau dihukumi sunnah mu'akkadah (sunnah yang penting). Shalat sunnah rawatib yang bersifat sunnah mu'akkadah yaitu:

a.       2 rakaat sebelum shalat subuh

b.      2 rakaat sebelum shalat zhuhur

c.       2 rakaat setelah shalat zhuhur

d.      2 rakaat setelah shalat maghrib

e.       2 rakaat sesudah shalat isya

 

2.      Shalat Dhuha

Shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada pagi hari, waktunya dari matahari mulai meninggi, kira-kira 15 menit setelah terbit matahari hingga 15 menit sebelum masuk waktu zhuhur. Jumlah raka’at minimal 2 raka’at maksimal 12 raka’at.

 

3.      Shalat Istisqa’

Shalat Istisqa adalah shalat sunnah yang bertujuan meminta hujan.  Dilaksanakan ketika terjadi kemarau panjang.  Shalat istisqa’ biasanya dilakukan dilapangan terbuka.

 

4.      Shalat Kusuf dan Khusuf

Shalat Kusuf dilakukan karena terjadi gerhana matahari. Shalat Khusuf dilakukan karena terjadi gerhana bulan.

 

5.      Shalat Istikharah

Shalat Istikharah adalah shalat yang dikerjakan untuk memperoleh petunjuk yang baik dari Allah Swt.  Shalat ini dilakukan jika berhadapan dengan permasalahan yang berkaitan dengan penentuan pilihan. Petunjuk kadang diperoleh melalui mimpi atau kemantapan dalam hati untuk menentukan keputusan.

 

6.      Shalat ‘Id

Shalat ‘id meliputi dua shalat hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.  Idul Fitri dilaksanakan setelah selesai Ramadhan pada 1 Syawwal.  Idul Adha disebut juga Idul Kurban, dilaksanakan pada 10 Dzulhijjah.

Setelah berpuasa satu bulan, umat Islam bergembira. Seperti kata Rasulullah, kegembiraan orang berpuasa itu ada dua. Pertama, kegembiraan saat berbuka atau selesainya tugas puasa, dan kedua kegembiraan saat bertemu Allah yang menyediakan pahala puasa. Kegembiraan selesai berpuasa disambut dengan shalat dua rakaat yang dipenuhi ucapan pujian atas kebesaran Allah pada tanggal satu syawal. Shalat itu disebut shalat sunnah 'id.

Selain pada tanggal satu syawal, shalat 'id dilaksanakan juga pada tanggal 10 dzulhijjah. Shalat 'id yang ini bukan karena selesainya puasa, namun karena pada hari itu para jamaah haji selesai melakukan wukuf di 'arafah. Jadi umat Islam memiliki dua hari raya dan dua kali shalat 'id dalam satu tahun, yaitu shalat hari raya 'idu-l-fithri dan 'idu-l-adh-ha

Shalat 'idul fitri dan shalat idul adha dua shalat yang dilakukan di lapangan terbuka (bila memungkinkan) pada dua hari raya. Hukum shalat 'id adalah sunah mu'akkadah. Bahkan kaum perempuan yang sedang haid pun disunnahkan untuk bisa hadir di tempat shalat, walaupun tidak ikut shalat. Tata cara shalatnya memiliki kesamaan, hanya pada beberapa perbuatan sunnah tertentu di luar shalat yang berbeda.

Adapun cara shalat 'id adalah sebagai berikut:

1)     Niat untuk shalat 'id (fitri atau adha)

2)     Takbiratu-l-ihram sebagaimana shalat biasa

3)     Kemudian diikuti takbir 7 kali dengan diiringi bacaan tasbih di antara takbir-takbir itu.

4)     Membaca surat al-fatihah

5)     Membaca surat

6)     Ruku', I'tidal dan sujud seperti shalat biasa

7)     Pada rakaat kedua, saat berdiri dari sujud bertakbir 5 kali diselingi bacaan tasbih seperti pada rakaat pertama.

8)     Selanjutnya seperti dalam shalat biasa.

9)     Selesai shalat, khatib melaksanakan khutbah dan jamaah mendengarkan sampai selesai.

 

7.      Shalat Tahiyatul Masjid

Shalat Tahiyyatul Masjid dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap masjid. Shalat ini dilakukan dua raka’at ketika masuk masjid sebelum duduk.

 

8.      Shalat Tarawih

Shalat Tarawih dikerjakan setiap malam pada bulan Ramadhan. Shalat tarawih boleh dilakukan berjamaah di masjid atau di rumah. Waktu pelaksanaannya sesudah shalat Isya’ sampai sebelum sahur.

 

9.      Shalat Witir

Shalat Witir adalah shalat sunnah yang raka’atnya ganjil, yaitu shalat 1 raka’at, 3 raka’at, 5 raka’at, 7 raka’at, 9 raka’at, atau 11 raka’at. Waktu pelaksanaannya adalah malam hari, sesudah shalat Isya’ sampai terbit fajar.

 

L.     Sujud

Macam-macam sujud antara lain:

1.      Sujud Sahwi

Sujud sahwi adalah sujud karena lupa. Sujud sahwi dilakukan karena meninggalkan pekerjaan atau bacaan tertentu dalam shalat.  Pelaksanaan sujud sahwi sama dengan sujud pada umumnya. Jumlahnya dua kali diselingi duduk diantara dua sujud. Sujud sahwi dilakukan sebelum salam. Dalam pelaksanaan shalat berjama’ah, makmum harus mengikuti imam. Akan tetapi, jika imam lupa, makmum harus mengingatkan. Makmum laki-laki mengingatkan dengan mengucapkan lafaz subhanallah, sedangkan makmum perempuan mengingatkan dengan menepukkan tangan. Selanjutnya imam melakukan sujud sahwi dan wajid diikuti oleh makmum.  Hal-hal yang menyebabkan sujud sahwi:

a.       Kekurangan jumlah raka’at

b.      Ragu-ragu bilangan raka’at

c.       Kelebihan raka’at

d.      Lupa tasyahud.

 

2.      Sujud Tilawah

Sujud tilawah dilakukan ketika seseorang membaca atau mendengar ayat-ayat sajadah yang dibacakan orang lain. Namun, jika yang membaca tidak melakukan sujud tilawah, yang mendengarkan juga tidak melakukan. Sujud tilawah dapat dilakukan pada waktu shalat, juga di luar shalat. Hukum sujud tilawah adalah sunnah. Bacaan sujud tilawah adalah: “Aku bersujud kepada Tuhan yang telah menjadikan dan membentuk aku dan telah membukakan pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya”. (HR. Al-Tirmidzi dan Abu Dawud).

a.       Syarat Sujud Tilawah

1.    Suci dari hadats dan najis.

2.    Menghadap kiblat.

3.    Menutup aurat.

4.    Dilakukan ketika membaca atau mendengar ayat sajadah.

b.       Rukun Sujud Tilawah di luar shalat

1.      Niat.

2.      Takbiratul Ihram.

3.      Sujud satu kali.

4.      Memberi salam sesudah duduk.

5.      Tertib.

c.       Ayat Sajdah ada lima belas

1.      Surat al-‘Araf (7): 206.

2.      Surah ar-Ra’d (13): 15.

3.      Surah an-Nahl (16): 50.

4.      Surah al-Isra’ (17): 109.

5.      Surah Maryam (19): 58.

6.      Surah al-Hajj (22): 18.

7.      Surah al-Hajj (22): 77.

8.      Surah al-Furqan (25): 60.

9.      Surah an-Naml (27): 26.

10.  Surah As-Sajdah (32): 15.

11.  Surah Shad (38): 24.

12.  Surah Fushilat (41): 38.

13.  Surah An-Najm (53): 62.

14.  Surah al-Insyiqaq (84): 21.

15.  Surah al-‘Alaq (96): 19.

 

3.      Sujud Syukur

Sujud sukur artinya sujud terima kasih. Sujud sukur ialah sujud yang dilakukan ketika seseorang memperoleh kenikmatan dari Allah atau terhindar dari marabahaya.  Sujud syukur adalah sunnah. Sujud syukur dilakukan di luar shalat. Sujud syukur hanya dilakukan satu kali. Sujud syukur hanya disunnahkan di luar shalat, tidak boleh dilakukan di dalam shalat

 

M.   Shalat Orang yang Sedang Sakit

Apabila seseorang menderita sakit yang menyebabkannya tidak mampu berdiri, ia dibolehkan shalat sambil duduk (seperti duduknya dalam tasyahud, atau dengan cara bersila). Dan sekiranya tidak mampu melakukan ruku' dan sujud, ia dibolehkan melakukannya dengan sedikit menundukkan kepalanya pada waktu ruku' maupun sujud. Dalam hal ini sebaiknya menundukkan kepala sedikit lebih ke bawah ketika sujud, dibandingkan dengan ketika ruku'.

Dan apabila tidak kuasa berdiri maupun duduk, hendaknya ia shalat sambil tiduran dalam keadaan miring, sementara wajahnya menghadap kiblat. Dan apabila yang demikian itu tidak kuasa dilakukannya, maka ia boleh melaksaakan shalat dengan telentang, dengan kedua kakinya menghadap ke arah kiblat, sementara ruku' dan sujudnya cukup dilakukan dengan mengerdipkan mata saja.

Dan apabila ia memulai shalatnya dalam keadaan berdiri, kemudian ia tidak kuasa melanjutkannya seperti itu, dibolehkan baginya meneruskan shalatnya sambil duduk dan seterusnya.

 

N.    Pembelajaran Shalat

Untuk dapatmenyampaikan materi shalat, agar tercapai tujuan utama pembelajaran, yaitu membentuk pribadi yang taqwa, diperlukan metode-metode pembelajaran yang relevan. Untuk mencapai kompetensi menyebutkan shalat-shalat fardhu dapat menggunakan ceramah, tanya jawab, dan hapalan. Sedangkan untuk mencapai kompetensi menirukan gerakan menggunakan metode demontrasi ataupun latihan/praktek. Adapun guna meraih kompetensi "mampu menirukan bacaan" menggunakan hapalan dan penugasan.

1.      Metode Ceramah.

Metode ceramah dapat digunakan untuk menyampaikan materi fiqh tentang ketentuan shalat, khususnya tentang kewajiban shalat bagi setiap mu'min dan hal-hal yang bersifat teoritis lainnya. (Anda dapat membaca kembali modul sebelumnya yang menjelaskan metode ini). Hal-hal yang terkait dengan gerakan dan bacaan sebaiknya menggunakan metode lain yang lebih efektif.

 

2.      Metode Tanya Jawab.

Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang kewajiban shalat, macam-macam shalat sunnah, dan untuk mengetahui siapa di antara siswa yang sudah biasa melaksanakan shalat di rumahnya.

Metode ini dapat juga digunakan untuk menguji hapalan bacaan shalat atau memotivasi siswa untuk menghapalnya.

Contoh berikut ini adalah metode tanya jawab yang difungsikan untuk menguji kemampuan hapalan atas bacaan shalat.

-          Guru membacakan satu bacaan, misalnya subhana rabbiya-l-'azhim, kemudian ia meminta siswa untuk menyebutkan, kapan bacaan tersebut dibaca saat shalat. (jawab: saat ruku'). Lakukan berulang-ulang.

-          Guru dapat menunjuk seorang siswa untuk membacakan suatu bacaan, kemudian siswa yang lain diminta menunjukkan saat kapan bacaan itu dibaca dalam shalat.

-          Guru dapat membagi kelas kepada beberapa kelompok kecil. Satu kelompok menyebutkan gerakan, kelompok lain melafalkan bacaan.

-          Untuk setiap jawaban yang benar berikan pujian atau score. Bila ada jawaban yang salah, guru segera memperbaikinya.

 

3.   Teknik Bola Pertanyaan

Teknik ini salah satu teknik yang dapat digunakan dalam sesi tanya jawab. Teknik ini memadukan tanya jawab dengan bermain-main yang mungkin akan cocok bila diterapkan kepada siswa dasar. Untuk menggunakan teknik Bola Pertanyaan guru dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a.       Bagilah setiap siswa dengan selembar kertas kosong

b.      Mintalah setiap siswa menulis pertanyaan pada kertas tersebut. Mintalah kepada mereka agar menulis pertanyaan dengan huruf cetak agar temannya dapat membacanya. Siswa tidak perlu menulis namanya di kertas itu.

c.         Ajaklah setiap siswa untuk meremas kertas itu menjadi sebuah bola.

d.        Guru mengumpulkan bola-bola itu ke dalam keranjang dan membagikan kembali bola-bola itu dengan melemparkan satu demi satu kepada setiap siswa di kelas. Atau, jika kelas membutuhkan penyegaran fisik, guru dapat meminta siswa berdiri dan bermain perang-perangan dengan saling melempar bola pertanyaan ke temannya. Jaga agar tetap tertib. Beri waktu untuk hal itu selama 30 detik.

e.         Beri aba-aba agar siswa mengambil satu bola. Mintalah mereka untuk membuka bola tersebut dan menjawab pertanyaan yang ada di dalamnya.

f.          Setelah beberapa menit mintalah beberapa siswa untuk maju ke depan membacakan soal serta jawabannya secara bergiliran.

g.        Guru dan siswa lain memberi umpan balik

h.        Guru menyimpulkan dan menutup pembelajaran.

 

4.   Teknik Examples Non Examples

Dalam pembelajaran shalat, teknik ini dapat digunakan untuk memperkenalkan gerakan-gerakan shalat dan urutannya melalui sejumlah gambar. Penjelasan dengan menggunakan media gambar akan lebih diingat siswa daripada penjelasan dengan cara ceramah. Sesuatu yang dapat dilihat lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang didengar. Teknik examples and examples ini dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

a.       Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini gambar-gambar gerakan shalat sesuai urutannya.

b.      Guru menempelkan gambar shalat yang tidak beraturan di papan tulis atau ditayangkan melalui LCD

c.       Guru memberikan petunjuk "untuk mengurutkan gambar" dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar tersebut

d.      Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas

e.       Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya dan mengurutkan gambar shalat sesuai urutan yang sebenarnya.

f.        Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang hendak dicapai.

g.      Guru membuat kesimpulan

Selain teknik ini, Anda dapat baca kembali teknik Picture and Picture dalam modul sebelumnya.

 

5.      Teknik Make a Match (Mencari Pasangan)

Untuk mengingatkan siswa pada ketentuan-ketentuan shalat yang telah diajarkan sebelumnya, guru dapat menggunakan teknik Make a Match. Teknik Make a Match dapat digunakan untuk mengingatkan siswa pada materi yang sudah diajarkan dan dapat pula digunakan menjelang ujian. Teknik ini lebih baik dan lebih efektif daripada melakukan review melalui ceramah. Teknik Make a Match dapat guru lakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1)     Guru menyiapkan beberapa kartu sebanyak jumlah murid dalam kelas yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review atau pengulangan materi. Misalnya:

Kartu (1) (tertulis di dalamnya) NIAT SHALAT

Kartu (2) (tertulis di dalamnya) Ushallifardhu-sh-shubhi dan seterusnya.

Kartu (3) (tertulis di dalamnya) RUKU'

Kartu (4) (tertulis di dalamnya) Subh&na rabbiya-l-'azhim

Kartu (5) (tertulis di dalamnya) SYARAT SHALAT

Kartu (6) (tertulis di dalamnya) Menutup Aurat

Dan seterusnya. Masing-masing kartu berpasangan dengan kartu lainnya.

2)     Guru membagikan kartu-kartu tersebut sehingga setiap siswa mendapat satu kartu.

3)     Guru meminta siswa untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya.

4)     Siswa dapat juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok dengannya.

 

6.   Teknik Explicit Intruction (Perintah yang Jelas)

Teknik Explicit Intruction dirancang secara khusus untuk mengembangkan cara belajar siswa mengenai pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan cara selangkah demi selangkah, setahap demi setahap. Teknik ini dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan tertentu, termasuk di dalamnya keterampilan melaksanakan gerakan shalat dan bacaannya. Untuk pembelajaran praktek shalat teknik ini dapat digunakan dengan melalui cara-cara berikut ini:

1)     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk melakukan shalat.

2)     Guru mendemontrasikan keserasian gerakan dan bacaan shalat sesuai dengan urutan shalat yang benar.

3)     Setelah selesai mendemontrasikan, guru membimbing pelatihan shalat yang serasi bacaan dengan gerakannya kepada siswa per kelompok.

4)     Kemudian, guru melakukan pengecekan atas kemampuan siswa dan memberikan

5)     Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan lebih lanjut.

 

7.   Teknik Modeling The Way

Dengan metode ini guru memperagakan gerakan-gerakan shalat sesuai dengan urutannya yang benar. Untuk metode demontrasi, di antaranya Anda dapat menggunakan teknik silent demonstration yang telah dibahas di modul bersuci pada kegiatan belajar pembelajaran wudhu, atau Anda dapat menggunakan teknik Modeling The Way. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperagakan gerakan-gerakan shalat yang telah dipelajari sebelumnya, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1)     Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai

2)     Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.

3)     Menyiapkan bahan atau alat jika diperlukan

4)     Menunjuk salah seorang siswa atau sekelompok kecil siswa untuk mendemontrasikan gerakan shalat dan bacaannya sesuai contoh dari Nabi Muhammad Saw.

5)     Seluruh siswa diminta untuk memperhatikan demontrasi temannya

6)     Tiap siswa diminta mengemukakan pemahamannya atas gerakan-gerakan yang dicontohkan.

7)     Guru memberi ulasan dan kesimpulan.

 

8.    Metode Praktek.

Dalam metode praktek guru berperan sebagai pembimbing. Guru membimbing siswa dalam mempraktekkan gerakan dan bacaan shalat. Untuk itu guru harus menetapakan aspek-aspek yang akan dibimbingkan kepada siswa. Guru harus memperhatikan:

a.       Apakah posisi tangan ketika takbiratul ihram sudah tepat?

b.      Apakah posisi tangan ketika berdiri sudah benar? Tangan kanan di atas tangan kiri?

c.       Apakah bacaan al-Fatihah siswa sudah benar?

d.      Apakah posisi rukuk siswa sudah benar?Jika belum benar, koreksilah segera.

e.       Apakah posisi sujud siswa sudah benar? Apakah posisi lima anggota tubuh dalam sujud (dahi, hidung, telapak tangan, lutut dan jari kaki) sudah tepat? Jika belum, bimbinglah sampai benar.

f.        Apakah posisi duduk antara dua sujud atau tahiyat awal dan tahiyat akhir sudah benar? Kalau belum, berilah contoh cara yang benar dan bimbinglah siswa dengan lembut.

g.       Perhatikan apakah mereka melakukannya dengan tumaninah.

h.      Begitu pula halnya dengan bacaan. Perhatikan bacaan mereka, terutama surat al-Fatihah.

Untuk melakukan metode ini, guru dapat mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok. Hal ini berguna untuk menghemat waktu, tetapi kurang berguna untuk melihat kemampuan individual siswa dalam mempraktekkan shalat dan bacaannya.

Metode praktek juga dapat dilakukan dengan cara membiasakan shalat berjama'ah di mushola sekolah. Minta bantuan guru lain untuk bekerja sama dalam hal ini.

 

9.       Metode Memory Metrix

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran, Anda perlu melakukan evaluasi. Beberapa metode di atas, sebenarnya bisa digunakan juga sebagai alat ukur bagi keberhasilan pembelajaran.

Untuk mengevaluasi aspek-aspek teoritis dan bacaan dari materi shalat yang Anda ajarkan, Anda dapat memberikan soal-soal untuk menguji memori anak didik. Salah satu metode evaluasi yang dapat Anda gunakan adalah metode Memory Metrix (Matrix Ingatan). Metode ini dapat Anda gunakan untuk mengevaluasi ingatan, pemahaman dan pengetahuan awal.

Memory Metrix adalah strategi penilaian yang terdiri dari baris-baris dan kolom-kolom yang menilai ingatan siswa terhadap materi pembelajaran yang penting dan hubungan antar materi serta menilai kecakapan siswa mengorganisir informasi ke dalam kategori-kategori.

Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1.      Siapkan matrik kosong yang terdiri dari kolom-kolom dan baris-baris.

2.      Kemudian, isilah ruang yang kosong dengan fakta-fakta atau potongan kalimat yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

3.      Pastikan kesesuaian atau keserasian antara judul kolom dengan judul baris.

4.      Mintalah siswa untuk mengisi kolom-kolom yang kosong sesuai dengan judul kolom dan judul baris,

5.      Setelah selesai diisi siswa, kumpulkan matrik itu dan Anda siap untuk melakukan koreksi hasil kerja siswa.

Contoh:

 

No

Nama Shalat

Jumlah Rakaat

Waktu Pelaksanaan

Boleh Jama/Qashar

1

Subuh

..........

..........

..........

2

..........

..........

Saat matahari di atas kepala sampai panjang bayangan setinggi tubuh

..........

3

Asar

..........

..........

..........

4

..........

Tiga rakaat

..........

..........

5

..........

..........

..........

Boleh di jama’ atau qashar dengan maghrib saat bepergian

 

10.              Edarkan Topi

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi ketentuan shalat 'id adalah dengan berbagi pertanyaan melalui edaran topi ke seluruh siswa. Teknik ini dapat digunakan untuk memantapkan pemahaman siswa atas paparan guru sebelumnya. Teknik ini dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

 

1)     Mintalah setiap orang untuk menuliskan pertanyaan (satu atau lebih) mengenai ketentuan shalat 'id pada sebuah kartu dan mintalah merka untuk menaruhnya di dalam sebuah topi yang disediakan/diedarkan

2)     Lalu, mintalah seluruh siswa untuk mengambil pertanyaan dari topi yang sudah diaduk. Mintalah untuk membaca pertanyaannya di depan kelas.

3)     Persilahkan siswa untuk menjawab. Orang pertama yang dapat menjawab dengan benar mendapat nilai atau hadiah ringan berupa kacang, permen, gula-gula, kuaci dan lain-lain.

4)     Guru bisa ikut/membantu menjawab pada pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh siswa.

 

11.             Questions Students Have (Pertanyaan Siswa)

Dalam satu sesi pengajaran, sering ditemukan siswa takut atau malu untuk bertanya. Padahal ia ingin bertanya. Karena banyak yang takut dan malu bertanya, akhirnya kelas jadi monoton. Untukmengaktifkan siswa dalam bertanya dan menanggapi rasa takut dan malunya, guru dapat menggunakan teknik ini. Dengan cara mengajar ini siswa pemalu mendapatkan kesempatan untuk bertanya secara tertulis. Untuk mempraktekkan teknik ini, seorang guru dapat mengikuti langkah-langkah brikut ini:

1)     Guru membagikan potongan-potongan kertas (ukuran kartu pos) kepada siswa.

2)     Mintalah kepada setiap siswa untuk menuliskan satu pertanyaan yang berkaitan dengan materi shalat 'id, atau yang berhubungan dengannya (tidak perlu menuliskan nama atau identitas).

3)     Setelah semua selesai membuat pertanyaan, mintalah masing-masing siswa untuk memberikan pertanyaan itu kepada teman di samping kirinya. Dalam hal ini, jika posisi duduk siswa adalah lingkaran, nantinya akan terjadi gerakan perputaran kertas searah jarum jam. Jika posisi duduk berderet, sesuaikan dengan posisi mereka, asalkan semua siswa dapat giliran untuk membaca semua pertanyaan dari teman-temannya.

4)     Pada saat menerima kertas dari teman di sampingnya, mintalah siswa untuk membaca pertanyaan tersebut. Jika pertanyaan itu termasuk pertanyaan yang ingin ia ketahui jawabannya, maka ia harus memberi tanda centang (V), jika tidak, berikan langsung kepada teman di samping kirinya.

5)     Ketika kertas pertanyaan tadi kembali kepada pemiliknya, mintalah siswa untuk menghitung tanda centang yang ada pada kertasnya. Pertanyaan yang paling banyak mendapat tanda centang mendapat giliran untuk dibacakan, dan kemudian dijawab oleh guru. Lanjutkan dengan pertanyaan yang memiliki centangan lebih sedikit, dan seterusnya.

6)     Berilah respon kepada pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan salah satu dari respon di bawah ini:

a)        Beri jawaban langsung secara singkat

b)       Menunda jawaban sampai pada waktu yang tepat atau waktu membahas topik tersebur,

c)        Menjelaskan bahwa mata kuliah ini tidak akan sampai membahas pertanyaan siswa tersebut. Jawaban secara pribadi akan diberikan di luar kelas.

7)     Jika waktu cukup, minta beberapa orang siswa untuk membacakan pertanyaan yang dia tulis meskipun tidak mendapatkan tanda centang yang banyak, kemudian berikan jawaban.

8)     Kumpulkan semua kertas. Besar kemungkinan ada pertanyaan-pertanyaan yang akan anda jawab pada pertemuan berikutnya.

 

12.          Teknik Think-Pair-Share

Think-Pair-Share secara bahasa berarti berpikir, berpasangan dan berbagi. Sebagai teknik pembelajaran Think-Pair-Share berarti mengaktifkan siswa untuk memikirkan pertanyaan atau tugas dari guru secara mandiri, kemudian mendiskusikannya dengan pasangan yang diikuti dengan berbagi bersama pasangan lain. Dengan kata lain, berpikir sendiri, lalu berdiskusi berdua, kemudian berbagi jawaban dengan empat orang. Teknik ini dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dibandingkan dengan sistem klasikal, yang memungkinkan hanya satu siswa yang maju, teknik ini memungkinkan partisipasi yang lebih, bahkan sampai delapan kali lipat metode klasikal.

Dalam mengajarkan ketentuan shalat rawatib dengan teknik ini, guru dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

 

1)   Guru memberikan tugas kepada semua siswa untuk menjawab pertanyaan/tugas tertentu. Dalam pembelajaran shalat rawatib, misalnya guru memberi pertanyaan:

"Di mushalla kalian sering kalian jumpai orang yang melaksanakan shalat sebelum dan setelah shalat fardhu. Itu namanya shalat rawatib. Coba kalian ingat-ingat berapa rakaat shalat rawatib yang dilakukan orang ituljika seluruh rakaat rawatib digabung jumlahnya menjadi 20 rakaat. Tugas kalian mencatat kapan saja shalat rawatib itu dilakukan?"

2)   Setiap siswa secara perorangan memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut.

3)   Setelah selesai, minta siswa untuk berpasangan dengan seorang siswa di sampingnya dan mendiskusikan jawaban pertanyaan/tugas tadi.

4)   Kemudian, minta dua pasang siswa untuk saling bertemu dan berbagi jawaban.

5)   Kemudian, minta perwakilan kelompok untuk mengemukakan jawaban di depan kelas. Kelompok lain mendengarkan dan memberi umpan balik.

6)   Guru mengevaluasi dan menyimpulkan.

 

13.             Teknik Numbered Head

Selain berguna untuk menyampaikan materi ketentuan shalat rawatib, teknik ini melatih siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam hubungannya dengan kelompok. Dalam pembelajaran ketentuan shalat rawatib teknik ini dapat diterapkan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1)  Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.

2)  Berikan tugas kepada siswa berdasarkan nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data untuk menjawabnya; siswa nomor 2 bertugas menyelesaikan soal; dan siswa nomor 3 bertugas mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.

3)  Jika diperlukan guru bisa meminta mereka bekerja sama dengan kelompok lain. Siswa dapat diminta untuk keluar dari kelompok asalnya dan bergabung dengan siswa-siswa dari kelompok lain yang bernomor sama. Siswa-siswa tersebut bisa saling membantu dalam menyelesaikan tugas dan mencocokkan hasil kerjanya. Hal ini terjadi bila tugas-tugas lebih sulit dikerjakan.

 

14.          Teknik Two Stay-Two Stray

Two stay-two stray artinya dua orang tetap tinggal dan dua orang pergi bertamu. Lebih jelasnya, satu kelompok terdiri dari 4 anggota. Dua anggota di antaranya bertugas untuk mengunjungi kelompok lain, sedangkan dua anggota sisanya tetap berada di tempat. Teknik ini selain berguna untuk memberikan pemahaman secara aktif atas materi shalat rawatib yang sedang diajarkan, ia juga bermanfaat untuk membina interaksi sosial dan kerja sama yang baik.

Dalam pembelajaran shalat rawatib, guru dapat menggunakan teknik ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

 

1)  Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, dengan anggota empat orang pada masing-masing kelompoknya.

2)  Guru membagi tugas kepada setiap kelompok. Misalnya, guru memberi tugas: menyebutkan shalat rawatib yang hukumnya sunnah mu'akkadah

3)  Siswa bekerja bersama secara kelompok.

4)  Setelah menemukan jawaban, dua orang siswa diminta berkunjung ke dua kelompok yang berbeda. Di sana ia bertugas menanyakan jawaban dari pertanyaan guru. Kemudian kembali ke kelompoknya.

5)  Dua orang yang tinggal bertugas menerima tamu dan menjamu tamu dengan memberi informasi atau jawaban dari pertanyaan guru. Tamu disuruh kembali ke kelompoknya.

6)  Dua orang yang bertamu pulang ke kelompoknya dan melaporkan oleh-olehnya (informasi/jawaban dari kelompok lain)

7)  Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

8)  Setelah selesai, guru dapat meminta perwakilan kelompok melaporkan hasil kerjanya.

9)  Guru melakukan evaluasi dan menutup kegiatan.

 

15.             Teknik Keliling Kelompok

Teknik ini mudah dilakukan. Guru bertugas meninjau kegiatan siswa. Sedangkan siswa mengemukakan pendapatnya secara bergiliran kepada temannya. Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut:

1)     Kelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok

2)     Berikan tugas kepada kelompok, misalanya:

"menyebutkan shalat rawatib yang hukumnya sunnah mu'akkadah"

3)     Salah satu siswa, anggota kelompok, memulai menyampaikan pendapatnya tentang jawaban tugas dari guru.

4)     Siswa berikutnya bertugas menyampaikan pendapatnya setelah siswa pertama selesai

5)     Kemudian siswa ketiga, keempat, kelima dan seterusnya memaparkan kepada anggota kelompoknya secara bergantian.

6)     Guru meninjau dan mengevaluasi.

 

16.             Metode Teladan dan Pembiasaan

Untuk memenuhi kompetensi "siswa dapat menirukan shalat rawati dengan menampilkan keteladanan dan pembiasaan. Logikanya, siswa tid meniru kalau tidak ada yang bisa ditiru. Tentu saja dalam hal ini guru fiqh d lainnya. Begitu pula halnya dengan pembiasaan. Agar peniruan menjadi ke perlu dilakukan kegiatan yang berulan-ulang.

Untuk keteladanan dan pembiasaan membutuhkan kerja sama semua pi dan kondisi sekolah harus diciptakan sedemikian rupa. Hal ini berarti melib civitas sekolah. Selain itu, guru fiqh juga dapat meminta orang tua siswa d ngaji siswa untuk bekerja sama mengamati dan menanamkan kebiasaan si di lingkungannya.

 

17.             Metode Targhib-Tarhib

Targhib adalah janji akan adanya kesenangan, kenikmatan ukhrawi bujukan, sedangkan tarhib adalah ancaman atas tindakan berdosa ya Metode ini digunakan Nabi untuk membujuk dan menakuti umat agai perintah Allah. Metode targhib dan tarhib adalah metode bujukan dai Metode ini dapat dilakukan dengan menyampaikan hadis-hadis Nabi memberi dorongan semangat beribadah. Untuk shalat rawatib Anda dapat hadis-hadis di bawah ini:

Dari 'Alsyah, dari Nabi Saw. Beliau berkata, "Dua rakaat (shalat sunnah) dari dunia dan isinya" (HR Muslim)

Dari Ummu Habibah, istri Nabi Saw. Bahwa Nabi bersabda, "Siapa saja empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat setelahnya dihar neraka" (HR Abu Dawud)

 

18.             Active Knowledge Sharing (Saling Tukar Pengetahuan)

Dalam kegiatan belajar siswa diharuskan untuk aktif mencari pengetahuan. Oleh karenanya, guru harus pandai memilih metode mengajar agar siswa tidak segan mencari pengetahuan dan bekerja sama. Langkah-langkah di bawah ini dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa dalam mempelajari materi shalat 'id.

1)     Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran (shalat 'id) yang akan anda ajarkan. Pertanyaan itu dapat berupa:

-            definisi shalat 'id;

-            cara-cara shalat 'id

-            sunnah-sunnah hari raya

-            kebiasaan-kebiasan pada hari raya

-            dan lain-lain

2)     minta siswa untuk menjawab sebaik-baiknya

3)     minta semua siswa untuk berkeliling mencari teman yang dapat membantu menjawab pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan jawabannya. Tekankan pada mereka untuk saling membantu.

4)     Mintalah siswa untuk kembali ke tempat duduk mereka, kemudian periksalah jawaban mereka. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa. Gunakan jawaban-jawaban yang muncul sebagai jembatan untuk mengenalkan topik yang penting di kelas.

 

19.             Metode Silent Demontration.

Metode demontrasi digunakan untuk menunjukkan gerakan-gerakan shalat 'id. Untuk mengajarkan gerakan shalat 'id dengan metode ini, Anda dapat melakukan teknik Silent Demontration (demontrasi diam) dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1)  Tentukan prosedur dan langkah-langkah yang akan diajarkan kepada siswa, dalam hal ini gerakan-gerakan shalat 'id secara tertib dan khutbahnya, misalnya:

a)     Niat untuk shalat 'id (fitri atau adha)

b)     Takbiratu-l-ihrdm sebagaimana shalat biasa

c)      Kemudian diikuti takbir 7 kali dengan diiringi bacaan tasbih di antara takbir-takbir itu.

d)     Membaca surat al-fatihah

e)      Membaca surat

f)       Ruku', I'tidal dan sujud seperti shalat biasa

g)     Pada rakaat kedua, saat berdiri dari sujud bertakbir 5 kali diselingi bacaan tasbih seperti pada rakaat pertama.

h)     selanjutnya seperti dalam shalat biasa.

i)       selesai shalat, khatib melaksanakan khutbah dan jamaah mendengarkan sampai selesai.

2)     Mintalah siswa untuk memperhatikan cara Anda memperagakannya. Lakukan dengan memberi penjelasan atau komentar sesedikit mungkin. Ingat! Tugas Anda di sini memberikan gambaran visual tentang cara shalat 'id.

3)     Bentuklah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil.

4)     Minta beberapa di antara mereka menjelaskan apa yang Anda lakukan. Satu persatu dari gerakan shalat 'id tadi. Jika siswa masih mengalami kesulitan ulangi lagi demontrasinya.

5)     Beri     kesempatan masing-masing kelompok mempraktekkan yang Anda demontrasikan.

6)     Akhiri dengan memberi tantangan kepada siswa untuk melakukan tata cara shalat 'id dengan tartib.

 

20.             Teknik Reading Guide (Penuntun Bacaan)

Untuk menjalankan teknik ini Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

1)     Tentukan bacaan yang akan dipelajari. Anda dapat memperolehnya dari buku ajar, buku fiqh atau artikel di koran atau majalah. Di bawah ini adalah salah satu contohnya:

SHALAT ORANG YANG SEDANG SAKIT

Apabila seseorang menderita sakit yang menyebabkannya tidak mampu berdiri, ia dibolehkan shalat sambil duduk (seperti duduknya dalam tasyahud, atau dengan cara bersila). Dan sekiranya tidak mampu melakukan ruku' dan sujud, ia dibolehkan melakukannya dengan sedikit menundukkan kepalanya pada waktu ruku' maupun sujud. Dalam hal ini sebaiknya menundukkan kepala sedikit lebih ke bawah ketika sujud, dibandingkan dengan ketika ruku'.

Dan apabila tidak kuasa berdiri maupun duduk, hendaknya ia shalat sambil tiduran dalam keadaan miring, sementara wajahnya menghadap kiblat. Dan apabila yang demikian itu tidak kuasa dilakukannya, maka ia boleh melaksaakan shalat dengan telentang, dengan kedua kakinya menghadap ke arah kiblat, sementara ruku' dan sujudnya cukup dilakukan dengan mengerdipkan mata saja.

Dan apabila ia memulai shalatnya dalam keadaan berdiri, kemudian ia tidak kuasa melanjutkannya seperti itu, dibolehkan baginya meneruskan shalatnya sambil duduk dan seterusnya.

Sumber: Muhammad Bagir al-Habsyi, Fiqih Praktis, Jilid 1.

2)     Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa. Untuk teks yang berbeda Anda bisa menggunakan kisi-kisi, bagan, atau skema yang dapat diisi oleh siswa. Untuk teks di atas Anda bisa menggunakan pertanyaan-pertanyaan pemandu bacaan, sebagai berikut:

a.         Cara shalat orang yang tidak bisa berdiri karena sakit dengan cara ....

b.         Cara shaiat sambil duduk adalah duduk... atau ...

c.         Cara ruku'dan sujud dalam shalat sambil duduk adalah dengan ...

d.         Apa beda cara ruku' dan sujud orang yang shalat sambil duduk?

e.         Bagaimana cara shalat orang yang tidak bisa berdiri dan duduk?

f.           Bagaimana cara ruku' dan sujud orang yang shalat sambil telentang?

3)     Bagikan bahan bacaan tersebut disertai dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.

4)     Tugaskan siswa untuk mempelajari bacaan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan.

5)     Bahas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menanyakan jawabannya kepada siswa.

6)     Di akhir pembelajaran berikan ulasan secukupnya.

 

21.             Kekuatan Dua Orang (The Power of Two)

Dua kepala atau dua pikiran akan lebih baik dari pada satu. Itulah prinsip yang dianut teknik The Power of Two ini. Teknik ini digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dan menegaskan manfaat dari sinergi antara dua orang dalam menjawab suatu persoalan.

Dalam pengajaran "shalat bagi orang sakit", teknik ini diterapkan dengan mengikuti langkah-langkah di bawah ini:

1)     Berikan siswa satu atau beberapa pertanyaan yang memerlukan perenungan dan pemikiran. Berikut adalah beberapa contohnya:

-          Bagaimana cara menunaikan dan melakukan gerakan-gerakan "shalat bagi orang sakit" yang tidak bisa berdiri?

-          Bagaimana cara menunaikan dan melakukan gerakan-gerakan "shalat bagi orang sakit" yang tidak bisa duduk?

2)     Mintalah siswa untuk menjawab pertanyaan secara inividual atau perseorangan.

3)     Setelah semua siswa untuk menyelesaikan jawaban mereka, desainlah siswa menjadi sejumlah pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.

4)     Mintalah pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap pertanyaan atau mendiskusikan dan memperbaiki tiap jawaban yang tadi telah dikerjakan secara individual.

5)     Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban-jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di dalam kelas.

6)     Sebagai variasi, Anda dapat meminta seluruh siswa agar memilih jawaban terbaik untuk tiap pertanyaan.

7)     Sebagai variasi juga, Anda dapat memberikan pertanyaan khusus kepada pasangan tertentu, bukannya memerintahkan semua pasangan menjawab semua pertanyaan. Hal ini berguna untuk menghemat waktu.

 

22.             Pertanyaan Pembalikan Peran

Sekalipun Anda meminta siswa untuk bertanya selama berlangsungnya pelajaran, bukan hanya pada akhir pelajaran, Anda mungkin akan mendapatkan tanggapan yang hangat-hangat kuku atau biasa-biasa saja. Bayangkan apa yang Anda rasakan, ketika Anda bertanya, "apakah ada pertanyaan?", dan tiada siswa yang bertanya! Mungkin Anda sedih karena tidak mendapat respon yang baik dari siswa, mungkin juga khawatir, jangan-jangan siswa tidak paham dengan materi yang diajarkan. Oleh karena itu Anda harus mencari metode yang tepat agar Anda dapat mengetahui isi kepala anak didik. Anda bisa membalik peran. Anda bertanya, siswa yang menjawab. Namun, untuk membalik peran dengan baik Anda membutuhkan langkah-langkah tertentu yang tepat.

Di bawah ini adalah langkah-langkah pembalikan peran yang dapat Anda pertimbangkan untuk diterapkan dalam pembelajaran "shalat bagi orang sakit".

1)     Susunlah pertanyaan yang akan Anda ajukan tentang beberapa materi pelajaran mengenai tata cara shalat bagi orang sakit, jika Anda berperan sebagai siswa. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang berupa:

-            klarifikasi materi yang sulit atau rumit (misalnya, "Tolong Anda jelaskan lagi tata cara shalat bagi mereka yang tidak bisa shalat sambil berdiri karena sakit").

-            perbandingan materi dengan informasi lain (misalnya, "Apa bedanya cara ruku' dalam shalat sambil berdiri dan shalat sambil duduk?"

-            tantangan untuk berbeda pendapat dengan Anda (misalnya, "Mengapa orang sakit harus shalat? Bukankah ini menyusahkan?")

-            permintaan diberikan contoh tentang gagasan yang tengah dibahas (misalnya, "Bisakah kalian berikan contoh tentang sakit apa yang membuat orang harus shalat sambil telentang?")

-            ujian atas daya serap siswa terhadap materi pelajaran (misalnya, "Bagaimana saya dapat melasanakan shalat dalam kondisi duduk bersila?")

2)     Pada awal sesi pertanyaan, umumkan kepada siswa bahwa Anda akan "menjadi" mereka (siswa), dan mereka secara bersama-sama akan "menjadi" anda (guru). Lanjutkan kegiatan dengan pengajuan beberapa pertanyaan.

3)     Bersikaplah argumentatif, penuh canda, atau apapun untuk memancing mereka agar membombardir Anda dengan banyak jawaban.

4)     Membalikkan peran beberapa kali akan menjadikan siswa siap dan mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan mereka sendiri.

Selain menggunakan langkah-langkah di atas, Anda dapat memodifikasi langkah-langkah itu dengan menggunakan variasi, misalnya sebagaimana dijelaskan di bawah ini:

1)     Sebagai ganti penggunaan teknik ini pada awal sesi tanya jawab, baliklah posisi siswa ketika mereka telah puas dengan pertanyaan, atau

2)     Ubahlah acaranya menjadi semacam konferensi media. Anda menjadi media, yang memperkenalkan diri sebagai Arif Suditomo dari RCTI atau semacamnya, dan hujani siswa dengan pertanyaan yang menyelidik atau menyerang.

 

23.             Tari Bambu

Teknik ini disebut dengan teknik tari bambu karena diadopsi dari permainan tari bambu yang terkenal itu. Yang diadopsi dari permainan itu adalah posisi siswa berdiri dalam kegiatan belajar, yakni berjajar ke belakang dan berhadapan dengan jajaran lain di sebelahnya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi keadaan ruang kelas yang banyak dipenuhi meja. Dengan teknik ini siswa dan guru tidak perlu menata meja di pinggir tetapi dapat menempatkan siswa berjajar di sela-sela atau ruang-ruang kosong antara meja dengan meja. Teknik ini berguna untuk pertukaran informasi, pengalaman, dan pikiran. Teknik ini terstruktur sedemikian rupa dan karenanya siswa dapat berbagi gagasan dengan beberapa siswa lain atau pasangannya dalam waktu singkat dan teratur

Untuk menerapkan teknik ini Anda perlu memperhatikan langkah-langkah operasionalnya, yaitu:

1)     Separuh kelas atau seperempatnya berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara kedua akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu yang relatif singkat

2)     Separuh kelas lain berjajar di sisi yang berbeda dan menghadap jajaran yang pertama, sehingga berhadap-hadapan.

3)     Dengan demikian dua siswa dari kedua jajaran menjadi berpasangan.

4)     Mintalah pasangan-pasangan itu untuk berbagi informasi tentang cara "shalat bagi orang sakit". Misalnya, tentang cara-cara melakukan ruku atau sujud dalam shalat sambil duduk atau berbaring.

5)     Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya dijajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan

Langkah-langkah yang telah dilakukan di atas dapat dioptimalkan dengan memakai beberapa variasi, misalnya:

1)     Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain. Ini disebut dengan Tari Bambu Kelompok.

2)     Kelompok bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu yang dijelaskan di atas dan saling berbagi, seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

 

24.             Mempraktekkan Materi Yang Diajarkan

Betapapun gamblangnya penjelasan verbal atau visual yang Anda berikan, adakalanya sejumlah materi atau prosedur/gerakan masih belum bisa dipahami. Oleh karena itu dibutuhkan cara belajar yang berbeda dan melibatkan peran serta siswa di dalamnya. Salah satu cara untuk membantu membangun gambaran tentang materi yang diajarkan adalah dengan meminta untuk mempraktekkan atau menerapkan prosedur/gerakan yang Anda jelaskan.

Teknik ini dapat diterapkan dalam pembelajaran "shalat bagi orang sakit dengan mencermati dan mengikuti langkah-langkah operasionalnya, yaitu:

1)     Pilihlah sebuah konsep (atau sejumlah konsep terkait) atau gerakan yang bisa digambarkan dengan memperagakannya. Dalam materi pembelajaran ini adalah cara "shalat bagi orang sakit", yaitu cara melakukan gerakan shalat dengan duduk, cara melakukan gerakan shalat dengan berbaring miring dan cara melakukan gerakan shalat dengan telentang. Kemudian peragakan di depan siswa.

2)     Mintalah siswa untuk maju ke depan kelas dan tugaskan mereka untuk melakukan simulasi gerakan tadi. Sebelumnya sediakan meja yang lebar untuk peragaan, atau boleh saja di lantai asal sudah diberi alas tikar atau karpet. Hanya saja kalau di bawah tidak mudah dilihat oleh siswa lain.

3)     Atau, [a) buatlah kartu besar yang mencantumkan gambar bagian-bagian dari gerakan-gerakan tersebut; (b) berikanlah kartu-kartu itu kepada sejumlah siswa; (3) posisikan siswa yang memegang kartu sedemikian rupa agar kartu itu berurutan dengan benar, dan (4) siswa lain diminta untuk memperhatikan urutan itu.

4)     Atau, tunjuklah beberapa siswa untuk mempraktekkan gerakan itu setahap demi setahap dengan disaksikan siswa lain maupun semua kelompok siswa diberi giliran memperagakan.

5)     Diskusikan peragaan yang telah disampaikan

 

25.             Pasangan dalam Praktik Pengulangan

Praktek atau peragaan shalat bagi orang sakit dapat diajarkan secara berulang-ulang. Pengulangan ini bertujuan untuk memastikan bahwa siswa dapat mendemontrasikan cara-cara shalat dengan duduk, berbaring dan telentang.

Teknik ini dapat Anda terapkan dengan mengikuti langkah-langkah prosedural di bawah ini:

1)     Pilihlah sejumlah keterampilan atau prosedur yang Anda ingin siswa menguasainya, dalam hal ini adalah cara-cara melakukan shalat dalam keadaan duduk, berbaring atau telentang akibat sakit.

2)     Pasangkan satu siswa dengan satu siswa lain. Berikan peran dan tugas kepada mereka. Satu siswa berperan sebagai pendemontrasi dan satu lagi sebagai pemeriksa.

3)     Siswa pertama, sebagai peraga - pelaku demontrasi gerakan shalat, memperagakan cara-cara shalat sambil duduk, berbaring ataupun telentang, sedangkan siswa kedua melakukan pengamatan dan pemeriksaan atas peragaan tersebut. Siswa kedua memeriksa apakah peragaan tersebut sudah benar.

4)     Pasangan berganti peran. Siswa kedua menjadi peraga dan siswa pertama menjadi pengamat atau pemeriksa.

5)     Proses ini berlanjut sampai semua keterampilan shalat dalam keadaan sakit diulang.

 

26.          Evaluasi Pembelajaran

Pada dasarnya, untuk mengevaluasi kompetensi dasar siswa dalam menyebutkan ketentuan, gerakan dan bacaan shalat dapat dilakukan melalui tes lisan ataupun tulisan, baik berupa soal uraian maupun objektif. Anda bisa memilih di antara metode evaluasi tersebut dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu untuk melakukannya. Adapun untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam mempraktekkan shalat dan keserasian antara gerakan shalat dan bacaannya dapat dilakukan dengan ujian praktek. Dengan ini satu persatu siswa diamati dalam pelaksanaannya.

Adapun untuk evaluasi terhadap kemampuan siswa dalam menjelaskan tata cara "shalat bagi orang sakit" pada dasarnya dapat dilakukan dengan menggunakan tes lisan maupun tulisan.

Teknik-teknik yang telah dijelaskan di depan pun sesungguhnya dapat juga digunakan untuk melakukan evaluasi atas keberhasilan pengajaran.

Untuk mengetahui keberhasilan Anda dalam mengajarkan materi "shalat bagi orang sakit" serta kemampuan siswa menangkap pengertiannya, selain teknik-teknik yang telah disebutkan sebelumnya, Anda dapat menggunakan teknik Minutes Paper (Catatan Singkat}. Teknik ini menggunakan satu lembar kertas yang menyajikan tanggapan siswa atas materi yang diajarkan dengan cepat dan sederhana. Guru menyisakan waktu beberapa menit sebelum sesi pelajaran habis dan melakukan prosedur di bawah ini:

1.      Sebelum mengakhiri kegiatan belajar mengajar, fokuskan objek evaluasi pada pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

2.      Selanjutnya, dalam 4 atau 5 menit mintalah siswa menjawab pertanyaan:

"Apa yang paling penting Anda pelajari dari kegiatan belajar "shalat bagi orang sakit" tadi?"

3.      Kemudian, dalam 4 atau 5 menit kedua, mintalah siswa menjawab pertanyaan:

"Apa pertanyaan penting Anda yang belum terjawab dalam kegiatan belajar tadi?"

4.      Kumpulkan jawaban siswa untuk dievaluasi.

5.      Ucapkan terima kasih dan tutup pembelajaran.

Selain itu, untuk menguji kemampuan siswa dalam mendemontrasikan cara shalat sambil duduk, berbaring dan telentang karena sakit, guru dapat melakukan ujian praktek, baik secara berkelompok maupun secara individual.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 6

PEMBELAJARAN AZAN DAN ZIKIR

 

A.     Azan

Azan ialah seruan atau pemberitahuan bahwa waktu shalat telah tiba.  Azan mulai disyariatkan sejak tahun ke-2 hijriyah. Orang yang mengumandangkan azan disebut muazin. Muazin pertama adalah Bilal bin Rabbah. Azan dan Iqamah hukumnya sunnah muakkad bagi laki-laki yang hendak shalat fardhu berjama’ah di masjid.

 

B.      Ketentuan Mengumandangkan Adzan

1.       Telah tiba waktu shalat.

2.       Muadzin seorang Muslim laki-laki yang sudah dapat membedakan yang baik dan yang benar (mumayiz).

3.       Muadzin dalam keadaan suci.

4.       Muadzin menghadap kiblat ketika melantunkan adzan.

5.       Tertib dalam menyerukan adzan.

 

C.     Amalan Sunnah Ketika Adzan

1.       Menghadap kiblat.

2.       Hendaknya sambil berdiri dan dilakukan di tempat yang tinggi.

3.       Muadzin sebaiknya yang suara nyaring dan merdu.

4.       Menutup kedua telinga dengan kedua jari telunjuk.

5.       Menghadap sebelah kanan saat membaca, “hayya ‘ala ash-sholah”.

6.       Menghadap sebelah kiri saat membaca “hayya ‘ala al-falaah”.

7.       Membaca doa setelah adzan.

 

D.     Bacaan Adzan

الله أكبر ألله أكبر 2 x

أشهد  أن لا إله إلا الله الا الله 2 x

أشهد أن محمدا رسول الله 2 x

حي على الصلاة 2 x

حي على الفلاح 2 x

الله أكبر الله أكبر 1 x

لا إله إلا الله 1 x

Allah Maha besar Allah Mahabesar (2x)

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah (2x)

Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah (2x)

Mari kita mendirikan shalat (2x)

Mari kita meraih kemenangan (2x)

Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Tiada Tuhan selain Allah.

Ulama sepakat dengan lafazd taswib yang dibaca di waktu azan subuh sesudah “hayya ‘alaa ash-Shalah”, lafadz itu adalah:

الصلاة خير من النوم 2 x

“Shalat itu lebih baik daripada tidur.”

 

E.      Jawaban Adzan

1.       Apabila kita mendengar adzan, maka hendaknya kita menjawab sebagaimana yang dikumandangkan muadzin, kecuali kalimat ini: Hayya ‘ala ash-shalaah dan hayya ‘ala al-falah dijawab dengan La haula wa la quwwata illa billaah

2.       Setelah adzan membaca doa:“Ya Allah, Tuhan yang Mempunyai seruan serupa ini dan shalat yang sedang didirikan ini. Berilah Nabi Muhammad derajat yang tinggi dan pangkat yang mulia, dan berilah dia kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya.”

 

F.      Iqamah

Iqamah dikumandangkan untuk menandai bahwa pelaksanaan shalat berjamaah akan segera dimulai.

 

G.     Ketentuan Iqamah

1.       Orang yang melantunkan iqamah boleh oleh muadzin, boleh pula oleh orang lain.

2.       Iqamah dikumandangkan setelah adzan.

3.       Disunnahkan berdoa di antara adzan dan iqamah.

 

H.     Perbedaan Adzan dan Iqamah

1.       Iqamah dikumandangkan sebelum shalat fardhu berjama’ah.

2.       Bacaan dalam iqamah hanya dibacakan satu kali.

3.       Iqamah dikumandangkan cepat dan tidak perlu keras.

4.       Pada iqamah setelah membaca “Hayya ‘ala al-falah” dilanjutkan membaca “Qod qomat ash-Shalah”.

 

I.        Bacaan Iqamah

الله أكبر ألله أكبر

أشهد  أن لا إله إلا الله الا الله

أشهد أن محمدا رسول الله

حي على الصلاة

حي على الفلاح

قد قامت الصلاة 2x

الله أكبر الله أكبر

لا إله إلا الله

 

Allah Mahabesar Allah Mahabesar

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah

Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah

Mari kita mendirikan shalat

Mari kita meraih kemenangan

Shalat akan segera didirikan (2x)

Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Tiada Tuhan selain Allah

 

J.       Zikir

Zikir menurut bahasa artinya mengingat atau menyebut. Sedangkan menurut istilah, zikir artinya menyebut dan mengingat Allah dengan membaca kalimat baik yang disukai Allah.

 

K.     Keutamaan Zikir

1.       Terhindar dari perbuatan dosa.

2.       Menjauhkan setan karena ia takut kepada orang yang senantiasa mengingat Allah.

3.       Membuat hati tenang dan senantiasa terkendali.

4.       Mendekatkan diri kepada Allah dengan ucapan.

5.       Allah senantiasa menginagt hamba yang selalu mengingat-Nya.

 

L.      Tata Cara Zikir

1.       Berzikir dengan niat yang ikhlas, hanya mengharap ridho Allah Swt.

2.       Dilakukan dengan suara yang lemah lembut merendahkan diri kepada Allah Swt.

3.       Ucapan zikir hendaknya dihayati dan dipahami maksudnya.

4.       Diutamakan menghadap kiblat.

 

M.   Do’a

Do’a berasal dari bahasa Arab yang artinya meminta, memohon, memanggil dan memuja. Do’a berarti permintaan, permohonan, panggilan, dan pujian terhadap Allah Swt.

 

N.     Alasan Berdo’a

1.       Allah Maha Penolong bagi hamba-Nya.

2.       Allah Maha Mengetahui hamba-Nya.

3.       Manusia merupakan makhluk yang lemah.

4.       Pengetahuan dan kemampuan manusia sangat terbatas.

5.       Mereka yang tidak mau berdoa termasuk golongan yang sombong.

6.       Allah menyukai hamba-Nya yang sering berdo’a.

 

O.      Tata Cara Berdo’a

1.       Dilakukan dengan ikhlas mengharap pertolongan Allah.

2.       Dilakukan dalam keadaan bersih dan najis dari kotoran.

3.       Menghadap kiblat.

4.       Hati terbebas dari penyakit-penyakit ruhani, seperti syirik, nifak dan takabur.

5.       Yakin akan dikabulkan.

6.       Dilakukan dengan khusyu’, lemah lembut dan merendahkan diri di hadapan Allah.

7.       Memohonkan hal-hal yang baik.

8.       Tidak mudah putus asa jika doa belum dikabulkan.

9.       Memahami makna doa yang diucapkan.

10.   Mengawali doa dengan memuji Allah dan shalawat Nabi.

11.   Berdo’a dengan do’a yang terdapat dalam al-Qur’an Hadits.

12.   Mengakhiri do’a dengan membaca kalimat hamdalah.

13.   Dilakukan berulang-ulang.

 

P.      Tujuan Berdo’a

1.       Untuk memohon perlindungan kepada Allah.

2.       Untuk memohon pertolongan dari Allah.

3.       Untuk mentaati Allah.

4.       Untuk memperoleh keridha’an Allah

5.       Untuk memohon dicurahi rahmat-Nya.

 

Q.     Syarat–syarat diterimanya Do’a

1.       Mengetahui arti dan maksud do’a itu.

2.       Dilakukan dengan sungguh-sungguh.

3.       Dilakukan sambil berikhtiar.

4.       Dilakukan dengan khusu’.

5.       Bertakwa kepada Allah Swt.

6.       Menjauhi larangan Allah Swt.

7.       Dilakukan dengan ikhlas.

8.       Tidak meminta hal yang mustahil dan mengandung keburukan.

 

R.     Sebab – sebab Tertolaknya Do’a

1.       Berdo’a dengan cara-cara yang tidak diajarkan oleh Allah dan Rasulullah.

2.       Tidak memenuhi syarat-syarat yang diterimanya do’a.

3.       Makan dan minum barang-barang haram.

4.       Mengikuti bujukan setan.

5.       Sibuk mencela orang lain, tidak mau mengoreksi aib sendiri.

6.       Tidak mensyukuri ni’mat Allah.

 

S.      Bentuk Pengabulan Do’a

1.       Dikabulkan sesuai permintaan.

2.       Diberi hal lain yang serupa dengan apa yang diminta.

3.       Dihindarkan dari bencana yang akan menimpa.

4.       Diampuni dosa-dosa.

5.       Ditunda pengabulannya.

 

T.       Orang – orang yang Makbul Do’anya

1.       Pemimpin yang adil.

2.       Orang yang teraniaya walaupun jahat atau kafir.

3.       Orang dalam kesempitan atau kesusahan.

4.       Orang tua.

5.       Anak-anak yang patuh terhadap orangtuanya.

6.       Orang-orang shaleh.

7.       Musafir (orang dalam perjalanan kebaikan).

8.       Muslim yang mendoakan Muslim lainnya.

9.       Orang yang sedang berpuasa sampai waktu berbuka.

10.   Orang berdo’a tentang hal baik dan menyambung silaturahim.

 

U.     Tempat yang Baik untuk Berdo’a

1.       Rumah sendiri.

2.       Masjid/ Mushalla.

3.       Ka’bah.

4.       Bukit Shafa dan Marwah.

5.       Arafah, Muzdalifah dan Mina.

6.       Tempat melakukan tahwaf.

7.       Belakang maqam Ibrahim.

8.       Sisi sumur Zamzam.

 

V.     Saat yang Baik untuk Berdo’a

1.        Bulan Ramadhan.

2.       Hari Arafah.

3.       Waktu sahur atau sebelum fajar.

4.       Sesudah wudhu.

5.       Ketika sedang adzan untuk shalat.

6.       Antara adzan dan iqamah.

7.       Setelah shalat wajib.

8.       Ketika sedang membaca al-Qur’an.

9.       Pada waktu turun hujan.

10.   Saat berkumpul dengan sesama muslim.

11.   Dalam pertempuran fi sabilillah.

12.   Sepertiga malam terakhir.

 

W.   Dzikir dan Doa Setelah Shalat

Shalat dapat memberi efek ketenangan pada jiwa. Ada banyak dzikir dan doa yang biasa dibaca masyarakat muslim di tanah air ini. Hampir tiap tempat dan mushalla memiliki urutan bacaan yang berbeda-beda, walaupun di sana sini terdapat persamaan. Contoh doa dan dzikir yang singkat :

1.       Istighfar 3 x

Astaghfirul-Lahal-Azhim

Aku memohon ampunan Allah Yang Maha Agung

2.       Allahumma antassalam

Allahumma anta-s-salam, wa minka-s-salam, wa ilaika ya'udu-s-salam, fa-hayyina rabbana bi-s-salam, wa adkhilna-l-jannata dara-s-salam, tabarakta rabbana wa ta'alaitaya dza-1-jaldli wa-l-ikram

Ya Allah, Engkau sumber segala kedamaian, dan dari Engkaulah segala kedamaian. Dan kepada Engkaulah akan kembali segala kedamaian. Sambutlah kami, ya Tuhan Kami, dengan ucapan kedamaian. Masukanlah kami ke dalam surga, hunian penuh kedamaian. Engkaulah maha pemberi keberkahan dan Yang Maha Luhur, wahai Tuhan kami. Wahai Tuhanyang Maha Agung lagi Maha Mulia.

3.       Tasbih33x

Subhanal-Lah

Maha Suci Allah

4.       Tahmid 33 x

Al-hamdu lillah

Segala puji bagi Allah

5.       Takbir 33 x

Allahu akbar

Allah Maha Besar

6.       Tahlil 1 x

Lailaha illal-Lah wahdahu la syarika lahu. Lahu-l-mulku wa lahu-l-hamdu yuhyi wa yumitu wa huwa 'ala kulli syai'in qadir

Tiada Tuhan selain Allah. Tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya-lah semua kerajaan dan hanya untuk-Nya-lah segala puji. Dia-lah yang menghidupkan dan Dia pula yang mematikan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu

7.       Doa:

Allahumma inna nas'aluka 'ilman nafi'an wa rizqan wasi'an wa 'amalan mutaqabala

Ya Allah, kami memohon dari-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang luas, dan amal yang diterima

Rabbi-ghfirli wa liwalidayya wa-rhamhuma kama rabbayani shaghira

Ya Tuhanku, berilah ampunan bagiku serta kedua orangtuaku dan rahmatilah mereka seperti mereka mendidikku di masa kecil

Rabbana atina fi-d-dun-ya hasanah, wa fi-l-akhirati hasanah, wa qind 'adzdba-n-nar

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari azab api neraka

 

X.     Pembelajaran Fiqih

Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk mengajarkan materi adzan dan iqamah. Untuk mencapai kompetensi menyebutkan ketentuan adzan dan iqamah guru dapat menggunakan metode ceramah, tanya jawab, inquiri, penugasan. Adapun untuk meraih kompetensi siswa dalam melafalkan adzan dan iqamah ia dapat menggunakan hapalan/pengulangan, teknik membaca dengan keras, ataupun penugasan. Sedangkanguna memenuhi kompetensi mempraktekkan adzan dan iqamah ia dapat menggunakan demontrasi dan latihan/drill.

Media yang dapat digunakan untuk pembelajaran adzan dan iqamah, bisa menggunakan media apapun yang tersedia di sekolah. Misalnya:

-       Papan tulis untuk menuliskan teks adzan dan iqamah

-       Kaset rekaman adzan dan iqamah untuk melatih siswa menghapalkan teks adzan dan iqamah maupun untuk mengajarkan irama adzan atau iqamah.

Berikut ini adalah beberapa tahap pelatihan adzan bagi siswa. Metode ini biasa dilakukan oleh para kyai di mesjid-mesjid untuk melatih anak didiknya melantunkan adzan maupun iqamah.

1.       Guru menuliskan dan membacakan bacaan adzan atau iqamah di papan tulis atau media lain yang tersedia. Jika siswa telah mampu membaca dalam teks arab, guru dapat menggunakan teks arab. Bila mereka belum mampu, guru dapat menuliskan teks latinnya.

Adzan

Iqamah

Lafal                                                       Frekuensi

Lafal                                                    Frekuensi

Allahu Akbar

4x

Allahu Akbar

2x

Asyhadu al-la ilaha illallah

2x

Asyhadu al-la ilaha illallah

1 x

Asyhadu anna muhammadar- rasulullah

2x

Asyhadu anna muhammadar- rasulullah

1x

Hayya 'ala-sh-shalah

2x

Hayya 'ala-sh-shalah

1 X

Hayya 'ala-l-falah

2x

Hayya 'ala-l-falaah         

1 x

Ash-shalatu khoirum-mina-n-naum (lafal ini dibaca hanya pada adzan subuh)

2x

Qod Qamati-sh-shalah

2x

Allahu akbar

2x

Allahu akbar

2x

La ilaaha illallooh

1x

La ildha illallah

1x

2.       Yang terpenting dalam penyampaian ini adalah pembacaan oleh guru dengan berulang-ulang dan mintalah siswa untuk mengikuti bacaan.

3.       Kelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok, misalnya 10 orang.

4.       Mintalah satu kelompok melafalkan adzan atau iqamah dengan lantang.

5.       Pecahlah  kelompok tersebut menjadi  kelompok kecil, lalu  mintalah mereka mengumandangkan adzan atau iqamah secara bersama-sama.

6.       Pecahlah kelompok itu menjadi kelompok kecil lagi. Mintalah mereka mengumandangkan adzan atau iqamah bersama-sama.

7.       Akhirnya, mintalah siswa mengumandangkan adzan sendiri-sendiri. Perhatikan lafal dan iramanya.

8.       Untuk mengenalkan beberapa irama adzan yang enak kedengarannya, putarlah kaset adzan dan mintalah siswa/kelompok siswa untuk menirukannya.

9.       Untuk meningkatkan penghayatan atas adzan atau iqamah yang dilantunkan, sampaikan kepada anak tujuan dari adzan dan iqamah serta arti kata-katanya.

10.   Untuk membiasakan dan memberi semangat mereka untuk adzan dan iqamah berikan jadwal piket adzan dan iqamah kepada anak didik secara bergilir di mushalla sekolah.

11.   Berikan pujian yang tulus bagi anak yang adzannya bagus dan perbaiki kesalahan adzan-iqamah anak dengan cara yang lembut bila anda menemukan kesalahan. Teguran yang tidak santun dapat menciutkan nyali anak untuk adzan. Ingat, anak membutuhkan keberanian untuk melantunkan adzan yang didengar banyak orang.

 

1.       Metode Penugasan

Setelah anak didik menguasai ketentuan dan pelafalan adzan, tugaskan kepada anak agar berlatih adzan dengan lafal yang baik dan irama yang indah di rumah. Selain itu, berilah mereka tugas untuk mempraktekkan adzan dan iqamah di mushallanya masing-masing. Anda dapat membuat daftar pelaksanaan tugas yang ditandatangani kyai/imam mushalla untuk penugasan ini.

Metode penugasan dapat digunakan untuk memberi tugas kepada siswa agar menghapal doa setelah adzan dan doa-doa antara adzan dan iqamah.

 

2.       Metode Kisah

Kalau Anda perhatikan, yang melakukan adzan dan iqamah di mushalla-mushalla di kampung-kampung sekitar tempat tinggal Anda, biasa orang-orang tua, bahkan mungkin kakek-kakek. Kadang kala kita juga mendengar suara adzan yang dilantunkan anak-anak, khususnya pada waktu maghrib atau isya. Itu terjadi di mushalla yang pada maghrib dan isya terdapat anak-anak yang mangaji. Adapun untuk adzan zuhur, asar dan subuh lebih banyak dilakukan oleh orang dewasa.

Hal ini terjadi bukan karena sedikitnya anak-anak/remaja yang bisa melantunkan adzan, namun karena kurangnya semangat anak/remaja untuk ikut serta memakmurkan mesjid. Oleh karena itu, selain penting mengajarkan ketentuan adzan dan mempraktekkan adzan, perlu juga anak didik diberi semangat untuk selalu mau melantukan adzan dan memakmurkan mesjid, khususnya pada waktu-waktu shalat. Untuk memberi semangat siswa agar mau adzan dengan baik di mushallanya masing-masing, anda dapat menggunakan beberapa kisah yang terkait dengan adzan. Di antara kisah itu adalah kisah yang diceritakan Jalaluddin Rumi berikut ini (cerita dimodifikasi sedemikian rupa):

Suatu hari, ada seorang Yahudiyang datang menemui kyai untuk memberi makanan yang istimewa kepada para santri. Tentu saja Kyai merasa kaget. Belum pernah sebelumnya orang Yahudi itu memberi makanan. "Ada apa gerangan, sehingga seorang Yahudi memberi makanan kepada para santri?" pikir Kyai dalam benaknya. Karena penasaran ia bertanya, "Ada acara apa nih? Kok saya tidak diundang datang, tapi dikirimi makanan begitu istimewanya?" Kata Kyai.

"Saya selamatan, Kyai." Kata orang Yahudi itu.

"Selamatan?Selamatan apa nih?Kayaknya dapat rezeki besar,ya?"Kata Kyai setengah kaget.

"Lebih dari sekedar besar, Kyai. Ini rezeki sangat besar." "0,ya. Kalau boleh saya tahu, rezeki apa tuh..?"

Ditanya begitu, akhirnya orang Yahudi itu bercerita, "Begini, pak Kyai. Beberapa minggu ini hati saya gundah gulana. Tidak enak makan, tidak enak tidur karenanya. Fasalnya, anak saya satu-satunya tertarik dengan agama Kyai. Ia ingin masuk Islam. Tentu saja saya tidak mengizinkan. Namun, anak saya rupanya sudah sangat yakin untuk memeluk Islam. Dia mau meninggalkan saya dan agama nenek moyangnya. Itulah yang membuat saya sedih."

Kyai menyimak cerita itu dengan merenung. Lalu ia bertanya, "lalu sekarang bagaimana?Dan apa alasannya Anda melakukan selamatan?"

"Begini, Pak Kyai. Dua malam terakhir anak saya berkata, dia tidak jadi masuk Islam. Ya, saya bersyukur karenanya. Itulah alasan selamatan ini. Hati saya sudah tidak gundah lagi."

"0,ya. Kalau saya boleh tahu, apa sebabnya anakmu mengurungkan diri untuk mask Islam?"

"Ha..ha..ha.." Yahudi itu tertawa. Lalu ia melanjutkan. "Ini gara-gara adzannya santri Kyai."

"Memamgnya ada apa dengan adzan santri saya"

"Dua hari ini yang adzan di mesjid Kyai suaranya fals dan iramanya kacau. Itulah yang membuat anak saya tidak jadi menjadi muslim. Katanya, ia tidak mau bersama dengan agama yang suara adzannya fals dan iramanya kacau."

 

3.       Metode Hapalan

Metode hapalan bertujuan agar siswa dapat menghapal sesuatu, dalam hal ini bacaan dzikir dan doa. Bacaan-bacaan itu perlu dihapalkan untuk memberi kemudahan kepada siswa bila ingin melakukan dzikir dan doa, sehingga tidak perlu membawa buku dzikir dan doa kemana-mana.

Metode hapalan untuk dzikir dan doa dapat dilakukan dengan melakukan pengulangan bacaan yang diikuti oleh siswa, baik secara klasikal, kelompok maupun individual. Secara umum metode hapalan dalam pengajaran doa dan dzikir dapat dilakukan dengan memperhatikan rambu-rambu sebagaimana berikut:

1)   Pilih dzikir dan doa yang pendek untuk didahulukan pengajarannya.

2)   Dzikir dan doa yang panjang dapat diajarkan dengan memotong-motong dulu dzikir/ doa tersebut menjadi beberapa bagian kecil, yang kemudian disatukan kembali setelah siswa berhasil menhapalnya.

3)   Untuk menghindari kesalahan pelafalan karena salah dengar, baiknya guru menyertakan penjelasan visual seperti menuliskan doa/dzikir itu di papan tulis atau alat sejenis.

4)   Lakukan pengulangan dalam pembelajaran.

5)   Biasakan membaca dzikir atau doa sebelum pembelajaran dan setelahnya secara bersama-sama

6)   Pengajaran dapat dimulai dari klasikal, kemudian ke kelompok-kelompok kecil, dan akhirnya secara individual. Atau sebaliknya, dari individu ke kelompok, lalu klasikal, bila tidak merepotkan.

7)   Gunakan teknik-teknik lain yang dapat mengaktifkan siswa dalam menghapal dan memahami doa. Metode/teknik yang telah dipaparkan di modul sebelumnya, seperti jigsaw, bertukar pasangan, explicit instruction dan Iain-lain dapat anda modifikasi untuk materi hapalan.

 

4.       Teknik Kancing Gemerincing

Kegiatan kancing gemerincing membutuhkan pengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok. Teknik ini dapat memberikan kesempatan kepada anggota-anggota kelompok untuk memberikan kontribusi mereka secara merata. Teknik ini dapat digunakan untuk berdiskusi, mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain ataupun untuk saling evaluasi hapalan. Teknik kancing gemerincing dirancang untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan.

Dalam mempraktekkan teknik kancing gemerincing, seorang dapat melakukannya dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

 

1)   Kelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok

2)   Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (boleh juga digunakan benda-benda kecil lain seperti kacang merah, biji asam, potongan sedotan, potongan lidi dan sebagainya yang terjangkau penyediaannya dengan mudah)

3)   Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing dikondisikan dengan tingkat kesukaran tugas yang diberikan).

4)   Beri tugas untuk menghapal atau untuk saling koreksi hapalan

5)   Setiap kali seorang siswa mendapat giliran membacakan hapalannya, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah.

6)   Jika kancing yang dimilki seorang siswa habis, dia tidak diperkenankan berbicara lagi atau mengemukakan hapalannya sampai semua temannya dalam kelompok menghabiskan kancing yang mereka miliki.

7)   Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas hapalan belum selesai, kelompok dipersilahkan mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.

8)   Lakukan sampai mereka mampu menghapalkan bacaan yang ditugaskan, namun hati-hati jangan sampai kebosanan mnyergap mereka. Bila dirasa sudah membosankan segera ganti metode baru yang lebih menarik.

 

 

5.       Teknik Inside-Outside Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar)

Teknik ini memberikan kepada siswa untuk saling berbagi hapalan (saling koreksi hapalan) dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu tekni ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam suasana gotong royong dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda.

Dalam pembelajaran hapalan dzikir dan doa, seorang guru dapat melakukan teknik ini dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1.       Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil sambil berdiri dan menghadap keluar. Bila jumlah siswa dalam kelas cukup banyak dunakan seperempat kelas untuk membuat lingkaran kecil tersebut.

2.       Separuh atau seperempat kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran tadi. Mereka diharuskan berdiri dan menghadap ke dalam, yakni kepada orang-orang di lingkaran kecil.

3.       Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil (dalam) dan lingkaran besar (luar) saling membaca, mendengar dan mengoreksi hapalan. Siswa yang berada di lingkaran kecil dipersilahkan memulai, kemudian yang di lingkaran besar. Pertukaran hapalan ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

4.       Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang dilingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan baru untuk berbagi hapalan. Sebagi variasi, perputaran kelompok besar dapat dilakukan sambil melantunkan nyanyian, yang kemudian guru berkata "stop" saat masing-masing siswa berada di depan siswa lain yang berbeda.

5.       Lakukan seperti tadi. Demikian seterusnya, sampai mereka hapal benar.

 

Selain metode dan teknik yang telah disebutkan di atas asih banyak metode Iain yang dapat digunakan. Metode-metode yang telah disebutkan di modul sebelumnya dapat dimodifikasi untuk kepentingan latihan hapalan siswa. Metode-metode yang disebutkan lebih mengaktifkan siswa dalam belajar sehingga memudahkan kerja guru dalam mengajar. Metode lain yang dapat anda gunakan adalah keteladanan, pembiasaan, praktek/ pengamatan, targhib-tarhib dan kisah. Metode-metode tersebut dapat anda gunakan untuk mendorong semangat siswa dan melatih mereka mempraktekkan serta membiasakan berdzikir dan berdoa.

 

6.       Evaluasi Pembelajaran

Untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam "menyebutkan" ketentuan adzan dan iqamah dapat dilakukan melalui tes lisan ataupun tulis. Adapun untuk mengevaluasi kompetensi siswa dalam melafalkan adzan dan iqamah dapat menggunakan tes lisan, yaitu berupa tugas melafalkan adzan dan iqamah langsung di depan guru. Begitu pula halnya untuk mengevaluasi kompetensi siswa dalam mempraktekkan adzan dan iqamah. Selain itu, dapat pula digunakan ujian praktek untuk mengevaluasi kemampuan adzan atau iqamah siswa.

Dalam ujian praktek adzan maupun iqamah, guru harus menyiapkan aspek-aspek yang diamatinya guna memberikan penilaian. Di antara aspekyang dijadikan bahan pengamatan adalah:

a.       Sikap tubuh/adab saat melakukan adzan dan iqamah

b.       Urutan bacaan adzan dan iqamah

c.       Kefasihan melafalkan adzan dan iqamah

d.       Irama/lagu adzan dan iqamah

e.       Pembacaan doa setelah adzan

Evaluasi pembelajaran untuk materi hapalan dzikir dan doa adalah dengan menggunakan tes lisan. Caranya, satu persatu siswa diminta membaca dzikir dan doa yang telah diajarkan. Adapun untuk mengevaluasi praktek dzikir dan doa, anda dapat melakukan pengamatan atau meminta pihak-pihak terkait (orangtua atau guru ngaji siswa) untuk ikut melakukan pengamatan terhadap kebiasaan siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 7

PEMBELAJARAN SHALAT BERJAMA’AH

 

A.     Shalat Berjama’ah

Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama. Salah seorang bertindak sebagai imam, sementara yang lain menjadi makmum.

 

B.      Hikmah Shalat Berjama’ah

1.       Mendapat 27 derajat.

2.       Terbebas dari neraka dan kemunafikan.

3.       Didoakan oleh para malaikat.

4.       Disukai oleh Allah jika jama’ahnya lebih banyak.

5.       Tidak bisa dikuasai setan.

6.       Langkah yang jauh menambah pahala.

7.       Mengeratkan persaudaraan sesama muslim.

8.       Memperlancar komunikasi anta ummat Islam.

9.       Menumbuhkan nilai persamaan derajat.

10.   Menumbuhkan sikap peduli terhadap sesama.

11.   Meningkatkan kedisiplinan diri.

12.   Belajar menghargai antara pemimpin dan yang dipimpin.

 

C.     Ketentuan Imam

1.       Fasih membaca al-Qur’an

2.       Jika banyak yang fasih ditunjuk seseorang yang paling alim di antara mereka.

3.       Jika banyak yang fasih dan alim, dipilih seseorang yang paling tua di antara mereka.

4.       Jika shalat berjama’ah dilakukan di rumah seseorang, tuan rumah lebih berhak menjadi imam.

5.       Imam harus laki-laki, jika jama’ahnya terdiri atas laki-laki dan perempuan.

6.       Imam harus berakal sehat.

7.       Imam harus berakhlak mulia.

8.       Imam harus memahami keadaan makmum, kesiapan dan kerapian barisan/ shaf, karena kerapian barisan termasuk bagian dari kesempurnaan shalat.

9.       Imam harus mengetahui kondisi makmum dengan tidak melakukan sesuatu yang memberatkan makmum, seperti bacaan terlalu panjang atau terlalu pelan.

 

D.     Orang yang Makruh Menjadi Imam

1.       Orang yang dibenci oleh sebagian masyarakat.

2.       Orang yang belum balig.

3.       Orang yang buruk bacaannya, tetapi tidak merusak makna.

4.       Orang yang kurang hati-hati dalam menjaga najis.

5.       Orang yang belum berkhitan, walaupun sudah balig.

 

E.      Cara Membetulkan Kesalahan Imam

1.       Apabila imam salah dalam membaca ayat-ayat al-Qur’an, makmum dapat membetulkan dengan mengeraskan bacaan yang sebenarnya.

2.       Jika kesalahan imam terletak pada gerakan atau jumlah raka’at, untuk makmum laki-laki cara membetulkannya dengan mengucapkan subhanallah, sedangkan makmum perempuan menepuk punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan.

 

F.      Cara Mengganti Imam

Adakalnya imam mengalami sesuatu yang membatalkan salat, misalnya buang angin (kentut). Ia hendaknya mundur dan tidak melanjutkan shalatnya. Posisi imam harus di ganti oleh salah seorang makmum yang paling dekat posisinya ke tempat imam.

 

G.     Syarat Sah Menjadi Makmum

1.       Niat bermakmum.

2.       Mengetahui apa yang dikerjakan imam.

3.       Imam dan makmum shalat dalam satu tempat.

4.       Tidak mendahului takbir atau gerakan imam.

5.       Tidak berdiri lebih ke depan atau sejajar dengan imam.

6.       Gerakan makmum harus sesuai dengan gerakan imam.

7.       Tidak berimam kepada orang yang diketahui shalat tidak sah.

 

H.     Ketentuan Shaf

1.       Meluruskan dan merapatkan shaf.

2.       Memenuhi shaf depan terlebih dahulu.

3.       Jika dua orang berjama’ah, makmum laki-laki hendaklah berdiri di samping kanan dan makmum perempuan berdiri di belakang imam sebelah kiri.

4.       Harus ada makmum yang bisa menggantikan imam jika imam berhadats (batal).

 

I.        Masbuq

Masbuq adalah makmum yang datang terlambat mengikuti shalat berjama’ah. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan:

1.       Berjalan dengan tenang, tidak tergesa-gesa.

2.       Begitu sampai di tempat berjama’ah, langsung takbiratul ihram dengan niat menjadi makmum dan mengikuti gerakan imam, baik imam sedang ruku’, sujud, atau duduk.

3.       Jika makmum masbuq tidak sempat membaca surah al-Fatihah, ia terhitung ketinggalan satu raka’at. Ia harus menyempurnakan raka’at shalatnya yang kurang.

4.       Apabila makmum masbuq mendapati imam sedang membaca tasyahud akhir, hendaknya ia ikut duduk bersama imam. Walaupun tidak terhitung dalam bilangan raka’at, ia akan tetap mendapatkan pahala berjama’ah.

 

J.       Bacaan Shalat Berjama’ah

1.       Bacaan imam jahran (keras) pada bacaan takbiratul ihram, surat al-Fatihah, ayat-ayat al-Qur’an, dan takbir perpindahan gerakan shalat pada waktu shalat Shubuh, Maghrib dan Isya.

2.       Setelah iqamah tidak boleh ada perkataan apa pun selain ucapan imam dalam meluruskan barisan makmum.

 

K.     Shalat Juma’at

Shalat Jumat ini adalah shalat yang dilakukan dengan berjamaah bersama di waktu siang hari (dzuhur), namun pelaksanaannya berbeda dengan shalat Dzuhur. Jika shalat Dzuhur ini berjumlah empat rakaat, shalat Jumat mempunyai jumlah dua rakaat, yang sebelum pelaksanaannya didahului dengan dua khutbah terlebih dahulu. Hukum mengerjakan shalat Jumat ini adalah wajib, bagi yang memenuhi syarat-syaratnya.

 

L.      Syarat – Syarat Melaksanakan Shalat Jumat

Syarat wajib melaksanakan shalat Jumat adalah:

  1. Islam
  2. Sudah baligh
  3. Berakal sehat
  4. Laki-laki
  5. Merdeka
  6. Sehat jasmani
  7. Orang yang menetap (berdomisili pada suatu daerah tertentu)

 

Sedangkan untuk syarat sah melaksanakan shalat Jumat adalah:

1.       Dilaksanakan di sebuah tempat yang sudah ditetapkan oleh masyarakat setempat.

2.       Dilaksanakan pada waktu siang hari layaknya shalat dzuhur.

3.       Dilaksanakan secara bersama-sama atau berjamaah.

4.       Didahului dengan dua kali khutbah sebelum melaksanakannya

 

M.        Rukun – Rukun dalam Khutbah Jumat

Rukun dua khutbah jum’at ada lima:

1.        Membaca Hamdalah kepada Allah Swt di dalam dua khutbah( pertama dan kedua)

2.       Mebaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw di dalam dua khutbah(pertama dan kedua)

3.       Memberikan wasiat Taqwa di dalam dua khutbah(pertama dan kedua)

4.      Membaca sebagian ayat Al-Qur’an di dalam salah satu dua khutbah.

5.       Membaca doa secara umum untuk orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan di dalam khutbah ke dua.

 

N.           Syarat  Khutbah Jumat

Ada beberapa syarat khutbah Jumat, yaitu:

1.              Khatib harus laki-laki

2.              Khutbah harus bisa diperdengarkan dan didengar oleh jamaah Jumat yang mengesahkan Jumat, yakni minimal 40 orang. Ada perbedaan pendapat ulama tentang memperdengarkan khutbah ini. Imam Ibnu Hajar menjelaskan bahwa khatib harus mengeraskan suara agar jamaah bisa mendengar, sekalipun dalam kondisi yang berisik dan gaduh. Namun menurut Imam Al Ramli, menjelaskan bahwa cukup memperdengarkan secara hukum saja, artinya jika 40 orang jamaah sudah mendengarkan, maka sudah sah. Namun bagi jamaah tuli, ada beberapa masjid yang ramah difabel dan menyediakan penerjemah bahasa isyarat.

3.              Khutbah dibaca di tempat yang wilayah desanya tergolong kawasan pelaksanaan sholat Jumat

4.              Khatib harus suci dari hadats kecil maupun besar

5.              Khatib harus suci dari najis

6.              Khatib harus menutup aurat

7.              Khatib dianjurkan berdiri apabila mampu

 

O.          Sunnah  dalam Shalat Jumat

Sunnah-sunnah tersebut antara lain adalah:

  1. Bersuci atau membersihkan tubuh (mandi) terlebih dahulu sebelum berangkat ke masjid. Pelajari juga cara Mandi Junub atau Mandi Jinabat (Upaya Bersuci dari Hadats Besar).
  2. Memakai pakaian yang bagus, sopan dan rapi
  3. Memakai minyak wangi
  4. Memotong kuku dan merapikan rambut yang sudah panjang dengan rapi
  5. Bersegera untuk pergi ke masjid dan usahakan shalat tahiyyatul masjid setelah sampai ke masjid
  6. Sembari menunggu khutbah bacalah al-Qur’an atau berdzikir mengingat Allah swt
  7. Mendengarkan dengan baik khutbah Jumat yang disampaikan oleh khotib, dan tidak ramai

 

P.      Pembelajaran Fiqih

Di atas telah disebutkan bahwa kompetensi yang akan diraih dalam pembelajaran shalat berjamaah adalah agar (1) siswa dapat menjelaskan ketentuan shalat berjamaah dan (2) ia mampu menirukan shalat berjamaah. Oleh karena itu dibutuhkan metode pembelajaran yang baik dan efektif untuk penyampaian materinya agar kompetensi tercapai.

Untuk mencapai kompetensi "siswa mampu menjelaskan ketentuan shalat berjamah" perlu dipilih metode yang tepat. Karena materi ini bersifat "pengetahuan" dan kompetensi yang diinginkan berkaitan dengan kognitif siswa maka metode ceramah dan tanya jawab dapat digunakan asalkan dengan cara yang tepat. Sedangkan agar siswa mampu menirukan tata cara shalat berjamaah, metode demontrasi dan simulasi bisa dikatakan tepat untuk digunakan.

Di bawah ini beberapa metode atau teknikyang dapat digunakan guru untuk mengajarkan materi shalat berjamaah. Anda juga dapat membaca kembali teknik-teknik yang dikenalkan di modul sebelumnya, karena pada dasarnya metode atau teknik yang ditampilkan di modul ini dapat dilakukan untuk pembelajaran materi fiqh secara keseluruhan.

 

1.      Teknik Bertukar Pasangan

Teknik belajar mengajar dengan cara bertukar pasangan memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Pada dasarnya teknik ini dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Belajar pengetahuan secara berpasangan memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

a.       dapat meningkatkan partisipasi siswa akan kegiatan belajar,

b.       cocok tugas-tugas sederhana

c.       lebih banyak memberikan kesempatan untuk memberikan kontribusi masing-masing pasangan,

d.       interaksi antar siswa terasa lebih mudah

e.       lebih mudah dan cepat membentuknya.

Untuk mengajarkan ketentuan shalat berjamaah, guru dapat menggunakan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a.       Setiap siswa dipersilahkan untuk memilih pasangannya sendiri atau guru menunjuk pasangan bagi masing-masing siswa (lihat formasi 1).

b.       Guru memberikan tugas untuk dikerjakan oleh masing-masing pasangan. Misalnya, siswa disuruh mengisi isian yang berkaitan dengan (a) formasi shalat berjamaah; (b) bagaimana cara makmum masbuq mengikuti imam dan menambah kekurangan rakaatnya; dan sebagainya.

c.       Setelah selesai, setiap pasangan diminta bergabung dengan satu pasangan lain.

d.       Kedua pasangan yang bergabung, masing-masing anggotanya berganti pasangan, kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban masing-masing. (formasi 2)

e.       Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada

f.        pasangan semula (formasi 3)

 

2.      Teknik Berkirim Salam dan Soal

Untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan teknik Berkirim Salam dan Soal. Dalam teknik ini siswa mendapat kesempatan untuk memperdalam pengetahuan dan melatih keterampilan. Siswa didorong untuk membuat pertanyaan dan jawabannya secara berkelompok, kemudian mengevaluasi soal dan jawabannya bersama-sama.

Dalam menggunakan teknik ini guru dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a.       Guru membentuk kelompok-kelompok siswa beranggotakan 4 orang per kelompok.

b.       Setiap kelompok diberi tugas untuk menulis beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Di sini guru bisa mengawasi dan membantu memilihkan soal-soal yang cocok dengan tujuan pembelajaran.

c.       Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang bertugas menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya untuk kelompok lain.

d.       Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.

e.       Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.

f.        Guru bertugas mengawasi dan mengevaluasi.

g.       Guru menyimpulkan dan menutup.

 

3.    Teknik Tempel Pertanyaan

Teknik ini merupakan pengembangan dari metode tanya jawab. Teknik tempel pertanyaan berguna untuk mengatasi mototonnya sesi tanya jawab karena tidak ada siswa yang mau bertanya. Teknik ini dapat mengaktifkan siswa untuk berani bertanya. Guru dapat melakukannya di dalam kelas dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

a.       Bagikan kertas tempel kepada siswa

b.       Mintalah siswa untuk menuliskan sebuah pertanyaan berkaitan dengan materi shalat berjamaah dan minta mereka menempelkannya di papan yangtelah disediakan.

c.       Saat istirahat, mintalah siswa meneliti pertanyaan-pertanyaan tersebut dan ambil kertas pertanyaan yang dapat mereka jawab

d.       Setelah selesai istirahat, mintalah siswa membaca pertanyaan dari kertas tempel di depan kelas dan mengemukakan jawabannya

e.       Siswa lain dan guru dapat menambahkan jawaban bila perlu

f.        Setiap jawaban yang masih tertinggal di papan dapat dijawab oleh guru secara langsung.

 

4.      Memberi Teladan dan Pembiasaan

Dalam mengajarkan shalat Nabi Muhammad tidak banyak menggunakan kata-kata ia hanya berkata:

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku (melakukan gerakan) shalat (Hadis Riwayat Imam Bukhari).

Rasulullah tidak banyak berkata, melainkan menunjukkan dan memberi teladan bagaiman shalat dilakukan dan memberi teladan melakukan shalat secara berjamaah. Tindakan Rasul demikian seharusnya dicontoh dan ditiru oleh para guru dalam mengajarkan shalat berjamaah.

Pertama-tama guru harus membiasakan dirinya shalat berjamaah di mesjid. Kemudian ia mengajak siswa-siswanya untuk shalat berjamaah bersamanya di mesjid sekolah. Guru melakukan bimbingan langsung kepada siswa-siswanya dalam melaksanakan shalat berjamaah. Memberikan koreksi bila siswa melakukan kesalahan atau berbuat tindakan yang mengganggu keheningan dan kekhusyuan shalat berjamah.

Keteladanan dalam hal ini dan hal-hal lain dalam pendidikan agama sangat penting. Hal demikian karena, pertama, pada dasarnya pendidikan agama berpusat pada tindakan nyata, bukan pada teori; kedua, karena pada dasarnya anak usia 6-10 tahun sangat senang mencontoh dan meniru. Sehingga, bila guru memberi teladan dalam melakukannya, siswa langsung dapat menirukannya. Aturan-aturan shalat berjamaah pun akan lebih bermakna bagi anak didik bila disampaikan sambil melaksanakan shalat.

Sekali lagi, yang sulit dari pelajaran shalat berjamaah, juga materi fiqh lainnya, bukan pada aspek pengetahuan dan keterampilannya, melainkan pada aspek internalisasi nilai dan pembiasaannya. Agar anak mau mengerjakan shalat berjamaah di rumahnya, seorang guru bisa menganjurkan atau mendorong semangatnya dengan cara bercerita. Namun lebih dari itu siswa membutuhkan keteladanan dan pembiasaan dalam hal ini. Adakanlah shalat berjamaah di sekolah, khususnya untuk shalat zhuhur. Ajaklah siswa dengan lembut, tidak memaksa, untuk bersama-sama guru dan siswa lain berjamaah di sekolah. Pantaulah pelaksanaan shalat berjamaah di sekolah. Bila menemukan sesuatu yang ganjil hendanya segera lakukan koreksi, jangan menundanya.

 

5.      Metode Kisah

Metode kisah sangat berguna untuk mendorong semangat atau ghirah berjamaah. Anda bisa mencari dan memilih cerita-cerita para salafu-sh-shalih dalam mengamalkan shalat berjamaah. Namun sebelumnya sampaikan pula hadis-hadis Nabi tentangfadhilah (keutamaan) shalat berjamaah, seperti hadis di bawah ini:

Dari Abdilldh bin 'Umar, bahwa Rasulullah bersabda, "Shalat berjamaah mengungguli shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat lebih tinggi (HR Bukhari dan Muslim]

Di antara kisah yang dapat Anda ceritakan tentang keutamaan berjamaah yang tidak dapat diganti walaupun dengan 25 rakaat shalat sendirian, adalah kisah yang diceritakan Muhammad bin Sima'ah, sebagaimana dikutip al-Malibari, berikut ini:

Muhammad bin Sima'ah berkata:

Selama empat puluh tahun aku tidak pernah tertinggal shalat berjamaah dari awal imam melakukan takbiratu-l-ihram. Namun, ketika ibuku meninggal, terpaksa aku tidak bisa mengikuti shalat berjamaah. Aku sangat sedih dan menyesal karenanya. Maka untuk mengganti keteledoranku dalam berjamaah aku melaksanakan shalat sunnah 25 rakaat, dengan harapan pahalanya dapat menggantikan shalat berjamaah yang ku tinggalkan.

Dengan sungguh-sungguh aku melakukannya, sampai-sampai tubuhku merasa kepayahan dan kemudian aku tertidur. Di dalam tidur aku bermimpi didatangi seseorang. Ia berkata, "Hai Muhammad, kamu telah shalat 25 rakaat untuk mengganti shalat berjamaah yang kau tinggalkan. Tapi bagaimana kamu bisa mengganti ucapan "amin" yang dikatakan malaikat saat imam selesai membaca surah al-Fatihah?"

Nah, ini artinya bahwa shalat berjamaah tidak dapat diganti oleh shalat 25 rakaat sekalipun, karena di antara fadhilah shalat berjaamaah adalah ucapan "amin" dari malaikat saat imam selesai membaca surat al-Fatihah.

 

6.      Guided Teaching (Pengajaran Terbimbing)

Dalam teknik ini guru menanyakan satu atau dua pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, maupun untuk memperoleh hipotesa atau kesimpulan yang kemudian (kesimpulan-kesimpulan itu) dapat dimasukkan ke dalam kategori-kategori. Teknik ini dapat dijadikan selingan yang menyenangkan di sela-sela pengajaran konvensional (biasa). Dengan cara ini seorang guru dapat mengetahui apa yang sudah atau belum dipahami oleh siswanya.

 

Untuk menjalankan teknik Guided Teaching dalam mengajarkan materi shalat jum'at, seorang guru perlu memperhatikan langkah-langkah operasionalnya, berikut ini:

1)   Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang dimiliki mereka berkaitan dengan materi shalat jum'at yang telah disampaikan. Gunakan pertanyaan-pertanyaan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban, misalnya:

"apa saja ketentuan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan shalat jum 'at?" atau

"apa rukun, syarat dan adab yang harus dipenuhi untuk menjalankan shalatjum 'at?

2)   Berikan kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Anjurkan mereka untuk menjawab pertanyaan secara berpasangan atau bekerja sama dalam sebuah kelompok kecil.

3)       Mintalah siswa menyampaikan hasil kerja atau jawaban mereka dan catatlah jawaban-jawaban yang mereka sampaikan. Jika memungkinkan tulis jawaban mereka di papan tulis dengan mengelompokkannya ke dalam kategori-kategori yang akan Anda sampaikan dalam pembelajaran. Misalnya, jawaban mereka Anda masukkan ke dalam kategori:

-            rukun-rukun shalat jum 'at, atau

-            syarat-syarat sahnya shalat jum 'at, atau

-            adab/sunnah-sunnah shalat jum 'at", dan lain-lain.

Kemudian, sampaikanlah poin-poin utama dari materi ajar hari itu (materi shalat jum'at). Mintalah siswa untuk membandingkan jawaban yang mereka buat dengan poin-poin yang telah Anda sampaikan. Catat poin-poin yang dapat memperluas bahasan materi anda.

 

7.      Learning Starts With Question.

Teknik ini menuntut siswa untuk bertanya di awal pembelajaran sebelum guru menyampaikan bahan ajar. Guru dapat meminta siswa untuk bertanya kepadanya tentang materi shalat jum'at yang akan diajarkan. Bila tidak ada satu pun yang bertanya, atau bahkan seandainya ada yang bertanya pun, guru harus melakukan teknik-teknik tertentu agar siswa mau aktif bertanya. Salah satunya adalah teknik yang ditawarkan ini.

Memancing munculnya pertanyaan dari awal kegiatan belajar dengan teknik ini dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:

1)     Pilihlah bahan bacaan yang sesuai dengan materi ajar, kemudian bagikan kepada siswa. Dalam hal ini bacaan tidak harus difotokopi dan dibagikan kepada siswa, akan tetapi dapat dilakukan dengan memilih satu topik atau bab tertentu dari buku teks. Usahakan bacaan itu adalah sebuah bacaan yang memuat informasi umum atau yang tidak detail, atau bacaan yang memberi peluang untuk ditafsirkan dengan berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk memicu rasa ingin tahu siswa.

2)     Mintalah siswa untuk mempelajari bacaan tersebut secara individual atau bekerja sama dengan siswa lain.

3)     Mintalah siswa untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurkan kepada mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain, kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda.

4)     Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca.

5)     Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah di tulis oleh siswa.

6)     Sampaikan bahan pelajaran dalam pertemuan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

 

8.      Kelompok Belajar

Teknik ini menekankan kerja sama siswa dalam memperoleh pengetahuan. Dengan teknik ini guru memberikan tugas atau tanggung jawab kepada siswa untuk mempelajari bahan ajar dan menjabarkan isinya dalam sebuah kelompok tanpa campur tangan guru. Tugas yang diberikan sebaiknya diperhitungkan tingkat efektifitasnya sehingga kelompok dapat mengatur dirinya sendiri dalam mengerjakannya.

Teknik Kelompok Belajar dapat diterapkan di ruang kelas pada materi ajar shalat jum'at dengan mengikuti prosedur berikut ini:

1)     Berikan kepada siswa materi pelajaran shalat jum'at dengan singkat dan tersusun baik, menantang dan terbuka bagi lahirnya berbagai penafsiran, baik dalam bentuk naskah atau yang lainnya. Mintalah mereka untuk membaca naskah tersebut dalam hati.

2)     Bentuklah kelompok-kelompok siswa dan berikan kepada mereka ruang yang tenang untuk melaksanakan sesi belajar mereka.

3)     Berikan petunjuk yang jelas, yang dapat memandu siswa untuk belajar dan menjelaskan materinya dengan cermat. Berilah arahan dan bimbingan, seperti:

·           jelaskan isi bacaan tersebut

·           buatlah contoh atau ilustrasi

·           tandai hal-hal yang membingungkan

·           bantahlah informasi yang ada dalam teks, atau buatlah sudut pandang yang berbeda

·           nilailah seberapa baik kalian memahami materi ini

 

Berikut ini adalah salah satu contoh penggunaan teknik ini dalam pengajaran shalat jum'at:

            Cara-cara Shalat Jum'at

1.       dilakukan oleh laki-laki dewasa

2.       dikerjakan secara berjamaah

3.       dilakukan di mesjid

4.       dilakukan dengan 2 rakaat setelah khutbah

5.       khutbah dilakukan di atas mimbar atau tempat yang lebih tinggi dari jamaah

6.       khutbah dilakukan 2 kali

7.       mendengarkan khutbah dengan tenang dan khusyu'

8.       bacaan surat fatihah dan surat dinyaringkan

9.       yang tidak ikut shalat jum'at diwajibkan shalat zhuhur

 

Petunjuk:

-          Diskusikan tiap poinnya!

-          Bagian mana yang belum dipahami?

-          Bagian mana yang tidak Anda setujui?

-          Bagian mana yang paling Anda inginkan untuk dijelaskan?

 

Berikut ini contoh lain dari penggunaan teknik ini dalam pengajaran shalat jum'at:

 

Amalan Sunnah Sebelum Pergi Shalat Jum'at

1.       Mandi

2.       Memotong kuku

3.       Memotong rambut

4.       Berpakaian bersih

5.       Memakai wangi-wangian

6.       Pergi jum'at berjalan kaki

7.       Shalat sunnah 2 rakaat

8.       Duduk di barisan depan

9.       Berdzikir atau tadarus

 

Amalan Sunnah Sesudah Shalat Jum'at

1.       Berdzikir, membaca tasbih, tahmid dan takbir 33 x

2.       Berdoa

3.       Shalat sunnah 2 rakaat

4.       Pulang jalan kaki

Petunjuk:

-          Diskusikan tiap poinnya!

-          Bagian mana yang belum dipahami?

-          Bagian mana yang tidak Anda setujui?

-          Bagian mana yang paling Anda inginkan untuk dijelaskan?

4)     Berikan tugas atau peran kepada anggota kelompok dalam proses mendiskusikan jawaban, misalnya sebagai fasilitator, pengatur waktu, pencatat atau juru bicara.

5)     Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dan lakukan salah satu atau beberapa hal di bawah ini:

·           Membahas materi secara bersama-sama

·           Beri siswa pertanyaan quiz

·           Mintalah siswa untuk menilai seberapa baik mereka memahami materi

·           Sediakan latihan penerapan atau quiz bagi siswa untuk menguji pemahaman mereka

6)     Sebagai variasi, dalam pembelajaran di atas Anda dapat membuat kelas menjadi empat kelompok. Hal ini dilakukan jika jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak. Pasangkan masing-masing kelompok yang telah dibuat dan mintalah mereka untuk saling membandingkan catatan dan saling membantu.

 

9.      Belajar Sekaligus Bertindak

Teknik Belajar Sekaligus Bertindak dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri penerapan materi ajar dalam situasi kehidupan yang sesungguhnya. Belajar dan Bertindak adalah teknik belajar yang dilakukan di dalam dan luar kelas. Teknik Belajar Sekaligus Bertindak ini cocok untuk penugasan. Di luar kelas siswa diharuskan mengamati suatu pekerjaan yang berkaitan dengan materi, dalam hal ini penunaian shalat jum'at oleh masyarakat muslim.

Guru dapat menggunakan metode ini dengan memperhatikan dan menerapkan prosedur berikut:

1)     Di dalam kelas, lakukan ceramah atau diskusi singkat untuk memperkenalkan ketentuan shalat jum'at.

2)     Tugaskan siswa secara individual atau berpasangan dan berkelompok untuk melakukan kunjungan lapangan, yaitu mengikuti shalat jum'at pada hari pelaksanaanya.

3)     Masih di dalam kelas, kelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 atau 5 siswa. Mintalah mereka secara kelompok untuk menyusun sebuah daftar pertanyaan atau daftar pengamatan yang akan digunakan dalam kunjungan lapangan itu.

4)     Mintalah masing-masing siswa/kelompok untuk menempelkan butir-butir pertanyaan/pengamatan mereka dan mintalah untuk berbagi pendapat dengan siswa/kelompok lain.

5)     Minta para siswa/kelompok untuk mendiskusikan butir-butir itu dan menyusun daftar umum pertanyaan/pengamatan untuk digunakan oleh setiap siswa.

6)     Beri siswa tenggat waktu (seminggu) dan arahkan mereka untuk mengunjungi mesjid dan melaksanakan shalat jum'at, sekaligus melakukan pengamatan.

7)     Pertanyaan-pertanyaan atau aspek pengamatan yang dibuat harus spesifik dan memungkinkan untuk dilakukan pembandingan dengan temuan siswa.

Sebagai contoh, butir-butir pengamatan ini cocok untuk mengamati pelaksanaan shalat jum'at:

-          Hari apa shalat jum 'at dilaksanakan?

-          Dimana dilaksanakannya? (mesjid jami' atau mushalla)

-          jam berapa atau berapa lama pelaksanaanya?

-          Siapa saja yang hadir? Adakah ada anak-anak dan perempuan? Darimana saja asal mereka? Mereka memakai baju khusus atau tidak?

-          Apakah ada yang melantunkan adzan? Berapa kali?

-          Apakah adayang berkhuthah?Berapa kali khutbahnya?Berapa lama khutbahnya? Berapa orang yang melakukannya?

-          Apakah shalat dilakukan setelah atau sebelum khutbah?

-          Berapa rakaat?

-          Setelah shalat ada kegiatan apa?

-          Dan lain-lain

8)     Mintalah siswa untuk berbagi temuan mereka dengan siswa lain melalui berbagai cara yang menarik.

 

10.  Turnamen Belajar

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengajarkan materi "shalat jum'at" adalah teknik Turnamen Belajar. Tehnik ini merupakan versi sederhana dari "Turnamen-Permainan-Tim" yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekannya. Tehnik ini menggabungkan kelompok belajar dan kompetisi tim, dan bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran beragam fakta, konsep dan keterampilan. Dalam kaitannya dengan materi shalat jum'at, teknik ini dapat dilakukan untuk menyampaikan syarat dan rukun shalat jum'at, syarat dan rukun khutbah jum'at ataupun sunnah-sunnah shalat jum'at.

Dalam pembelajaran shalat jum'at teknik ini dapat diterapkan dengan mencermati langkah-langkah di bawah ini:

1.       Bagilah siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 2 hingga 8 siswa. Pastikan bahwa tim memiliki jumlah yang sama. (Jika ini tidak bisa dilakukan, Anda harus merata-ratakan skor dari tiap tim).

2.       Berikan materi kepada tiap tim untuk dipelajari bersama.

3.       Buatlah beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman dan/atau pengingatan akan materi pelajaran. Gunakan format yang memudahkan penilaian sendiri, misalnya pilihan ganda, mengisi titk-titik, benar/salah, atau definisi istilah.

4.       Berikan sebagian pertanyaan kepada siswa. Sebutlah ini sebagai "ronde satu" dari turnamen belajar. Tiap siswa harus menjawab pertanyaan secara perseorangan.

5.       Setelah pertanyaan diajukan, sediakan jawabannya dan perintahkan siswa untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka jawab dengan benar. Selanjutnya perintahkan mereka untuk menyatukan skor mereka dengan tiap anggota tim mereka untuk mendapat skor tim. Umumkan skor dari tiap tim.

6.       Perintahkan mereka untuk belajar lagi untuk ronde kedua dalam turnamen. Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari "ronde kedua". Perintahkan tim untuk sekali lagi menggabungkan skor mereka dan menambahkannya ke skor mereka dironde pertama.

7.       Anda bisa membuat ronde sesuai yang Anda mau, namun berikan untuk kesempatan tim untuk menjalani sesi belajar antar masing-masing ronde. (Lamanya turnamen belajar juga bisa bervariasi. Bisa singkat selama dua puluh menit atau bahkan beberapa jam).

8.       Sebagai variasi Anda dapat memberi penalti kepada siswa yang jawabannya salah dengan memberi mereka skor minus 2 atau minus 3. Jika mereka tidak yakin dengan jawabannya, lembar jawaban kosong bisa dianggap 0 (nol).

 

11.  Keteladanan

Metode-metode atau teknik-teknik yang telah disebutkan di atas ditujukan untuk mengenalkan siswa pada kewajiban dan ketentuan shalat jum'at, dan hal ini lebih terkait dengan sisi kognitif siswa daripada sisi afektifnya. Padahal, pembelajaran shalat jum'at pada akhirnya ditujukan untuk mendidik siswa agar selalu menunaikan shalat jum'at dimulai dari keadaan mereka saat ini. Oleh karena itu, untuk melakukan pembiasaan shalat jum'at diperlukan metode atau teknik mengajar yang tepat.

Di antara teknik yang dapat digunakan untuk mendorong siswa untuk membiasakan mengikuti shalat jum'at adalah dengan memberi teladan. Guru dalam metode keteladanan berlaku sebagai seorang model yang diikuti. Oleh karenanya guru harus memberikan contoh yang baik dalam pelaksanaan shalat jum'at. Dengan demikian pertama-tama gurulah yang harus baik dan taat kemudian mengajak dan menganjurkan siswa untuk baik dan taat juga. Bukankah kita tahu bahwa untuk menyapu lantai yang kotor diperlukan sapu yang bersih? Mengajarkan kewajiban dan kebiasaan shalat jum'at tanpa disertai keteladanan sama saja dengan menyapu lantai dengan sapu kotor. Bukannya bersih malah tambah kotor.

Adapun untuk mengajak dan membujuk siswa agar mau membiasakan shalat jum'at guru dapat menggunakan metode targhib-tarhib (bujukan dan ancaman akhirat) dalam pengajarannya maupun metode kisah untuk menyentuh sisi afektif siswa.

 

12.  Peninjauan Ulang Topik

Selain itu, dalam mengevaluasi pembelajaran Anda dapat menggunakan teknik peninjauan ulang topik untuk mengingatkan siswa pada materi yang telah dipelajari dan untuk mengetahui daya serap pembelajaran. Teknik ini dapat Anda lakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1)     Pada akhir proses pembelajaran, berilah siswa sebuah daftar topik yang telah Anda bahas. Jelaskan bahwa Anda ingin mengetahui apa yang mereka ingat tentang topik-topik itu dan apa saja yang telah mereka lupakan. Usahakan agar susasana tetap santai agar mereka tidak merasa terancam oleh kegiatan peninjauan ini.

2)     Perintahkan siswa untuk mengingat hal-hal seputar topik yang telah dibahas dan hal-hal lain yang masih mereka ingat. Ajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:

-            Mengacu pada hal apakah topik ini?

-            Mengapa topik ini penting?

-            Siapa yang dapat memberi saya contoh tentang apa yang kita pelajari dalam topik ini?

-            Nilai-nilai apa yang kalian dapatkan dari topik ini?

-            Pengalaman belajar apa saja yang kita dapatkan dari tiap topik?

Jika tidak banyak yang diingat, olok-oloklah daya ingat mereka secara bergurau, atau salahkan diri Anda karena tidak bisa menjadikan topik itu sebagai sesuatu yang tak terlupakan.

3)     Lanjutkan pengajuan pertanyaan itu secara kronologis hingga Anda menyinggung semua materi yang pernah dibahas (atau lakukan selama waktu yang tersedia masih ada).

4)     Sewaktu Anda membahas isinya, buatlah pernyataan penyimpul sesuai dengan yang Anda kehendaki.

5)     Sebagai variasi, peninjauan ulang topik dapat Anda lakaukan dengan mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok. Langkah ini merupakan alternatif dari proses peninjauan topik secara klasikal di atas.

Adapun untuk menguji apakah siswa sudah terbiasa atau belum dalam mengikuti shalat jum'at dapat dibuktikan dengan pengamatan. Untuk melakukan pengamatan Anda tidak bisa melakukannya sendirian. Anda harus bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, khususnya orangtua siswa dan guru mengaji mereka di mushalla. Dari orangtua dan ustadz itu Anda dapat menimba keterangan apakah siswa tertentu sudah biasa mengikuti shalat jum'at atau belum. Untuk keperluan pengamatan Anda perlu menyediakan formulir untuk diisi oleh orangtua siswa dan ustadznya.

 

13.  Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi atas proses pembelajaran, dalam rangka mengetahui tingkat keterserapan materi oleh siswa dapat dilakukan melalui tes tertulis maupun tes lisan. Tes ini terutama dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atas materi yang diberikan. Adapun materi shalat berjamaah yang berupa tindakan dan pembiasaan dievaluasi dengan pengamatan atas.

Evaluasi atas keberhasilan mengajar tergantung pada tujuan pembelajaran itu sendiri. Bila tujuan pembelajaran adalah agar siswa dapat menjelaskan ketentuan shalat jum'at, Anda dapat menguji kemampuan itu melalui sebuah tes. Tes tulis dan lisan nampaknya relevan untuk tujuan ini. Anda bisa membuat beberapa pertanyaan yang Anda tanyakan secara verbal kepada siswa dan siswa diharuskan menjawabnya secara lisan juga. Atau, Anda dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis dan siswa menjawabnya secara tertulis. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab dengan uraian terbatas atau tidak terbatas disesuaikan dengan kemampuan siswa. Soal tertulis dapat berupa soal uraian atau objektif, yakni isian, benar salah atau pilihan ganda.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 8

PEMBELAJARAN JENAZAH

 

A.     Jenazah

Tidak ada seorang pun yang dapat menghindari kematian. Datangnya kematian tidak ada yang tahu kecuali Allah Yang Maha Mengetahui. Kematian bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Mengurus jenazah seorang Muslim merupakan kewajiban Muslim yang masih hidup. Hukumnya fardhu kifayah untuk memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan jenazah tersebut.

 

B.      Talqin

Rasulullah Saw bersabda, “Tuntunlah orang-orang yang berada di ambang kematian untuk membaca kalimat laa ilaaha illa Allah” (HR. Muslim).

 

C.     Cara Mengurus Jenazah

1.       Memandikan

a.       Cara Memandikan Jenazah

1)      Sediakan tempat yang agak tinggi untuk membaringkan jenazah.

2)      Aurat jenazah ditutup supaya tidak terlihat oleh yang tidak berhak (bukan mahram).

3)      Sediakan air secukupnya dan sabun.

4)      Siramkan air kebadannya mulai dari sebelah kanan, lebih utama jika siraman berjumlah ganjil.

5)      Basuh dan gosok-gosok anggota badan yang biasa dibasuh ketika berwudhu.

6)      Basuh seluruh anggota badan dengan sabun sampai bersih.

7)      Disunnahkan untuk menyentuh aurat jenazah. Lebih baik menggunakan kain sehingga tidak menyentuh langsung.

8)      Disunnahkan mengurai rambut jenazah, kemudian diikat kembali jika selesai dimandikan.

9)      Dikeringkan dengan handuk.

 

b.      Hal Yang Harus di Perhatian Kala Memandikan Jenazah

1)      Yang wajib dimandikan adalah jenazah Muslim.

2)      Memandikan seluruh anggota tubuh.

3)      Orang yang memandikan hendaknya orang yang sama jenis kelaminnya, kecuali mahram atau suaminya.

4)      Dianjurkan orang yang memandikan jenazah adalah pihak keluarga. Jika tidak bisa sebaiknya diserahkan kepada orang yang sudah bisa memandikan jenazah dengan syarat jujur dan dapat dipercaya sehingga tidak menyebarkan cacat jenazah.

5)      Jenazah anak kecil boleh dimandikan oleh lawan jenis.

6)      Orang yang mati syahid, yaitu orang yang meninggal dunia karena membela agama Allah (perang di sabilillah), tidak pelu dimandikan.

7)      Apabila tidak tersedia air atau meninggal di tengah-tengah orang yang bukan mahramnya, jenazah wajib di tayamumi. Usap wajah dan kedua telapak tangan jenazah dengan debu suci.

 

2.       Mengkafani

a.       Siapkan kain putih sepanjang 12 meter. Potong menjadi enam lembar. Panjangnya setinggi jenazah dilebihkan sedikit. Dua lembar disatukan, demikian juga lembaran yang lainnya.

b.    Jenazah Muslimah dikafani sebanyak lima lapis kain.

c.     Hamparkan tikar, kemudian bentangkan tali di tempat kepala, lutut, tangan, serta dua mata kakinya, kemudian hamparkan kain yang telah disediakan tadi.

d.    Taburi jenazah dengan kapur barus yang telah dihaluskan, lalu baringkan di atas kain kafan tadi, hadapkan kepala ke utara, setelah itu tempelkan kapas pada lubang hidung, pusar, dan alat kelaminnya, kemudian balut sampai rapi.

 

3.       Menshalatkan

a.       Jenazah dishalatkan dengan menghadap ke arah kepala jenazah, apabila ia laki-laki. Apabila jenazah perempuan, maka menghadap keperutnya.

b.       Niat

c.       Shalat dengan empat takbir

1)      Takbir pertama membaca surah al-Fatihah.

2)      Takbir kedua mebaca shalawat.

3)      Takbir ketiga mendoakan jenazah.

4)      Takbir keempat mendoakan kaum muslimin.

d.       Salam

 

4.       Menguburkan

Penguburan jenazah dianjurkan dengan segera. Sebelum jenazah diantar ke kuburan, sebaiknya dilunasi utangnya terlebih dahulu, seandainya ia mempunyai hutang. Apabila ia mempunyai hutang yang tidak ingat atau tidak dituliskan, sebaiknya diumumkan kepada yang hadir. Kemudian yang hadir diminta agar memaafkan kesalahan dan kekhilafan almarhum atau almarhumah semasa hidupnya.

 

D.     Ta’ziyah

Takziah ialah mengunjungi keluarga yang terkena musibah, seperti meninggal dunia.  Takziah sebaiknya dilakukan  ketika mayatnya belum dikubur agar dapat ikut menshalati jenazah. Ketika melakukan ta’ziyah, hendaklah menberi nasihat kepada keluarga yang sedang berduka supaya sabar, tabah, dan ikhlas dalam menerima cobaan. Ta’ziyah kepada orang-orang yang terkena musibah itu merupakan hak orang Islam serta perwujudan dari tolong menolong dengan sesama kita.

 

E.   Ziarah Kubur

a.       Memberi salam ketika masuk dan melewati kuburan.

b.       Tidak mengerjakan shalat diatas kuburan.

c.       Dilarang duduk diatas batu kuburan, demikian juga bersandar, atau berjalan diatasnya.

d.       Tidak dibenarkan menyebut aib seorang Muslim yang telah meninggal dunia.

e.        Disunnahkan mendoakan jenazah kaum Muslimin supaya mendapat ampunan dari Allah Swt.

 

F. Pembelajaran Fiqih

Di bawah ini akan dikemukakan beberapa teknik mengajar yang dapat Anda renungkan untuk digunakan dalam pembelajaran Jenazah.

 

1.    Tari Bambu

Teknik ini merupakan pengembangan dari teknik Lingkaran Besar-Lingkaran Kecil. Bila pada teknik Lingkaran Besar-Lingkaran Kecil membutuhkan ruang yang luas, pada teknik ini bahkan bisa dilakukan di sela-sela bangku sekolah. Teknik ini disebut dengan tari bambu karena posisi siswa menyerupai tarian bambu, yakni berjajar, tidak melingkar. Teknik tari bambu dapat digunakan untuk berbagai materi pelajaran yang membutuhkan pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Teknik ini terstruktur sedemikian rupa, sehingga siswa dapat berbagi informasi dengan beberapa pasangan yang berbeda dalam waktu yang singkat dan teratur.

Untuk menjalankan teknik ini, Anda dapat melakukannya dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:

1)     Separuh kelas atau seperempatnya berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara kedua akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu yang relatif singkat

2)     Separuh kelas lain berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.

3)     Dua siswa berpasangan dari kedua jajaran diminta untuk saling ber tentang hal-hal yang dihalalkan dan yang diharamkan oleh agama.

4)     Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajai ujung lain di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi pengetahuan.

5)     Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan waktu dan kebutuhan pengajaran

 

2.    Numbered Heads Together

Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama mereka untuk mampu menjelaskan materi atau menjadi juru bicara dari tentang suatu materi pelajaran dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1)     Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok

2)     Berikanlah nomor kepada setiap siswa dalam kelompok tersebut

3)     Berikanlah tugas atau pertanyaan untuk dikerjakan secara berkelompo

4)     Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya

5)     Panggillah salah satu nomor siswa.

6)     Nomor yang dipanggil diminta untuk melaporkan hasil kerja sama mereF kelas

7)     Berikan kesempatan kepada siswa atau kelompok lain untuk memberika

8)     Kemudian, setelah selesai yang tadi, panggillah nomor lain untuk mela kerja kelompoknya. Siswa atau kelompok lainnya memberi tanggapan siswa tersebut.

9)     Lakukan beberapa kali dengan memperhitungkan waktu dan tujuan pengajaran.

10) Berikanlah kesimpulan umum dari materi yang dipelajari.

 

3. Team Quiz

Anda dapat menggunakan teknik Team Quiz dalam pengajaran dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1)     Pilihlah topik yang bisa disajikan dalam tiga segmen.

2)     Bagilah siswa menjadi tiga tim

3)     Jelaskan format pelajaran dan mulailah penyajian materinya. Batasi waktunya hingga 10 menit saja atau kurang

4)     Mintalah tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat. Kuis tersebut harus sudah siap dalam waktu 5 menit, tidak lebih. Tim B dan C menggunakan waktu ini untuk memeriksa catatan mereka

5)     Tim A memberi kuis kepada tim B. Tim B bertugas untuk menjawab iya. Bila tim B tidak bisa menjawab, tim C dipersilahkan menjawabnya.

6)     Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada tim C, dan mengulang proses diatas

7)     Ketika kuisnya selesai, lanjutkan dengan segmen kedua dari pelajaran Anda, dan tunjukklah tim B sebagai pemandu kuis.

8)     Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga, dan tunjuklah tim C untuk memandu kuis.

9)     Akhiri pengajaran dengan membuat kesimpulan dan koreksi seandainya ada jawaban siswa yang kurang tepat.

 

4. Evaluasi Pembelajaran

Untuk melihat kemampuan siswa dalam mempraktekkannya dapat dilakukan dengan ujian praktek melalui pengamatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 9

PEMBELAJARAN ZAKAT

 

A.     Zakat

Zakat berasal dari bahasa Arab, Zakah, yang artinya bersih, suci, atau baik. Zakat artinya mengeluarkan sebagian harta yang kita miliki untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.Membayar zakat termasuk rukun Islam. Mengeluarkan zakat hukumnya wajib. Membayar zakat merupakan bentuk syukur atas rezeki yang dikaruniakan Allah Swt.

 

B.      Zakat Fitrah

Zakat fitrah wajib dikeluarkan setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Zakat fitrah anak-anak menjadi tanggungan orangtuanya. Zakat fitrah dikeluarkan setiap bulan Ramadhan. Zakat akan membersihkan diri kita dari sifat kikir, tamak dan sombong.

 

C.     Syarat Wajib Zakat

1.       Muslim.

2.       Mempunyai kelebihan harta dan makanan.

3.       Bayi yang lahir sebelum terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan wajib membayar zakat yang harus dipenuhi orangtuanya.

 

D.     Perhitungan Zakat

Zakat fitrah dibayarkan dengan makanan pokok di tempat tersebut, seperti berasm gandum, jagung, sagu, dll. Misalnya di Jakarta, makanan pokok penduduknya adalah beras maka membayar zakat dengan beras sebanyak 3,5 kilogram beras atau dikonversikan ke rupiah seharga beras tersebut.

 

E.      Waktu Pembayaran Zakat

Waktu pembayaran zakat fitrah adalah pada malam shalat ‘Idul Fitri. Namun, boleh dilakukan sejak awal bulan Ramadhan. Pembagian selambat-lambatnya dilakukan sebelum pelaksanaan shalat ‘Idul Fitri.

 

F.      Mustahik Zakat

1.       Fakir, yaitu orang yang tidak punya harta dan pekerjaan.

2.       Miskin, yaitu orang yang memiliki harta dan usaha, tetapi tidak mencukupi kebutuhan pokoknya.

3.       Amil, yaitu pengelola zakat.

4.       Mualaf, yaitu orang yang baru masuk Islam dan masih membutuhkan bimbingan.

5.       Hamba sahaya (budak), yaitu orang yang harus menembus kemerdekaan dirinya.

6.       Gharimin, yaitu orang yang terlilit hutang.

7.       Ibnu sabil, yaitu orang yang sedang dalam perjalanan dan melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar.

8.       Fi Sabilillah.

 

G.     Manfaat Membayar Zakat

1.       Membersihkan diri dari sifat tamak, kikir dan sombong.

2.       Meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt.

3.       Menanamkan kepedulian sosial.

4.       Melatih diri mensyukuri ni’mat Allah dengan berbagi.

 

H.     Zakat Mal

Zakat menurut bahasa adalah menyucikan, tumbuh dan bertambah. Mal berarti harta. Zakat mal berarti membersihkan harta. Menurut pengertian hukum syariat, zakat mal adalah membersihkan harta atau rezeki yang kita miliki dengan cara memberikan sebagiannya kepada orang yang berhak menerimanya menurut ketentuan al-Qur’an dan hadits.  Mengeluarkan zakat mal termasuk fardhu ‘ain bagi orang yang mempunyai harta kekayaan telah mencapai nisab dan haul.

 

I.        Syarat Wajib Zakat Mal

1.       Islam.

2.       Milik sendiri.

3.       Sudah mencapai nisab. Nisab adalah ukuran tertentu yang mewajibkan seseorang membayar zakat.

4.       Haul, yaitu telah dimiliki selama setahun.

 

J.       Harta Yang Wajib dizakatkan

1.       Emas,

2.       Perak,

3.       Perniagaan atau perdagangan,

4.       Pertanian,

5.       Perkebunan,

6.       Peternakan,

7.       Barang-barang temuan.

 

K.     Nisab

1.       Emas dan Perak

a.       Emas seberat 96 gram dan yang wajib dikeluarkan sebesar 2,5%.

b.       Perak seberat 650 gram dan yang wajib dikeluarkan sebesar 2,5%.

 

2.       Harta Perniagaan

Perniagaan adalah usaha dalam rangka mencari keuntungan, seprti toko, pabrik atau jenis usaha yang bisa dinilai. Zakat harta perniagaan sama dengan zakat untuk emas atau perak. Apabila seseorang berniaga, terhitung sejak ia mulai berniaga sampai satu tahun dan penghasilannya telah mencapai nisab, ia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5%.

 

3.       Harta Pertanian

Zakat hasil pertanian  berupa makanan pokok seperti beras, gandum dan buah-buahan. Nisab zakat pertanian adalah 1000 liter. Apabila hasil panen telah mencapai 1000 liter, ia wajib mengeluarkan zakatnya 10% jika air yang digunakan untuk pertanian tersebut tidak menggunakan tenaga binatang atau yang lainnya. Apabila pengairannya menggunakan tenaga binatang atau yang lainnya, zakat yang harus dikeluarkan sebesar 5%.

 

4.       Binatang Ternak

Jenis binatang yang wajib dizakati adalah unta, sapi, kerbau dan kambing, dengan syarat sebagai berikut:

a.       Digembalakan di rumput, bukan milik orang lain.

b.       Binatang tersebut tidak dipakai sebagai alat pengangkut atau membajak.

 

Nisab zakat bintang ternak adalah sebagai berikut:

No.

Jenis

Nisab

Zakat

Umur

1

Kambing

40-120 ekor

1 kambing

2 tahun lebih

 

 

121-200 ekor

2 kambing

2 tahun lebih

 

 

201-300 ekor

3 kambing

2 tahun lebih

 

 

301-400 ekor

4 kambing

2 tahun lebih

 

 

401-500 ekor

5 kambing

2 tahun lebih

 

 

Setiap bertambah 100 ekor, maka zakatnya ditambah 1 ekor kambing.

2

Sapi/ Kerbau

30-39 ekor

1 anak sapi/kerbau

2 tahun lebih

 

 

40-59 ekor

1 anak sapi/kerbau

2 tahun lebih

 

 

60-69 ekor

2 anak sapi/kerbau

1 tahun lebih

3

Unta

5-9 ekor

1 kambing

2 tahun lebih

 

 

10-14 ekor

2 kambing

2 tahun lebih

 

 

15-19 ekor

3 kambing

2 tahun lebih

 

 

20-24 ekor

4 kambing

2 tahun lebih

 

 

25-35 ekor

1 anak unta

1 tahun lebih

 

 

36-45 ekor

1 anak unta

2 tahun lebih

 

 

46-60 ekor

1 anak unta

3 tahun lebih

 

 

61-75 ekor

1 anak unta

4 tahun lebih

 

 

76-90 ekor

2 anak unta

2 tahun lebih

 

 

91-120 ekor

2 anak unta

3 tahun lebih

 

 

Mulai 121 ekor, tiap tambah 40, zakatnya 1 anak unta yang berumur 2 tahun lebih.

 

5.       Harta Terpendam

Rikaz adalah harta yang terpendam, seperti emas dan perak. Apabila kita menemukannya, wajib mengeluarkan zakat sebesar 20% (1/5).

 

L.      Shadaqah dan Infaq

Selain diwajibkan zakat atas harta dan zakat fitrah, umat Islam dianjurkan bersedekah dan infaq. Infaq adalah membelanjakan sebagian harta untuk jalan kebaikan, misalnya untuk pembangunan mesjid, madrasah, perbaikan jalan, penciptaan lingkungan yang bersih dan lain-lain. Sedangkan bersedekah berarti memberikan sesuatu yang berguna kepada orang lain.

Ada banyak macam sedekah yang dianjurkan Nabi, termasuk di dalamnya berdzikir, amr ma'ruf nahi munkar, membuang duri dari jalan, menuntun orang buta, tersenyum dan lain-lain. Bersedekah harta berarti memberikan harta kepada orang fakir dan miskin.

Hukum infaq dan sedekah adalah sunnah. Namun bila keadaan memaksa hukum keduanya bisa berubah menjadi wajib. Misalnya, Rasulullah Saw mewajibkan para shahabatnya berinfaq untuk membekali pasukan perang saat berjihad melawan orang kafir.

 

M.   Pembelajaran Fiqih

Untuk mengajarkan materi macam-macam zakat dan berbagai ketentuan zakat fitrah dapat dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Sedangkan untuk melatih siswa agar bisa mempraktekkan zakat fitrah dapat dilaksanakan dengan metode praktek melalui bermain peran, demontrasi ataupun simulasi. Teknik-teknik lain yang relevan dapat digunakan sebagai cara mengaktifkan siswa dalam proses belajar.

Di bawah ini dikemukakan beberapa teknik yang dapat digunakan untuk pembelajaran zakat secara aktif :

 

1.    Concept Map (Peta Konsep)

Peta konsep adalah peta pikiran. Peta ini menggambarkan pikiran kita tentang sesuatu. Dengan peta ini kita dapat melihat mana yang bersifat umum dan mana yang khusus. Dengan peta pikiran kita bisa membedakan mana yang utama dan mana yang sampingan. Peta pikiran dapat menjadi cara belajar efekuf jika dibandingkan dengan teknik catatan tradisional. Dalam peta pikiran kita bukan hanya melihat tulisan tetapi juga melihat sebuah gambar dari pikiran, yang menenangkan dan menyenangkan.

 

Siswa dapat dilatih untuk menggunakan peta pikiran untuk melatih berpikir sistematis. Guru dapat menggunakan teknik ini untuk kegiatan pembelajaran di kelas. Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk pembelajaran melalui peta konsep adalah sebagai berikut:

1)     Pilihlah satu konsep atau wacana sebagai bahan pengajaran ataupun penilaian (bila Anda menggunakan concept map sebagai alat evaluasi). Dalam pembelajaran zakat, Anda dapat menempatkan konsep zakat sebagai titik tolak kajian, atau konsep lain seperti konsep zakat fitrah, harta yang wajib dizakati, mustahiq zakat dan lain-lain.

2)     Mintalah siswa untuk menyebutkan beberapa istilah yang terkait dengan zakat atau zakat fitrah sebanyak-banyaknya. Anda dapat membantu dengan mengingatkan suatu kata atau dengan menunjuk asosiasinya. Di antara konsep-konsep yang mungkin ditemukan siswa dalam tema zakat adalah seperti berikut:

 

Mustahik

Faqir

ustadz

idul fitri

Miskin

orang

kyai

ramadhan

Kaya

berutang

beras

tabungan

Nishab

2,5%

harta

yang wajib

Haul

tanaman

hasil panen

dizakati

10%

profesi

unta

sapi

Pajak

kambing

mu’allaf

ibnu sabil

Jalan Allah

emas

perdagangan

yang tidak

uang

perhiasan

peternakan

berhaq

investasi

amil

pertanian

menerima

 

pertambangan

5%

zakat

            Mintalah siswa memilih 10 atau 12 konsep-konsep utama dari daftar yang telah dibuat. Misalnya mustahiq, nishab, haul, mu'alaf, ibn sabil, dan lain-lain

3)     Mintalah kembali kepada siswa untuk menuliskan konsep utama di atas kartu-kartu secara terpisah

4)     Kemudian siswa untuk membuat satu gambar yang saling berhubungan antara konsep-konsep itu bisa dalam bentuk lingkaran atau peta. Dapat juga meletakkan konsep yang paling besar di tengah-tengah gambar.

5)     Pastikan siswa membuat garis penghubung antar konsep-konsep utama tersebut.

6)     Sebelum mengakhiri tugas siswa, mintalah mereka menulis satu kata atau label di atas setiap garis penghubung

7)     Setelah siswa mengerjakan tugas, Anda mengumpulkan dan siap untuk melakukan koreksi atau evaluasi dengan kriteria yang sudah dibuat.

8)     Setelah dikoreksi, kembalikanlah hasil koreksian kepada siswa

 

2.       Bermain Jawaban

Teknik lain yang dapat digunakan untuk pembelajaran zakat adalah Bermain Jawaban. Bermain Jawaban adalah sebuah permainan edukatif yang menitikberatkan pada aspek pemahaman dan ingatan atas materi pengajaran. Guru bisa menggunakan teknik ini dalam pembelajaran zakat dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

1)     Buatlah sejumlah pertanyaan yang memerlukan jawaban singkat, dan masing-masing ditulis pada selembar kertas.

2)     Tulis sejumlah kemungkinan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jumlah jawaban harus lebih banyak dari jumlah pertanyaan. Misalnya jumlah pertanyaan 25, maka jumlah jawaban sekitar 30 atau 35.

3)     Kelompokkan jawaban-jawaban yang dibuat sesuai dengan kategori tertentu, misalnya kategori nishab, kategori mustahiq, kategori bukan mustahiq dan lain-lain.

4)     Masukkan jawaban-jawaban tadi ke dalam kantong atau kotak kertas sesuai kategori yang telah dibuat.

5)     Tempelkan kotak-kotak kertas yang berisi jawaban tadi pada selembar kertas karton. Kemudian pasang di depan kelas.

6)     Kelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok. Jumlah anggota kelompok disesuaikan dengan jumlah siswa. Usahakan masing-masing kelompok tidak lebih dari 6 orang siswa.

7)     Berikan kepada masing-masing kelompok itu beberapa pertanyaan. Jumlah pertanyaan pada setiap kelompok harus sama banyaknya.

8)     Mintalah setiap kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban dan mencari di kotak mana kira-kira jawaban tersebut berada.

9)     Mulailah permainan dengan meminta salah satu kelompok untuk membacakan satu pertanyaan, kemudian salah satu anggota kelompok menjawab sesuai dengan kartu jawaban

10) Langkah ke 9 diulang untuk kelompok lain sampai pertanyaan habis atau waktu tidak memungkinkan

11) Guru melakukan klarifikasi atas jawaban-jawaban siswa.

 

3.    Card Sort (Pemilahan Kartu)

Teknik ini merupakan aktivitas belajar melalui kerja sama antar siswa dalam memahami konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta tentang benda, ataupun menilai informasi. Gerak fisik yang dilakukan siswa di dalam teknik ini dapat membantu menggairahkan semangat belajar siswa yang sudah penat.

 

Untuk menerapkan teknik ini dalam pembelajaran "shalat bagi orang sakit", Anda dapat meniru prosedur di bawah ini:

1)     Berikan kepada setiap siswa sebuah kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau beberapa kategori. Berikut adalah contohnya:

 

-            Faqir, miskin, 'amil, gharimin, ibnu sabil, fi sabilillah, hamba sahaya, mu'allaf (kategori: mustahiq zakat)

-            Anak, ayah, istri, ahlu-l-bait Nabi, kafir, murtad (kategori: bukan mustahiq zakat)

-            Uang, emas, perak, perhiasan, perdagangan.hasil pertanian, hewan ternak, hasil pertambangan dan investasi, penghasilan profesi (kategori: yang wajib dizakati)

-            Dan sebagainya

2)     Mintalah siswa untuk berkeliling ruangan dan mencari siswa lain yang kartunya cocok dengan kategori yang sama (anda dapat mengumumkan kategorinya sebelumnya atau biarkan siswa menemukannya sendiri)

3)     Perintahkan para siswa yang kartunya memiliki kategori sama untuk menawarkan diri kepada siswa lain.

4)     Ketika setiap kategori ditawarkan, kemukakan poin-poin pengajaran yang menurut Anda penting, atau mintalah setiap kelompok untuk melakukan presentasi pengajaran tentang kategori yang ditemukannya.

 

Langkah-langkah card sort di atas dapat divariasikan dengan cara-cara sebagai berikut:

1)     Kelompok siswa ke dalam beberapa kelompok

2)     Berikan kepada setiap kelompok satu dus kartu yang tertulis di masing-masing kartu itu nama kategori dan nama-nama rinciannya.

3)     Pastikan bahwa mereka mengocoknya agar kategori-kategori yang cocok dengan mereka tidak jelas di mana letaknya.

4)     Mintalah setiap kelompok untuk memilah-milah kartu menjadi sejumlah kategori.

5)     setiap tim bisa mendapatkan skor untuk jumlah kartu yang dipilih dengan benar.

 

4.    Simulasi

Untuk pembelajaran zakat fitrah Anda dapat gunakan metode bermain peran atau simulasi. Metode ini selain dengan mudah memberi pengertian materi kepada siswa, ia berfungsi sebagai sarana bekerjasama melakukan sesuatu. Teknik ini dapat memberi kesan yang mendalam kepada siswa berkaitan dengan materi yang diajarkan.

Teknik ini dapat dilaksanakan dalam mengajarkan ketentuan dan tata cara penerimaan dan pembagian zakat fitrah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1)     Guru siapkan skenario dramanya.

2)     Kelompokkan siswa menjadi tiga kelompok utama: kelompok wajib zakat, panitia/ amil zakat dan mustahiq zakat.

3)     Gunakan media seperti beras atau uang atau alat lain yang dipahami sebagai beras dan uang. Seandainya Anda meminta menggunakan beras dan uang jelaskanlah kepada orang tua bahwa beras dan uang itu akan dikembalikan atau diinfakkan kepada orang yang berhak dan digunakan untuk kepentingan peralatan sekolah.

4)     Kelompok wajib zakat, untuk memeriahkan dapat dibagi pula berdasarkan orangtua-anak, atau berbagai profesi yang ada di masyarakat. Kelompok amil zakat dapat dikelompokkan lagi kepada beberapa kelompok; kelompok yang menerima zakat dan yang membaginya; pengatur acara supaya lancar dan sebagainya. Sedangkan kelompok mustahiq dapat dibagi kepada delapan kelompok mustahiq zakat.

5)     Aturlah masing-masing kelompok untuk memainkan perannya masing-masing.

6)     Setelah selesai tanyakanlah kepada siswa kesan apa yang dapat di ambil dari permainan itu dan, tentu saja, tanyakanlah prosedur penerimaan dan pembagian zakat serta bagian-bagian yang diterima dan dibagikan.

 

5.       Learning Starts With Question

Salah satu cara untuk membuat siswa belajar secara aktif adalah dengan membuat siswa bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari guru. Namun kenyataanya, siswa enggan dan malu untuk bertanya walaupun Anda, sebagai guru, sudah m emberikan tawaran dan kesempatan untuk sesi tanya jawab. Oleh karena itu untuk mcngaktifkan siswa bertanya perlu menggunakan teknik pengajaran yang dapat memberi kesempatan bertanya tanpa malu-malu. Di antara teknik yang dapat Anda gunakan untuk kepentingan tersebut adalah teknik Learning Starts With Question (Pembelajaran dimulai dari pertanyaan).

Dalarn menerapkan teknik ini saat mengajarkan materi infaq dan sedekah Anda bisa mengikuti langkah-langkah berikut:

1)     Pilih "bahan bacaan yang sesuai, kemudian bagikan kepada siswa. Bahan bacaan dapat dipilih dari buku teks atau Anda membawa fotokopi materi untuk dibagikan. Usahakan bacaan itu adalah sebuah bacaan yang memuat informasi umum atau yang tidak detail, atau bacaan yang memberi peluang untuk ditafsirkan dengan berbeda-beda.

2)     Minta siswa untuk mempelajari bacaan sendiri-sendiri ataupun berpasangan.

3)     Minta siswa untuk memberi tanda pada bagian-bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurian kepada mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain, kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda.

4)     Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca.

5)     Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah di tulis oleh siswa.

6)     Sampaikan bahan pelajaran dalam pertemuan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

 

6.       Plantet Questions (Pertanyaan Semu)

Teknik ini dapat membantu siswa yang tidak pernah bertanya atau bahkan tidak pernah berbicara pada jam-jam pelajaran dan untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dengan climinta menjadi penanya. Sebelumnya, Anda harus menyiapkan beberapa pertanya an yang ditulis dalam sebuah kartu. Anda juga harus memilih beberapa siswa untuk dititipi pertanyaan yang harus ditanyakan saat kegiatan pembelajaran.

Sekalipun Anda memberikan materi pelajaran seperti biasanya, tetapi efeknya adalah siswa melihat Anda melaksanakan sesi tanya jawab. Dengan demikian teknik ini dapat membantu Anda untuk mempresentasikan informasi dalam bentuk respon terhadap pertanyaan yang telah di tanamkan/diberikan sebelumnya kepada siswa  tertentu.

Untuk menerapkan teknik ini, saat mengajarkan materi infaq dan sedekah, Anda bisa mengikuti langkah-langkah berikut:

 

1)      Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada materi pelajaran yang akan disajikan, sekaligus mengarahkan proses pembelajaran. Tulislah tiga sampai enam pertanyaan dan urutlah pertanyaan tersebut secara logis. Misalnya:

-            Apa perbedaan sedekah dengan infaq dan zakat?

-            Apa saja macam-macam sedekah?

-            Apa saja hikmah dan keutamaan sedekah?

-            Apakah sedekah tidak akan mengurangi harta?

-            Bagaimana cara bersedekah yang baik?

2)      Tulislah setiap pertanyaan pada sepotong kertas (10x15 cm), dan tuliskan isyarat yang akan digunakan untuk memberi tanda kapan pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan.

Tanda yang bisa digunakan di antaranya: (a) menggaruk atau mengusap hidung; (b)

membuka kacamata; (c) membunyikan jari-jari; dan lain-lain.

 

Intruksi dalam kartu itu akan nampak seperti berikut:

 

JANGAN TUNJUKKAN KARTU INI

KEPADA SIAPAPUN

 

Setelah istirahat, saya akan membahas materi infaq dan sedekah dan kemudian mempersilahkan untuk bertanya. Ketika saya menggaruk hidung, angkat tangan dan tanyakan pertanyaan berikut ini:

 

Apakah perbedaan antara zakat, infaq dan sedekah?

 

Jangan baca pertanyaan ini keras-keras. Hapalkan dan ungkapkan pertanyaan dengan kata-kata Anda sendiri.

 

3)      Siapkan jawaban untuk setiap pertanyaan dalam flip chart, tranparansi, OHP, atau hands out yang siap ditampilkan ketika menjawab pertanyaan tersebut.

4)      Sebelum pelajaran dimulai, pilihlah siswa yang akan mengajukan pertanyaan tersebut. Pilih siswa yang tidak pernah atau jarang bertanya. Berikan setiap kartu            pertanyaan dan jelaskan petunjuknya. Yakinkan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diketahui siswa lain.

5)      Bukalah sesi tanya jawab dengan menyebutkan topik yang akan dibahas dan diberi isyarat pertama. Kemudian jawablah pertanyaan pertama, dan kemudian teruskan dengan tanda-tanda dan pertanyaan-pertanyaan berikut.

6)      Sekarang, bukalah forum untuk pertanyaan baru (bukan yang sebelum ditanam).

 

7.       Information Search (Mencari Info)

Teknik ini seperti melakukan ujian yang bersifat open book. Dengan teknik ini, secara berkelompok siswa mencari informasi (biasanya tercakup dalam pembelajaran) yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada mereka. Teknik ini sangat membantu proses pembelajaran terutama untuk lebih menghidupkan materi yang dianggap kering.

 

Untuk mengajarkan ketentuan infaq dan sedekah dengan teknik ini Anda dapat mengikuti cara-cara berikut:

1)      Buatlah beberapa pertanyaan yang dapat dijawab dengan mencari informasi dalam bahan-bahan sumber yang bisa diakses siswa. Bahan-bahan sumber ini bisa berbentuk: hands out, dokumen, buku teks, informasi dari internet, atau perangkat keras (mesin, komputer dan alat-alat lain).

2)      Atau, buatlah pertanyaan yang mendorong siswa untuk mendapat jawabannya dengan cara menyimpulkan sumber informasi yang tersedia.

3)      Bagikan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada siswa.

4)      Minta siswa menjawab pertanyaan, bisa individual atau kelompok kecil. Kompetisi antar kerlompok dapat diciptakan untuk meningkatkan partisipasi.

5)      Selain membaca jawaban pertanyaan, siswa bisa juga diberi tugas seperti pemecahan masalah atau tugas dimana siswa harus mencocokkan atau merangkai kata-kata yang menyimpulkan poin-poin penting dari sumber bacaan.

6)      Beri komentar atas jawaban yang diberikan siswa. Kembangkan jawaban untuk memperluas cakupan pembelajaran.

 

8.       Kritikus Video

Pembelajaran infaq dan sedekah dapat Anda lakukan dengan memutar film pendek atau potongan film tertentu yang menceritakan tentang hikmah dan keutamaan infaq dan sedekah. Anda dapat memilih film itu dari sumber-sumber yang dekat dengan Anda. Namun, dalam menayangkan film siswa tidak boleh dibiarkan pasif. Mintalah mereka untuk menganalisa cerita dalam film dengan tema-tema yang terkait dengan sedekah.

       Untuk menerapkan teknik ini dalam pembelajaran, Anda dapat mengikuti langkah-langkah di bawah ini:

1)      Siapkan video, dalam hal ini film tentang keutamaan sedekah, yang akan dipertunjukkan kepada siswa. Tidak harus keseluruhan film ditayangkan, karena hal itu akan menyita waktu. Tampilkan potongan film yang berkaitan dengan materi belajar sedekah saja.

2)      Katakan kepada siswa, sebelum menonton video, bahwa Anda ingin mereka mencatat apa yang ditayangkan. Minta mereka untuk melihat beberapa faktor yakni kegiatan sedekah dan manfaatnya. Misalnya:

-            kondisi tokoh yang mem beri sedekah dan yang diberi sedekah

-            apa yang disedekahkannya?

-            Apa hikmah sedekah yang dialami sang tokoh ?

-            bagaimana kesan siswa atas cerita dalam film?

3)      Putarlah videonya

4)      Laksanakan diskusi setelahnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya

 

9.          Membiasakan Infaq dan Sedekah

Mengajarkan ketentuan sedekah relatif lebih  mudah dibandingkan dengan membiasakan siswa untuk berinfaq dan bersedekah. Hal ini karena beberapa faktor:

 

-          Siswa tidak sepenuhnya berada dalam bimbingan Anda. Hanya di sekolah saja ia menjadi murid Anda, setelah jam sekolah habis, siswa kembali menjadi seorang anak dari orangtuanya.

-          Dibutuhkan keteladanan bukan hanya dari Anda melainkan dari semua pihak di sekolah maupun di rumah. Oleh karenanya membutuhkan kerjasama semua pihak.

Namun demikian, bukan berarti Anda tidak bisa melakukan apa-apa. Masih banyak kegiatan yang dapat dijadikan wahana bagi melatih kebiasaan bersedekah, misalnya:

1)     Untuk mendorong semangat siswa agar mau berinfaq dan bersedekah Anda dapat:

a.          menceritakan kisah-kisah yang menggugah,

b.         menyampaikan hadis-hadis atau ayat-ayat tentang keutamaan sedekah,

c.          memutarkan film-film tentang kedermawanan,

d.         mengajak siswa ke panti asuhan, panti jompo dan lokasi-lokasi lain yang menyentuh rasa kasihan.

2)     Untuk melatih berinfaq dan bersedekah Anda bisa bekerja sama dengan pihak sekolah dan orangtua untuk mengadakan

a.          iuran rutin satu mingguan atau satu bulanan. Iuran itu, Anda jelaskan, akan digunakan untuk perbaikan dan melengkapi sarana dan prasarana sekolah, atau untuk memberi santunan kepada orang-orang yang tidak mampu, membantu orang di rumah sakit dan lain-lain.

b.         sedekah insidental seperti bila ada salah satu teman siswa atau guru yang dirawat di rumah sakit, bila ada pengemis lewat ke halaman sekolah; dan

c.          tidak kalah pentingnya membiasakan berbagi makanan dengan teman sekelas. Kelas-kelas masa kini membolehkan siswa belajar sambil ngemil. Anjurkan kepada mereka untuk membawa makanan yang dapat dibagi, misalnya kacang, pop corn (brondong) dan lain-lain;

d.         lebih penting dari itu, Anda harus menjadi teladan. Sesekali Anda bawa cemilan ke kelas dan bagikanlah kepada siswa.

 

N.     Evaluasi Pembelajaran

Pada dasarnya penilaian terhadap pembelajaran dapat mengunakan tes lisan, tulisan dan ujian praktek. Tes lisan dan tulisan digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa memahami teori-teori zakat. Sedangkan ujian praktek dapat dilakukan dengan mengamati simulasi yang dilakukan siswa ketika mempraktekkan pembagian zakat fitrah.

Selain dari tes lisan, tulisan dan praktek, teknik pengajaran concept map juga dapat digunakan untuk melakukan evaluasi, khususnya untuk mengetahui kemampuan berpikir siswa dan kemampuan mengingat meteri pelajaran.

Untuk menguji kemampuan siswa dalam memahami ketentuan sedekah Anda dapat menggunakan tes lisan maupun tes tulis atau teknik-teknik pembelajaran tertentu yang dapat dipakai untuk menguji. Adapun untuk melakukan evaluasi terhadap praktek infaq dan sedekah, Anda dapat melakukan pengamatan, misalnya pada saat-saat sekolah meminta iuran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 10

PEMBELAJARAN PUASA

 

A.     Puasa

Puasa artinya menahan sesuatu. Seseorang yang berpuasa harus mampu mengendalikan diri tidak makan dan minum pada siang hari dan meninggalkan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa.

 

B.      Syarat Wajib Puasa

a.       Muslim.

b.       Berakal sehat.

c.       Balig.

d.       Kuat melaksanakannya.

 

C.     Syarat Sah Puasa

a.       Muslim.

b.       Balig.

c.       Suci dari hadats besar (haid dan nifas).

d.       Dilakukan pada waktu-waktu diperbolehkan puasa.

 

D.     Rukun Puasa

a.       Niat.

b.       Menahan diri dari melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan dan minum atau mengurangi pahala berpuasa seperti bergunjing dan sebagainya.

 

E.      Sunnah Puasa

a.       Menyegerakan berbuka.

b.       Berbuka dengan sesuatu yang manis seperti kurma.

c.       Berdoa sewaktu berbuka puasa.

d.       Makan sahur.

e.       Mengakhirkan sahur.

f.        Memberi makanan buka puasa kepada orang yang puasa.

g.       Memperbanyak sedekah.

h.       Membaca al-Qur’an.

 

F.      Batal Puasa

a.       Makan dan minum dengan sengaja.

b.       Muntah yang disengaja.

c.       Berhubungan suami-istri.

d.       Haid dan nifas.

e.       Murtad.

 

G.     Orang Yang Diperbolehkan Tidak Puasa

a.       Perempuan yang sedang hamil.

b.       Perempuan yang sedang menyusui.

c.       Orang tua yang sudah lemah.

d.       Orang yang sedang sakit.

e.       Orang yang sedang berpergian jauh.

 

H.     Hikmah Puasa

a.       Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.

b.       Bukti rasa syukur kepada Allah Swt.

c.       Menjaga kesehatan.

d.       Belajar menjaga kepercayaan dan berlaku jujur.

e.       Membiasakan hidup disiplin dan teratur.

f.        Pembelajaran menahan nafsu, selain menahan nafsu dan lapar.

g.       Memupuk kepedulian dan belas kasih terhadap kaum dhuafa.

 

I.        I’tikaf

I’tikaf adalah berdiam diri dalam masjid. Tujuan utamanya adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Selama melaksanakan i’tikaf, seseorang melakukan amalan seperti membaca al-Qur’an dan berzikir. Melaksanakan i’tikaf hukumnya sunnah dan biasa dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

 

J.       Rukun I’tikaf

a.       Niat.

b.       Berdiam diri dalam masjid.

c.       Memenuhi syarat i’tikaf (Muslim, berakal sehat, dan suci dari hadats besar)

 

K.     Yang Membatalkan I’tikaf

a.       Keluar masjid tanpa alasan.

b.       Melakukan hubungan suami-istri.

 

L.      Puasa Sunnah

a.       Puasa 6 Hari Pada Bulan Syawwal. Puasa ini dilakukan setelah Hari Raya Idul Fitri selama enam hari pada bulan Syawwal.  Boleh berturut-turut atau berselang.

b.       Puasa Hari Arafah. Puasa ini dianjurkan bagi orang yang tidak berhaji pada 9 Dzulhijjah.

c.       Puasa ‘Asyura. Tanggal 10 Muharram.

d.       Memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban.

e.       Puasa Senin Kamis.

f.        Puasa Daud. Berpuasa sehari dan berbuka sehari.

g.       Puasa 3 Hari Setiap Tengah Bulan.

 

M.   Amalan-Amalan di bulan Ramadhan

Puasa ramadhan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang baligh, berakal, sehat, muqim, dan tidak sedang haid atau nifas. Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diwajibkan puasa itu, adalah bulan penuh berkah. Oleh karenanya umat Islam dianjurkan menambah berbagai ibadah dan amal shaleh pada bulan dengan lebih sungguh dari pada bulan sebelumnya.

Di antara amalan ramadhan yang sangat di anjurkan adalah:

1)     Shalat tarawih

2)     Shalat witir

3)     Tadarus

4)     Shadaqah

5)     I'tikaf, khususnya di hari-hari terakhir ramadhan

 

N.     Pembelajaran Fiqih

Untuk dapat menyampaikan materi ketentuan puasa ramadhan dan hikmahnya dengan efektif Anda perlu menerapkan metode mengajar yang baik dan menyenangkan. Di antara metode-metode yang dapat Anda gunakan untuk pembelajaran puasa adalah:

 

1.    Metode Ceramah.

Metode ini paling banyak Anda kenal dan, mungkin juga, paling sering digunakan. Metode ini berguna untuk menyampaikan informasi atau gagasan Anda, tetapi tidak efektif untuk mengajarkan gerakan. Namun, karena materi puasa dan hikmah-hikmah lebih banyak bersifat teoritis maka metode ceramah cukup efektif sebagai metode pembelajaran. Agar lebih efektif, metode ceramah Anda harus ditingkatkan. Langkah-langkah yang dapat Anda gunakan untuk meningkatkan ceramah antara Iain:

1)     Buatlah ceramah Anda menjadi bermakna. Ini artinya informasi yang Anda sampaikan dapat memenuhi sebanyak mungkin harapan akan pengetahuan dari siswa Anda.

2)     Perhatikan prinsip keseluruhan dan parsial. Dalam ceramah Anda harus menentukan apakah materi yang dibahas itu harus disampaikan seluruhnya dalam satu waktu atau menyampaikannya secara bertahap sesuai dengan jam pelajaran dan kemampuan siswa Anda.

3)     Atur sistematika penyampaian dengan baik.

4)     Pengulangan dan simpulan. Di akhir ceramah Anda mengulang kembali materi yang disampaikan dengan ringkas sebagai kesimpulan dari seluruh ceramah Anda.

5)     Gunakan media sebagai alat bantu. Misalnya, Anda dapat menulis di papan tulis kesimpulan yang Anda buat. Ingat, sesuatu yang terlihat lebih sering diingat daripada sesuatu yang didengar. Contoh tulisan di papan tulis tentang hal-hal yang membatalkan puasa:

            Hal-hal yang membatalkan puasa:

a)        Makan dengan sengaja

b)        Minum dengan sengaja

c)         Muntah dengan sengaja

d)        Haid

e)         Nifas

f)          Istimna' (masturbasi)*

g)        Membatalkan niat puasa

h)        jima'(hubungan seksual)*.

Keterangan: * bila Anda merasa tidak perlu menyampaikan masalah ini (*), itu bisa ditunda sampai siswa cukup umur untuk memahaminya.

6)     Jangan terlalu lama. Kemampuan mendengar dari siswa Anda terbatas. Prof. Quraish Shihab hanya menggunakan waktu 10 menit untuk ceramah, sisa waktu yang tersedia digunakan untuk tanya jawab.

7)     Gunakan metode pembelajaran lain sebagai selingan dan sebagai alat untuk mengetahui efektifitas ceramah Anda.

 

2.    Metode Tanya Jawab

Metode ini bisa Anda padukan dengan metode ceramah. Metode ini merupakan teknik pembelajaran dengan mengunakan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuannya. Pertanyaan-pertanyaan dapat muncul dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru. Jawaban pun dapat muncul dari Anda atau dari siswa. Pertanyaan-pertanyaan itu harus merangsang siswa untuk kreatif dalam berpikir. Karena itu, bimbinglah siswa untuk menemukan jawaban pertanyaan dengan tepat. Hal ini bisa dilakukan, misalnya dengan menghubungkan pengetahuan dengan pengalaman siswa dalam kehidupan.

Untuk keperluan metode ini Anda harus menguasai materi pembelajaran secara penuh dan Anda sudah harus menyiapkan pertanyaan-pertanyaan sebelum masuk kelas.

Agar pertanyaan-pertanyaan Anda mencapai tujuan yang diharapkan, Anda perlu memperhatikan rambu-rambu cara bertanya yang baik. Menurut E. Mulyasa, rambu-rambu pertanyaan yang baik itu meliputi:

1)     Anda perlu memberi acuan pertanyaan kepada siswa. Bentuk pertanyaan ini diberikan dengan terlebih dulu Anda menyampaikan materi-materi yang akan ditanyakan. Jadi, pertanyaan Anda merupakan kelanjutan dari ceramah atau cerita yang telah Anda sampaikan sebelumnya.

2)     Pusatkan pertanyaan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebelum Anda mengajukan pertanyaan ingat kembali standar kompetensi dan kompetensi dasar dari pembelajaran, sehingga pertanyaan-pertanyaan Anda mengarah ke sana.

3)     Pertanyaan-pertanyaan yang Anda berikan harus dapat menuntun dan membimbing siswa ke arah jawaban yang benar.

4)     Anda harus melacak jawaban siswa. Hal ini dilakukan dengan mengulang kembali pertanyaan tersebut untuk mengetahui apakah jawaban, yakni jawaban yang benar, yang siswa berikan itu benar-benar berasal dari pengetahuannya atau hanya asal jawab.

 

3.    Teknik Talking Stick

Dalam menggunakan metode tanya jawab, agar pertanyaan dapat menyentuh semua siswa, Anda dapat memakai sebuah teknik yang disebut dengan istilah Talking Stick. Teknik ini sebenarnya hanya teknik bertanya biasa, namun agar menjadi menarik, Anda dapat menggunakan "tongkat ajaib" untuk memilih siswa yang harus menjawab. Jangan salah paham dulu. Tongkat ini bukan tongkat Nabi Musa atau tongkat tukang sihir. Tongkat ini tongkat biasa. Tetapi, Anda dapat mengatakan bahwa tongkat yang Anda pegang dapat memilih murid yang disukainya untuk menjawab pertanyaan. Sampaikan "keajaiban tongkat" itu dengan nada humor.

Teknik Talking Stick dapat digunakan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1)     Anda siapkan sebuah tongkat untuk dibawa mengajar.

2)     Anda sampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi puasa dari bahan ajar.

3)     Setelah mereka selesai membaca dan mempelajarinya materi puasa ramadhan, siswa diminta untuk menutup buku mereka.

4)     Anda ambil tongkat yang telah disiapkan dan berikan kepada salah seorang siswa.

5)     Berikan pertanyaan tentang puasa ramadhan kepada siswa yang sedang mendapat giliran memegang tongkat dan minta ia untuk menjawabnya.

6)     Berikan kembali pertanyaan, dan berikan tongkat kepada siswa lain. Siswa yang menerima tongkat harus menjawab pertanyaan Anda. Demikian seterusnya, sampai sebagian besar siswa mendapat pertanyaan dan kesempatan menjawab.

7)     Simpulkan materi yang telah disampaikan melalui pertanyaan-pertanyaan itu.

8)     Lakukan evaluasi

 

4.    Tumpukkan Kartu (Pertanyaan) di Atas Meja

Untuk mengaktifkan siswa dalam partisipasi pengajaran ketentuan puasa, siswa dapat diaktifkan bertanya melalui sebuah kartu yang disediakan. Teknik ini berguna untuk mengaktifkan seluruh kelas dalam pembelajaran. Seorang guru dapat menggunakan teknik ini untuk mengajarkan ketentuan puasa dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1)     Guru membagikan kartu kosong kepada para siswa yang duduk berlima amtau berenam per-meja (dalam satu kelompok).

2)     Mintalah setiap siswa menuliskan pertanyaan mengenai berbagai ketentuan puasa ramadhan dan hikmahnya pada kartu tersebut. Satu pertanyaan untuk setiap kartu.

3)     Mintalah salah seorang siswa dari kelompok tersebut berperan sebagai pembagi kartu.

4)     Selanjutnya, mintalah kepada siswa pembagi kartu untuk mengocok kartu dan membagikannya ke seluruh anggota kelompok secara tertelungkup (pertanyaannya tidak terlihat).

5)     Mintalah secara bergiliran pada setiap siswa untuk membaca salah satu pertanyaannya dari dalam kartu yang dipegangnya di depan anggota kelompok. Sediakan waktu sekitar 1-2 menit untuk menjawabnya bersama-sama.

6)     Pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab kelompok diletakkan dStengah meja dan ditanyakan kepada seluruh siswa di kelas pada akhir pertanyaan.

 

5.    Pertanyaan Musikal

Teknik lain yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam p embelajaran ketentuan puasa ramadhan dan hikmahnya adalah teknik pertanyaan m usikal. Guru dapat menggunakan teknik ini dengan mengikuti cara-cara sebagai berikut :

1)     Mintalah setiap siswa menulis pertanyaan mengenai ketentuan puasa ra madhan dan hikmahnya pada selembar kartu kosong.

2)     Mintalah kepada semua siswa untuk berdiri dan membentuk sebuah lingkaran.

3)     Sementara anda memainkan musik, mintalah mereka mengedarkan kartu pertanyaan ke sekeliling lingkaran. Mulai dengan memberikan kartu kepada orang di sebelah kanannya.

4)     Musik berhenti. Siswa yang memegang kartu membaca pertanyaan dan menjawabnya. Berilah mereka waktu sekitar 1-3 menit untuk merumuskan ja waban bagi pertanyaan yang ada di tangan mereka.

5)     Mereka dapat meminta siapa saja atau menggunakan apa saja di dalam ruangan untuk membantu menjawab.

6)     Kemudian, putar musik. Berhenti. Setiap orang yang memegang kartu saat musik berhenti, ia harus membaca pertanyaan dan memberi jawaban.

7)     Demikian seterusnya. Guru berperan sebagai pemberi saran atau koreksi

 

6.    Metode kisah.

Metode kisah ditekankan pada setiap materi disebabkan dua hal. Pertama, anak-anak menyukai dongeng, dan kedua, dongeng sangat efektif mempengaruhi afeksi anak didik. Oleh karenanya, Anda perlu menguasai cara-cara berkisah dan mengetahui berbagai kisah yang menggugah. Kisah-kisah ini digunakan dengan sepantasnya agar tidak memberi efek berlebihan. Untuk membahas hikmah puasa, metode kisah nampaknya sangat relevan untuk digunakan.

Berkaitan dengan materi puasa, kisah di bawah ini dapat Anda ambil sebagai contoh: (sebaiknya diceritakan secara interaktif).

"Anak-anak, apakah di rumah kalian sering ada kucing?" (Mungkin anak-anak menjawab: "Ya")

"Coba ingat-ingat! Mengapa kucing sering bolak-balik masuk rumah kita?" (Jawaban siswa mungkin beragam. Tunggulah sampai ada siswa yang menjawab, "karena ia mencari makanan").

Lalu tanyakanlah, "apa makanan kesukaan kucing?" (Mungkin jawabannya ikan atau yang lain).

Lanjutkan dengan pertanyaan, "Kalau kucing tahu ada ikan di rumah kita, apakah ia akan bolak-balik ke rumah kita terus walaupun sudah diusir berkali-kali".

Arahkan dengan hati-hati sampai mendapat jawaban "Ya". Lalu simpu Ikan, "Jadi, kalau di rumah kita ada makanan kesukaan kucing, kucing tidak mau jauh dari rumah kita. Ia akan terus bolak-balik mencari kesempatan mendapatkan ikan kita, kan?"

"Kalau di rumah kita tidak ada makanan kesukaan kucing, apakah kucing akan bolak-balik ke rumah kita?"

Manfaatkan jawaban "Tidak" dari siswa untuk membuat kesimpulan. "Nah, begitu juga dengan setan. Kalau di dalam tubuh kita terdapat banyak makanan setan, maka setan akan terus bolak-balik mendekati kita, walaupun telah berulang kali kita usirdia dengan istigfar dan shalat. Agar setan tidak bolak-balik saja mendekati dan menggoda kita, maka kita harus mengosongkan perut dari makanan-makanan setan, yaitu makanan dan minuman haram. Bahkan makanan halal pun bisa mengundang setan bila cara makan dan saat makannya tidak benar. Oleh karena itu, setahun sekali kita dilatih untuk mengusir setan dengan cara berpuasa. Itulah mengapa Nabi Muhammad Shallalldhu 'alaihi wa sallama mengatakan, bahwa setan dibelenggu oleh orang yang puasa. Maksudnya setan tidak bisa masuk ke tubuh dan menggoda kita kalau di tubuh kita tidak ada makanannya. Seperti kucing, ia tidak bolak-balik masuk rumah kita, kalau tidak ada makanan kesukaaannya.

 

7.       Lingkaran Pertanyaan Kentang Panas

Teknik ini merupakan pengembangan metode tanya jawab. Dalam prakteknya teknik ini mengharuskan siswa membentuk lingkaran dan melempar-lempar bola atau sejenisnya seolah-olah sebuah kentang yang panas bila dipegang. Guru dapat menggunakan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1)     Mintalah semua orang berdiri dan membentuk lingkaran.

2)     Suruh salah seorang untuk memulai permainan dengan bertanya yang disertai dengan melemparkan bola dalam lingkaran. Pertanyaan siswa harus diarahkan kepada tema amalan ramadhan dan menyangkut aspek pengetahuan teoritis, gerakan maupun bacaan tertentu.

3)     Orang yang menangkap bola yang dilemparkan tadi harus menjawab pertanyaan.

4)     Jika orang tersebut tidak menjawab pertanyaan dengan segera, ia harus cepat-cepat melemparkan bola itu layaknya sebutir kentang panas kepada orang lain dalam lingkaran.

5)     Bola terus beredar sampai ada yang bisa menjawab pertanyaan yang di ajukan.

6)     Orang yang dapat menjawab pertanyaan itu dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan baru; dan proses yang tadi di mulai lagi.

7)     Guru dan siswa lain membantu memperjelas pertanyaan dan jawabannya

8)     Untuk variasi: Selain menggunakan bola, anda dapat menggunakan kentang sungguhan. Untuk memancing pertanyaan, guru dapat memberi beberapa orang dalam lingkaran sebuah kartu berisi pertanyaan yang dapat di tanyakan jika giliran mereka tiba.

 

8.    Tukar Menukar Pertanyaan Antar Tim

Teknik belajar aktif ini merupakan pengembangan metode tanya jawab yang lebih menitikberatkan komunikasi antara siswa dengan siswa daripada siswa dengan guru. Teknik Menukar Pertanyaan antar Tim dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1)     Bagilah siswa menjadi dua tim atau kelompok.

2)     Mintalah setiap tim untuk menyusun 10-20 pertanyaan mengenai amalan puasa untuk diberikan kepada tim lain sebagai lawannya. Pertanyaan ini digunakan untuk menguji pemahaman siswa tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan.

3)     Selanjutnya, tim-tim tersebut bertukar pertanyaan, dan berlomba menyelesaikan soalnya.

4)     Tim pertama yang berhasil menjawab semua pertanyaan dengan benar mendapat sebungkus kuaci atau hadiah yang lain.

5)     Guru memberi umpan balik, mengevaluasi dan membuat kesimpulan.

 

9.    Lemparan Pertanyaan

Teknik pengajaran lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kompetensi di atas adalah teknik Lemparan Pertanyaan. Teknik ini mirip dengan teknik Menukar Pertanyaan di atas, hanya berbeda dalam cara memberikan pertanyaan, yakni dilemparkan dan satu persatu, tidak sekaligus, dan dibatasi waktu dalam menjawabnya. Oleh karenanya teknik ini dapat merupakan variasi dari teknik Menukar Pertanyaan.Teknik ini dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1)     Bagilah kelas menjadi dua tim.

2)     Mintalah setiap tim menyusun 10 atau 20 pertanyaan mengenai materi amalan puasa yang tengah dipelajari untuk dilemparkan kepada tim lawan.

3)     Kemudian, mintalah kedua tim itu berdiri dan saling melemparkan pertanyaan satu demi satu.

4)     Jika satu tim dapat menjawab pertanyaan dalam waktu yang telah ditentukan mereka mendapat nilai.

 

10. Tanya Sahabatmu

Teknik lain yang dapat Anda gunakan untuk pembelajaran amalan ramadhan adalah teknik Tanya Sahabat. Teknik ini dapat anda lakukan sebagai selingan dari metode ceramah atau penutup metode ceramah. Untuk melakukannya ikuti langkah berikut:

1)     Pada pertengahan atau akhir ceramah anda, kelompokkan siswa sehingga saling berpasangan.

2)     Mintalah masing-masing pasangan untuk saling mengajukan lima pertanyaan mengenai amalan-amalan ramadhan kepada pasangannya, baik pertanyaan yang sudah mereka ketahui maupun yang tidak.

3)     Jika kedua belah pihak tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, mereka menanyakan pertanyaan tersebut kepada seluruh kelompok pada akhir sesi pengajaran.

Selain teknik-teknik yang telah dipaparkan Anda dapat pula menggunakan metode kisah, targhib-tarhib untuk mendorong siswa agar mau melaksanakan amalan ramadhan. Atau bila tiba bulan ramadhan anda dapat mengajak siswa untuk berpuasa walaupun hanya setengah hari dan mengajak melaksanakan amal ramadhan lain yang mungkin.

 

11.   Evaluasi Pembelajaran

Sebelum melanjutkan materi ke materi evaluasi. Ada sebuah kisah menarik yang perlu Anda renungkan.

Ini cerita tentang cara evaluasi ibadah yang dilakukan oleh seorang guru. Suatu ketika seorang guru ingin mengecek kebiasaan ibadah siswa di rumahnya. Kemudian ia meminta siswa untuk mengumpulkan photo-photo diri, keluarga atau tetangganya yang sedang wudhu, shalat, puasa, zakat dan haji. Dalam satu semester terkumpullah photo-photo ibadah versi siswa. Ada yang mengumpulkan photo dirinya sedang wudhu, ada yang sedang shalat, ada yang sedang memberikan zakat ke sebuah panitia zakat fitrah, ada pula photo kakeknya waktu naik haji.

Setelah berkali-kali periksa photo-photo itu, sang guru agak heran dengan sebuah photo koleksi siswanya. Photo itu menggambarkan, siswa sedang duduk-duduk di atas besi jembatan dekat sekolah. Karena penasaran, sang guru memanggil siswa tersebut. Terjadilah tanya jawab:

"Nak, coba ingat-ingat, tugas apa yang harus dikumpulkan?"

"Saya ingat, Pak."

"Coba sebutkan, apa yang Bapak suruh kumpulkan?"

"Photo orang sedang ibadah, Pak."Jawab siswa dengan yakin.

"Nah, sekarang Bapak mau nanya, tugasnya sudah dikerjakan, belum?"

 "Sudah, Pak," jawab siswa sedikit heran.

"Coba tunjukkan kepada Bapak, yang mana hasil kerjamu," pinta sang guru sambil menyodorkan beberapa photo.

Setelah melihat-lihat, siswa itu mengambil salah satu photo yang ada gambar dirinya sedang duduk di atas besi jembatan. "Nah, yang ini, Pak?"

"Lho, itu kan photomu sedang duduk? Mana photo kamu sedang menunaikan ibadahnya?"

"Ini juga photo ibadah kok, Pak"

"Ibadah apa, Nak?" Tanya sang guru dengan sabar.

"Puasa. Waktu dipotret, saya sedang ibadah puasa. Photo itu menggambarkan saya sedang ngabuburit di bulan puasa.".

Sang guru bingung. Garuk-garuk kepala padahal tidak gatal. Siapa yang salah.ya?

 

Apa yang dapat Anda simpulkan dari cerita itu? Baiklah, Anda bisa menyimpulkan apa saja atas cerita itu. Adapun maksud ditampiikannya cerita ini adalah untuk menunjukkan bahwa pemilihan metode evaluasi yang salah hanya akan membuat kita repot. Evaluasi mestinya mengikuti jenis dan karakter materi yang di ajarkan. Evaluasi ingatan dan pemahaman mempunyai metode sendiri dan berbeda evaluasi tindakan. Evaluasi puasa tidak seperti mengevaluasi wudhu dan shalat. Tidak seperti wudhu dan shalat yang terdiri dari teori dan tindakan, yang dapat kita evaluasi dari materi puasa hanyalah ingatan dan pemahaman. Puasa seseorang tidak bisa dinilai oleh kita. ia merupakan rahasia antara hamba dan penciptanya. Oleh karenanya metode praktek atau photo tidak bisa diterapkan untuknya.

Untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam memahami berbagai ketentuan dan hikmah puasa dapat dilakukan dengan mengadakan tes, baik secara lisan maupun tertulis, baik menggunakan soal uraian ataupun soal objektif. Anda juga dapat menggunakan teknik empty outline atau memory matrix untuk mengevaluasi pengetahuan siswa sebagaimana telah dibahas dalam modul sebelumnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 11

PEMBELAJARAN HAJI

 

A.     Haji

Haji secara harfiah artinya menyengaja sesuatu. Pengertian haji menurut hukum syari’at adalah menyengaja ke Baitullah dengan cara-cara yang telah ditentukan Allah Swt dan Rasul-Nya. Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima. Ibadah haji wajib bagi orang yang menjalankannya. Kewajiban menunaikan ibadah haji hanya sekali seumur hidup. Haji kedua, ketiga, dan seterusnya berhukum sunnah. Haji diwajibkan kepada Rasulullah Saw pada tahun keenam hijriah, setelah umat Islam berkembang di Madinah.

 

B.      Syarat Haji

1.    Muslim

2.    Baligh

3.    Berakal sehat

4.    Mampu mengerjakannya, yaitu:

a.       Sehat jasmani dan rohani.

b.       Mempunyai biaya dan cukup bekal dalam perjalanan.

c.       Memahami ilmu tata cara mengerjakan haji.

d.       Terdapat kendaraan yang diperlukan.

e.       Aman dalam perjalanan.

f.        Bagi perempuan, ada mahram yang mendampingi.

 

C.     Rukun Haji

1.    Niat (Ihram).

2.    Wukuf di Arafah mulai dzuhur tanggal 9 Dzulhijjah sampai dengan terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah.

3.    Thawaf di Ka’bah sebanyak tujuh putaran.

4.    Sa’i antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali

5.    mencukur rambut (Tahallul)

6.    Tertib

 

D.     Wajib Haji

1.    Niat dari miqat

2.    Mabit di Muzdalifah

3.    Mabit di Mina

4.    Melempar tiga jumroh yaitu Jumroh Ula, Wusta dan Aqabah pada tanggal 10 sampai 13 Dzulhijjah

5.    Menghindari dari perbuatan yang terlarang dalam keadaan ihrom

6.    Tawaf Wada bagi yang akan meninggalkan makkah

 

E.      Sunnah Haji

1.    Mandi ketika hendak berniat (Ihram), wukuf, dan melontar jumrah.

2.    Memakai kain putih.

3.    Talbiyah.

4.    Berdoa setelah membaca talbiyah.

5.    Berzikir dan berdoa di Masjidil Haram.

6.    Tahwaf Qudum.

7.    Shalat dua Raka’at setelah thawaf di belakang maqam Ibrahim

8.    Ziarah ke makam Rasulullah Saw setelah atau sebelum melaksanakan ibadah haji.

 

F.      Larangan Haji

1.          Bagi Pria

a.       Memakai pakaian yang dijahit.

b.       Memakai sepatu yg menutupi mata kaki.

c.       Menutup kepala yang melekat seperti peci dan topi. Kalau tidak melekat boleh seperti payung dan tenda.

2.       Bagi Wanita

a.       Berkaus tangan.

b.       Menutup muka seperti memakai cadar, dan bagian badan yang lain wajib di tutup.

3.       Bagi Pria dan Wanita

a.       Memakai wewangian kecualimemakainya sebelum niat.

b.       Memotong kuku

c.       Mencukur atau mencabut bulu badan.

d.       Memburu atau membunuh binatang dengan cara apapun

e.       Kawin, mengawinkan atau meminang wanita.

f.        Bercumbu atau berhubungan suami istri.

g.       Mencaci, bertengkar atau mengucapkan kata-kata kotor

h.       Memotong pepohonan

4.       Larangan yang dimaafkan jika lupa atau tidak tahu

a.       Memakai wewangian

b.       Berhubungan suami istri.

c.       Memakai pakaian berjahit

d.       Menutup wajah dan tangan bagi wanita dan menutup kepala bagi laki laki

5.       Larangan yang tidak dimaafkan sama sekali

a.       Menanggalkan rambut

b.       Memotong kuku

c.       Membunuh binatang

d.       Memotong, mencabut pepohonan

 

G.     Umroh

Umroh ialah ibadah yang dikerjakan di Makkah sebagaimana haji dengan beberapa perbedaan. Hukum ialah fardhu ‘ain bagi setiap muslim yang mampu sekali seumur hidup.Waktu mengerjakan umrah sepanjang tahun.

 

H.     Rukun Umroh

1.    Ihram disertai niat

2.    Thawaf

3.    Sa’i

4.    Mencukur rambut

5.    Tertib

 

I.        Wajib Umroh

1.    Ihrom dari miqot

2.    Menjauhkan diri dari larangan ihram.

 

J.       Miqot Umroh

Miqot zamani umrah adalah sepanjang tahun, sedangkan untuk miqat makani, seperti haji, kecuali bagi orang yang bermaksud umrah dari Makkah, ia hendaknya keluar dari Tanah Haram ke Tanah Halal.

 

K.     Larangan Umroh

Larangan umroh sama dengan larangan haji.

 

L.      Pembelajaran Fiqih

Materi Fiqh tentang ibadah haji, seperti terlihat dalam ketentuan haji di atas, terdiri dari hal-hal yang bersifat informatif (pengetahuan), bacaan dan gerakan. Oleh karena itu, dalam memilih metode atau teknik pengajaran harus memperhatikan aspek tersebut selain melihat aspek siswa dan kondisi. Untuk pengajaran materi ibadah haji yang bersifat pengetahuan dapat dilakukan dengan cara ceramah, tanya jawab, diskusi dan teknik-teknik lain yang relevan. Sedangkan untuk mengajarkan bacaan dapat dilakukan dengan cara hapalan dan pengulangan. Untuk aspek gerakan dapat diajarkan dengan demontrasi dan simulasi.

Metode-metode yang disebutkan di atas dapat ditingkatkan efektifitasnya dengan menjalankan teknik-teknik pengajaran tertentu. Di bawah ini beberapa teknik yang dapat Anda pertimbangkan untuk digunakan dalam pembelajaran ibadah haji.

 

1.      Everyone is a Teacher Here (Setiap Siswa Bisa Menjadi Guru di Sini)

Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak seolah-olah dirinya seorang guru Fiqh. Mereka diberi tanggung jawab secara individual untuk mengembangkan pembelajaran dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan teman-temannya. Dengan teknik seperti ini partisipasi seluruh kelas dalam pembelajaran dapat diraih, dan guru bertindak sebagai fasilitator saja.

 

Dalam mengajarkan materi ibadah haji kepada siswa dengan teknik ini, guru dapat menerapkannya dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:

1)     Bagikan kartu indeks kepada setiap siswa.

2)     Mintalah siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi belajar yang tengah dipelajari di kelas (misalnya: bacaan) atau topik khusus yang ingin mereka diskusikan di kelas.

3)     Kumpulkan kembali kartu yang telah ditulis pertanyaan di dalamnya.

4)     Kocoklah dan bagikan kepada siswa. Satu siswa mendapat satu kartu.

5)     mintalah siswa untuk membaca dalam hati pertanyaan atau topik pada kartu yang mereka terima dan memikirkan jawabannya.

6)     Setelah beberapa saat tunjuklah beberapa siswa untuk membacakan pertanyaan dari kartu yang mereka dapatkan dan memberikan jawabannya.

7)     Setelah satu siswa memberikan jawaban, mintalah siswa lain untuk memberi tambahan atas apa yang dikemukakan oleh siswa yang membacakan kartunya.

8)     Lanjutkan prosedur ini, bila waktunya memungkinkan

 

Selain delapan langkah di atas, teknik ini dapat dilakukan juga dengan memberikan variasi atas langkah-langkahnya, misalnya:

1)     Peganglah kartu-kartu yang telah Anda kumpulkan. Buatlah sebuah panel atau kelompok kecil responden, yang akan diberi tugas untukmenjawab soal. Baca tiap kartu dan perintahkan untuk didiskusikan. Gilirlah anggota panel sesering mungkin.

2)     Mintalah siswa untuk menuliskan pendapat atau hasil pengamatan mereka tentang materi pelajaran pada kartu. Mintalah siswa lain mengungkapkan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pendapat atau pengamatan tersebut.

 

2.      Examples Non Examples

Teknik ini menggunakan media visual untuk memberi pemahaman kepada siswa tentang manasik haji. Teknik ini mengajak siswa untuk menemukan pengetahuan melalui diskusi kelompok yang dengan demikian pembelajaran akan dinamis dan aktif. Untuk menjalankannya Anda dapat mengikuti prosedur di bawah ini:

1)     Guru mempersiapkan gambar-gambar manasik haji sesuai dengan tujuan pembelajaran, yakni mengenalkan gerakan ibadah haji.

2)     Guru menempelkan gambar-gambar tersebut di papan atau ditayangkan melalui LCD.

3)     Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar-gambar tersebut.

4)     Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Hal ini bisa berupa urutan gambar sesuai dengan ketentuan haji atau nama-nama gerakan haji yang ditampilkan dan memberi penjelasan waktu dan tempatnya.

5)     Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

6)     Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang hendak dicapai.

7)     Guru membuat kesimpulan

 

 

3.      Poster

Teknik poster menggunakan poster dalam proses belajarnya. Teknik ini merupakan teknik presentasi yang berguna untuk memberi informasi secara cepat. Dalam teknik ini diharapkan terjadi pertukaran gagasan di antara siswa. Siswa dapat mengungkapkan persepsi dan mengekspresikan perasaannya tentang ibadah haji.

Teknik ini dapat dilaksanakan dengan mengikuti berbagai prosedur di bawah ini:

1)     Mintalah setiap siswa untuk memilih sebuah topik yang berkaitan dengan materi ibadah haji yang sedang diajarkan. Misalnya tentang:

-            Ihram

-            Wukuf di 'Arafah

-            Thawaf diKa'bah

-            Sa t antara Shafa dan Marwah

-            Melempar jumrah 3 kali

-            Mencukur kepala

-            Dan lain-lain

2)     Mintalah siswa untuk memajang konsep mereka pada papan poster atau papan buletin. (Anda yang menetapkan ukurannya agar karya siswa serupa). Tampilan poster dengan sendirinya harus menggambarkan isi; yaitu begitu orang melihatnya dengan mudah ia bisa memahami gagasannya tanpa perlu penjelasan lebih lanjut, baik lisan maupun tertulis. Namun demikian, sisws Dun bolcu msn yiapkan satu halaman penjelasan yang berisi uraian yang lebih rinci dan sekaligus sebagai materi rujukan lebih lanjut.

3)     Selama berlangsungnya pelajaran, mintalah siswa untuk menempelkan sajian materi visual mereka di tempat tersedia. Anda bisa berkeliling mengitari ruangan untuk mengamati dan mendiskusikan poster masing-masing.

4)     Lima belas menit sebelum berakhirnya pelajaran, mintalah seluruh siswa untuk kembali ke posisi semula dan mendiskusikan apa yang menurut mereka berharga pada kegiatan tersebut.

5)     Sebagi variasi dari kerja individual, Anda dapat memilih untuk membentuk kelompok beranggotakan 2 atau 3 orang, terutama jika topik pelajarannya memiliki ligkup yang terbatas.

6)     Sebagai variasi, tindaklanjuti sesi poster dengan diskusi panel, dengan menggunakan beberapa siswa yang memajang posternya sebagai panelis.

 

4.      Explicit Intruction (Perintah yang Jelas)

Teknik Explicit Intruction dirancang secara khusus untuk mengembangkan cara belajar siswa mengenai pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan cara selangkah demi selangkah, setahap demi setahap. Teknik ini dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan tertentu, termasuk di dalamnya keterampilan melaksanakan manasik haji. Untuk pembelajaran manasik teknik ini dapat digunakan dengan melalui cara-cara berikut ini:

1)     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk melakukan/mendemontrasikan manasik haji.

2)     Guru mendemontrasikan gerakan ibadah haji sesuai dengan urutan manasik yang benar.

3)     Setelah selesai mendemontrasikan, guru membimbing pelatihan manasik kepada siswa per kelompok.

4)     Kemudian, guru melakukan pengecekan atas kemampuan siswa dan memberikan umpan balik atas pelatihan manasik siswa tersebut.

5)     Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan lebih lanjut.

 

5.      Modeling The Way

Dengan metode ini guru memperagakan manasik haji sesuai dengan urntannya yang benar. Untuk metode demontrasi, di antaranya Anda dapat menggunakan teknik silent demonstration yang telah dibahas di modul bersuci pada kegiatan belajar pembelajaran wudhu, atau Anda dapat menggunakan teknik Modeling The Way. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperagakan gerakan-gerakan shalat yang telah dipelajari sebelumnya, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1)     Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai

2)     Guru menyajikan gambaran sekilas materi manasik haji yang akan disampaikan.

3)     Menyiapkan bahan atau alat jika diperlukan

4)     Menunjuk salah seorang siswa atau sekelompok kecil siswa untuk mendemontrasikan manasik haji sesuai contoh dari Nabi Muhammad Saw.

5)     Seluruh siswa diminta untuk memperhatikan demontrasi temannya

6)     Tiap siswa diminta mengemukakan pemahamannya atas gerakan-gerakan yang dicontohkan.

7)     Guru memberi ulasan dan kesimpulan.

 

6.      Kritikus Video

Pembelajaran haji dapat disampaikan melalui pemutaran video dokumenter haji. Namun, seringkali menonton tayangan video edukatif merupakan kegiatan pasif. Siswa duduk di kursi sembari menunggu tayangan diputar. Oleh karena itu, teknik ini dirancang untuk memnuat siswa tetap aktif dan terlibat dalam menonton tayangan video.

Anda dapat menggunakan teknik ini dalam pengajaran manasik haji dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1)     Siapkan video, dalam hal ini film manasik haji, yang akan dipertunjukkan kepada siswa.

2)     Katakan kepada siswa, sebelum menonton video, bahwa Anda ingin mereka mencatat apa yang ditayangkan. Minta mereka untuk melihat film manasik haji lalu mengidentifikasi beberapa gerakan, waktu pelaksanaan dan tempat pelaksanaannya, kemudian mencatatnya dalam tabel berikut. Pekerjaan ini dapat diskusikan secara individual atau kelompok kecil.

No

Urutan Manasik

Waktu

Tempat

1

 

 

 

2

 

 

 

3

 

 

 

4

 

 

 

5

 

 

 

6

 

 

 

7

 

 

 

                       

3)     Putarlah videonya

4)     Laksanakan diskusi setelahnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan di atas.

 

7.      Simulasi

Guru dapat melakukan metode simulasi bagi pelajaran ibadah haji. Untuk memudahkan simulasi manasik haji guru dapat meminjam tempat di wisma haji yang biasanya mempunyai lapangan dan miniatur ka'bah. Kalau tidak guru dapat menggunakan halaman sekolah untuk digunakan simulasi. Namun sebelumnya guru harus mempersiapkan dan merancang setting untuk simulasi manasik haji.

Untuk melakukan teknik ini dalam pengajaran ibadah haji Anda dapat melakukannya dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1)          Guru menyusun skenario yang akan ditampilkan

2)          Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM

3)          Guru membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 5 orang

4)          Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai

5)          Memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan

6)          Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sudah dipersiapkan

7)          Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberi lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok

8)          Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

9)          Guru memberikan kesimpulan secara umum

10)      Evaluasi

 

8.       Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi terhadap pembelajaran dapat menggunakan tes lisan dan tulisan serta praktek. Tes lisan dan tulisan digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atas materi manasik haji yang bersifat teoritis. Dalam tes tulis, guru dapat menggunakan bentuk soal uraian ataupun objektif. Adapun metode praktek digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mendemontrasikan manasik. Untuk keperluan ujian praktek guru harus mempersiapkan aspek-aspek yang akan diamati dari demontrasi siswa. Untuk menghemat waktu ujian praktek dapat dilakukan secara berkelompok.

 

 

 

 

 

 

BAB 12

PEMBELAJARAN QURBAN

 

A.     Qurban

Qurban berasal dari kara qarraba, artinya mendekatkan. Menurut hukum syariat, kurban adalah menyembelih binatang ternak dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ibadah kurban telah disyariatkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS ketika beliau diperintahkan oleh Allah Swt untuk menyembelih putranya. Perintah tersebut adalah ujian bagi keimanan Nabi Ibrahim AS, ketika Ismail hendak disembelih (dikurbankan), Allah Swt menggantinya dengan seekor biri-biri.

 

B.      Binatang Qurban

1.       Gemuk dan sehat.

2.       Tidak cacat seperti pincang dan potong telinyanya.

3.       Tidak sedang hamil.

 

C.     Jenis dan Persyaratan Hewan Qurban

1.       Kambing, umur 2 tahun ke atas berlaku untuk 1 orang.

2.       Biri-biri, umur 1 tahun ke atas berlaku untuk 1 orang.

3.       Sapi/ Kerbau, umur 2 tahun ke atas berlaku untuk 7 orang.

4.       Unta, umur 5 tahun ke atas berlaku 7 orang.

 

D.     Waktu Penyembelihan

            Waktu penyembelihan satu tahun satu kali, yaitu pada Hari Raya Kurban ditambah dengan Hari Tasyriq, yaitu 11, 12, dan 13Dzulhijjah. Penyembelihan dilaksanakan setelah shalat ‘Id al-Adha. Caranya sama dengan menyembelih hewan biasa, ditambah dengan mengucapkan takbir.

 

E.      Mustahik Qurban

1.       Mustahik Qurban adalah orang yang berhak menerima daging Qurban.

2.       Mustahik Qurban berbeda dengan mustahik zakat fitrah.

3.       Orang yang berqurban boleh mengambil sebagian kecil (1/3 bagian), sisanya dibagikan kepada fakir miskin.

4.       Daging qurban tidak boleh dijual, semuanya harus dibagikan kepada mustahik dalam keadaan mentah.

 

F.      Aqiqah

Aqiqah adalah menyembelih kambing atau biri-biri pada hari ketujuh kelahiran anak. Tujuannya adalah bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah Swt berupa kepercayaan dengan mengaruniakan anak. Hukum Aqiqah adalah sunnah.

 

G.     Jumlah Hewan Aqiqah

Untuk anak laki-laki disunnahkan menyembelih dua ekor biri-biri atau kambing, sedangkan anak perempuan hanya seekor.

 

H.     Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Waktu pelaksanaan aqiqah adalah hari ketujuh setelah bayi lahir. Sebagian ulama berpendapat, jika belum bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, boleh pada hari keempat belas atau hari kedua puluh satu.

 

I.        Hal-hal Yang disunnahkan Sewaktu Aqiqah

1.       Membaca basmalah dan takbir.

2.       Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw.

3.       Berdo’a.

 

J.       Pembagian Daging Aqiqah

Pembagian daging aqiqah berbeda dengan daging qurban. Daging aqiqah boleh diberikan dalam bentuk mentah maupun makanan yang siap santap.

 

K.     Pembelajaran Fiqih

Di bawah ini akan dikemukakan berbagai metode atau teknik pengajaratn yang dapat Anda pertimbangan untuk digunakan dalam pembelajaran.

 

1.      Learning Cell

Learning Cell adalah teknik belajar secara berpasangan. Satu siswa berrtugas untuk bertanya dan satu lagi bertugas menjawab pertanyaan. Lalu mereka bertukar peran, yang tadinya bertanya sekarang bertugas menjawab dan yang tadinya menjawab bertugas bertanya.

Guru dapat menggunakan teknik learning cell dalam pembelajaran qurban dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1)     Berilah setiap siswa bahan bacaan yang berhubungan dengan materi czqurban untuk dipelajari.

2)     Mintalah setiap siswa untuk menyiapkan atau menulis beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan masalah pokok yang muncul dari bacaan dan materi tersebut.

3)     Tunjuklah siswa-siswa secara acak untuk berpasangan dengan sssalah seorang temannya.

4)     Dalam pasangan lakukan tanya jawab. Siswa pertama (A) memulai kegiatan dengan mengajukan pertanyaan pertamanya. Siswa kedua (B) berusaha menjawab pertanyaan itu.

5)     Setelah mendapatkan jawaban dan mungkin telah dilakukan koreksi atau diberi tambahan informasi, siswa B mengajukan pertanyaan peranannya kepada A.

6)     Demikian terus lakukan untuk pertanyaan kedua, ketiga dan seterusnya dari kedua siswa.

7)     Selama berlangsung tanya jawab antar siswa, guru berkeliling dari satu pasangan ke pasangan lain sambil memberi saran, bertanya dan menjawab pertanyaan.

8)     Setelah selesai berikan kesimpulan. Atau ajak seluruh siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

 

2.      Inquiring Minds Want to Know ( Melihat Pengetahuan Siswa)

Biasanya siswa cenderung diam ketika diajak untuk membahas materi-materi yang belum terpecahkan pada pertemuan sebelumnya, walaupun telah diminta untuk menjawabnya secara bersama-sama satu kelas. Agar siswa aktif menjawab atau membahas materi-materi itu Anda perlu menggunakan teknik yang tepat. Teknik Inquiring Minds Want to Know adalah satu teknik yang dapat Anda gunakan untuk keperluan tersebut. Teknik ini bersifat sederhana, namun dapat me mbangkitkan keingintahuan siswa dengan meminta mereka untuk membuat perkiraan-perkiraan tentang suatu topik atau suatu pertanyaan.

Untuk menggunakan teknik ini dalam pembelajaran qurban Anda dapat mengambil langkah-langkah berikut ini sebagai panduan.

1)     Buat pertanyaan tentang materi pelajaran qurban yang dapat membangkitkan minat siswa untuk mengetahui lebih lanjut atau mau mendiskusikannya dengan teman. Pertanyaan tersebut harus dibuat yang sekiranya hanya diketahui oleh sebagian kecil siswa. Misalnya adalah:

a.         Coba perkirakan apa yang dimaksud dengan qurban dan apa bedanya dengan aqiqah?

b.         Kira-kira menurutmu bolehkah berqurban dengan beberapa ekor ayam?

c.          Menurut perkiraanmu bolehkah berqurban untuk delapan orang dengan seekor sapi?

d.         Menurut dugaanmu bolehkah yang berkurban ikut makan daging kurban yang disembelihnya?

e.          Dan lain-lain

2)     Anjurkan siswa untuk menjawab apa saja sesuai dengan dugaan mereka. Gunakan kata-kata; coba perkirakan..., apa kira-kira..., bagaimana dugaanmu tentang ....; dan lain-lain.

3)     Jangan memberi jawaban secara langsung. Tampung semua dugaan siswa. Biarkan siswa bertanya-tanya tentang jawaban yang benar.

4)     Gunakan pertanyaan tersebut sebagai jembatan untuk mengajarkan apa yang akan Anda ajarkan kepada siswa. Jangan lupa beri jawaban yang benar di tengah-tengah penyampaian materi pelajaran.

 

3.      Keep on Learning (Belajar Terus)

Teknik ini dapat digunakan untuk penugasan belajar di luar kelas. Namun, tugas tersebut tidak diperintahkan oleh guru, melainkan ditentukan sendiri oleh siswa.

Dalam pengajaran materi qurban Anda dapat menggunakan teknik ini dengan menerapkan langkah-langkah berikut:

1)     Beri penjelasan kepada siswa bahwa Anda mengharapkan agar mereka tidak berhenti belajar hanya karena jam pelajaran telah usai.

2)     Sampaikan bahwa sebetulnya ada banyak cara untuk tetap belajar secara mandiri.

3)     Nyatakan bahwa salah satu cara untuk menemukan cara tersebut adalah dengan brainstorming (curah gagasan).

4)     Bentuk beberapa kelompok kecil. Minta masing-masing kelompok untuk mencari cara-cara yang dapat dipakai untuk belajar di luar kelas. Di bawah ini ada beberapa contoh cara belajar di luar kelas;

a.     mencari artikel-artikel yang berkaitan dengan materi qurban, baik dari koran, majalah, jurnal, dan lain-lain.

b.    membuat daftar bacaan yang perlu dicari di perpustakaan atau yang lain.

c.     membaca ulang catatan-catatan pelajaran secara bersama-sama.

d.    mengajarkan apa yang telah diketahui kepada orang lain

e.     mempelajari hal-hal tertentu dengan bertanya kepada ahlinya.

 

5)     Kembalikan siswa ke tempat duduk semula dan minta masing-masing kelompok untuk menyampaikan apa yang telah mereka pilih di kelompok.

6)     Minta siswa untuk menentukan pilihan dari masukan-masukan yang ada.

7)     Minta siswa untuk melakukan/mengerjakan pilihannya dan melaporkannya nanti pada pertemuan berikutnya.

 

4.    Benar atau Salah

Teknik ini dapat meningkatkan pembentukan tim, pertukaran antar pendapat, dan pembelajaran secara langsung. Teknik kerjasama ini juga dapat segera memancing dan mendorong keterlibatan siswa terhadap pengajaran yang Anda lakukan.

Dalam pengajaran materi qurban Anda dapat menggunakan teknik ini dengan menerapkan langkah-langkah berikut:

1)     Susunlah sebuah daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran Anda, yang setengahnya benar, yang setengahnya salah. Sebagai contoh, pernyataan "unta adalah hewan yang dapat dikurbankan kepada Allah untuk maksimal tujuh orang" adalah benar, dan pernyataan, "Boleh berkurban dengan kambing pincang" adalah salah.

2)     Tulislah setiap pernyataan pada kartu indeks yang berbeda atau terpisah.

3)     Pastikan jumlah kartu yang akan dibagikan sesuai dengan jumlah siswa yang hadir. Jika jumlah siswa yang hadir ganjil, pilihlah satu kartu untuk Anda sendiri).

4)     Rekrutlah beberapa siswa sebagai pengamat. Mintalah mereka agar memberikan umpan balik tentang kualitas kerja tim yang berlangsung.

5)     Bagikan kartu itu. Berikan satu kartu untuk satu orang siswa.

6)     Katakan kepada siswa bahwa misi mereka adalah menentukan kartu mana yang benar (berisi pernyataan benar) dan mana yang salah.

7)     Jelaskan bahwa mereka bebas memilih cara apapun yang mereka inginkan dalam menyelesaikan tugas ini.

8)     Bila para siswa sudah selesai, perintahkan agar setiap kartu dibaca dan mintakan pendapat siswa tentang benar atau salahkah pernyataan tersebut.

9)     Beri kesempatan munculnya pendapat minoritas dan hargailah!

10) Berikan umpan balik tentang masing-masing kartu, dan catat cara-cara siswa dalam bekerja sama menyelesaikan tugas ini.

11) Tunjukkan bahwa dalam pelajaran ini diperlukan keterampilan tim yang positif karena hal ini menunjukkan kegiatan belajar yang sifatnya aktif.

 

5.    Mempraktekkan Qurban

Untuk memberi kesempatan kepada siswa agar belajar mempraktekkan menyembelih qurban dapat dilakukan dengan simulasi. Namun sebelumnya didemontrasikan kepada mereka cara-cara menyembelih. Untuk mendemontrasikan anda dapat menggunakan teknik silent demontration atau explicit intruction yang telah dipelajari sebelumnya. Anda juga dapat mengajak siswa untuk menyaksikan penyembelihan qurban di sekolah pada hari raya Idul Adha. Anda juga dapat menugaskan siswa untuk menyaksikan penyembelihan qurban di kampungnya dan melaporkan hasil pengamatan itu kepada Anda.

 

L.      Evaluasi Pembelajaran

Pada dasarnya evaluasi atas kemampuan siswa dalam memahami ketentuan qurban dan cara-cara menyembelih hewan qurban dapat dilakukan dengan tes, baik secara lisan maupun tulisan. Adapun untuk menguji kemampuan siswa dalam menyembelih qurban dapat dilakukan dengan ujian praktek-simulatif. Untuk kepentingan ujian praktek Anda harus menyiapkan aspek-aspek yang diamati. Di antara yang harus diamati dari ujian praktek adalah:

-          Apakah praktekan memastikan ketajaman pisaunya atau mengasah golok/pisaunya sebelum menyembelih?

-          Apakah praktekan membaca bismillahi allahu akbar allahumma taqabbal minni saat menyembelih ?

-          Apakah praktekan menyembelih dengan cara yang baik (ihsan)?

-          Apakah praktekan memastikan telah putusnya urat leher hewan qurban sebelum mengangkat pisau?

-          dan lain-lain

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dewi Mulyani, Buku Pintar untuk Muslimah, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2012, cet. ke-1

Direktorat Pendidikan Madrasah, Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)  Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2007.

Habsyi, Muhammad Bagir al-, Fiqh Praktis Menurut al-Qur'an, As-Sunnah dan Pendapat Ulama, Bandung: Mizan, 2005.

HishnT, Taqiyu-d-Din Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini al-, Kifayatu-i-akhyar fi Hilli Ghayati-l-Ikhtishar, Indonesia: Dar Ihya’u-I-Kutubi-1-Islamiyyah, tanpa tahun.

Lie, Anita, Cooperative Learning:  Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: Gramedia, 2008.

Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementrian Agama, 2012

Mohammad Hamim. Fiqih Sistematis, Lirboyo: Zamzam, 2018, cet. ke-1

Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.

Qaradhawi, Yusuf al-, Al-Halal wa-l-Haram fi-I-lslam, Kairo: Maktabah Wahbah, 2007.

Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru, 2019, cet. ke-87

Silberman, Melvin L, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Active, Bandung: Nuansa, 2006

Tafsir, Ahmad, Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam, Bandung, Maestro, 2008.

Yamin, Martinis, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.

Zaini, Hisyam, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD, 2002.

 

 

 

 

 

 

 

        RIWAYAT HIDUP

 

Dr. H. Taufik Abdillah Syukur, MA lahir di Jakarta, 28 Maret 1978 dari ayah Dr. KH. Manarul Hidayat, M.Pd dan ibu Dra. Hj. Mahyanah, MH.  Menempuh pendidikan S1 di Universitas Yarmouk Jordania, S2 di Universitas Islam Negeri (UIN)  Syarif Hidayatullah Jakarta dan S3 bidang pendidikan Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor dan sebagai wisudawan terbaik pada wisuda yang ke-55 tahun 2012/2013. Pernah menjadi santri dibeberapa pesantren diantaranya Pesantren Darul Ulum Jombang Jawa Timur, Pesantren al-Ihya Bogor Jawa Barat dan Ribath al-Jufri Madinah Munawwarah Saudi Arabia. Pengalaman kerja pernah menjadi kepala sekolah TK Azhari, SD Azhari Islamic School Cilandak, SMP Al-Manar Azhari Depok, Kepada Madrasah Diniyah Al-Manar Azhari, Pegawai MTSN 19 Pondok Labu, Guru MTs Nurul Hidayah dan Pelaksana pada PD-Pontren Kementrian Agama Kota Jakarta Selatan. Saat ini bekerja sebagai Dosen Ilmu Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dpk pada Program Pascasarjana STAI Al-Hikmah Jakarta. Disamping itu, aktif sebagai Direktur Azhari Islamic School Cilandak, Ketua jurusan Tarbiyah STAI AL-Hikmah Jakarta, Pengurus Yayasan Al-Mahbubiyah Jakarta, pengurus Yayasan al-Manar Azhari Depok, Pengurus Forum Komunikasi Pondok Pesantren Kota Depok dan wakil sekertaris Forum Doktor Islam Indonesia.

Beberapa buku yang sudah diterbitkan antara lain: Metode Pengajaran Karakter (Rajawali Pers, 2014), Guru Berkarakter Nabawi (Pena Utama, 2016), Khutbah Pendidikan (CV. Patju Kreasi, 2018), Pemikiran Ahli Ra'y Terhadap Hukum Islam (CV. Patju Kreasi, 2018),  Manajemen Konflik Keluarga Menurut Al-Qur'an (CV. Patju Kreasi, 2018), Fitrah Manusia Menurut Al-Qur'an (CV. Patju Kreasi, 2018), Pemahaman Keagamaan Guru Pendidikan Agama Islam di DKI Jakarta (CV. Patju Kreasi, 2018), Ilmu Pendidikan Islam (Rajawali Pers, 2020)

Beberapa tulisan di Jurnal antara lain:  Metode Pengajaran Karakter Yang Digunakan Rasulullah SAW Kepada Para Sahabat Dalam Kitab Shahih Muslim (Hikmah Journal of Islamic Studies, 2017), Transformasi Pondok Pesantren dalam Menanggulangi Radikalisme Agama Pada Pondok Pesantren Daerah Penyangga Ibu Kota Jakarta (Hikmah Journal, 2018), Dampak Pemikiran Ahli Ra'y Terhadap Hukum Islam Kontemporer (Hikmah Journal of Islamic Studies, 2018), Teaching Methods in Pesantren to Tackle Religious Radicalism (Jurnal Pendidikan Islam, 2019),  The Relationship of Self Efficacy towards Improving Quality of Santri Organization in Daar El-Qolam (Ta'dib: Journal of Islamic Education, 2019), Teaching Methods Of Character Used To The Companions Of Prophet Muhammad In Saheeh Muslim (Kordinat| Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi, 2019),  Character Building Through Reinforcement of Islamic Learning (TARBIYA Journal, 2019),  Kompetensi Pendidikan Agama dalam Surat Al-'Alaq Perspektif Tafsir Al-Misbah Karya Muhammad Quraish Shibah (Hikmah Journal of Islamic Studies, 2020), Pengaruh Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing Terhadap Motivasi Belajar Mata Kuliah Masa'ilul Fiqhiyah Mahasiswa STAI Alhikmah Jakarta (Hikmah Journal of Islamic Studies, 2020).

Penulis pernah mendapatkan penghargaan, kursus atau diklat antara lain: Diklat Pra Jabatan PNS (2003), Pelatihan Strategi dan Metodologi Pembelajaran Pada Pondok Pesantren (2003), Workshop Manajemen Mutu dan Metodologi Pengajaran (2004), Orientasi Pembimbing Calon Haji (2004), Seminar Pemberdayaan Pesantren untuk Transformasi Masyarakat (2005), Workshop, Sarasehan dan Pembinaan Tenaga Administrasi Pondok Pesantren (2005), In House Training di SMP Al-Manar (2006), Diklat Amtsilati (2006), Lokakarya Nasional Tentang Manasik dan Manajemen Haji (2006), In House Training Pumping Teacher Menjadi Guru Kaya dengan Memompa Potensi Diri dan Melejitkan Dunia Pendidikan (2006), Lokakarya Implementasi UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (2006), Orientasi Guru Mata Pelajaran Agama Islam Pada MTs Provinsi DKI Jakarta (2007), Workshop Pengintegrasian Perspektif Gender dalam Kurikulum Pengajaran Kitab Kuning di Pesantren (2007), Training Metode Menghafal Al-Qur’an Juz 30 dan Asmaul Husna (2007), Menumbuhkan Bakat, Minat dan Talenta Anak di Usia Dini (2008), Seminar Boarding School : Solusi Pendidikan untuk Melahirkan Pemimpin Masa Depan (2008), ESQ Leadership Training (2008), Sertifikat Pembimbing Haji dari Lembaga Dakwah (2009), Life Skill A Short Course Pelatihan Komputer Design Grafis (2009), Workshop Pemberdayaan Pengelolaan Bimbingan Ibadah Haji Tingkat Provinsi Jawa Barat (2009), Diklat Metodologi Qiraati (2010), International Seminar On Islamic Education, Islamization of Hinger Education: Models and Experiences in Muslim Word (2011), Diklat Sertifikasi Guru dalam Jabatan (2012), Micro Teaching & Orientasi Pengenalan Pendalaman dan Penerapan Metodologi Pembelajaran Program Baca Al-Qur’an (2012), Short Course Penelitian Metode Kuantitatif (2013), Implementasi Penilaian Kinerja Guru Kementrian Agama Jakarta Selatan (2014), Mengefektifkan Pendidikan Akhlak Mulia (2014), Penyusunan Silabus, Satuan Acara Perkuliahan, dan Materi Bahan Ajar Berbasis Integrasi Ilmu Agama dan Sains (2014), Evaluasi Kurikulum PAI Fakultas Tarbiyah UIN/STAIN (2014), Seminar Hasil Penelitian Kurikulum Prodi PAI Relevansi Kurikulum Prodi PAI dengan Kebutuhan Tugas Guru Mengajar di Sekolah dan Madrasah (2014), Diklat Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Kementrian Agama Republik Indonesia (2015), Pelatihan Manajemen Masjid (2015), Radikalisme Agama dalam Perspektif Global dan Nasional (2015), Dewan Juri Pekan Olah Raga Seni Santri DKI Jakarta (2016), Workshop Penyusunan Silabus Mata Kuliah Responsif Gender (2016), Dewan Juri Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Jakarta Selatan (2017), Sertifikat Dosen Profesional (2018), Pelatihan Menulis untuk Dakwah (2018), International Forum on Islam, Education and Global Peace (2019), Pelatihan Pembuatan E-Module dan Video Pembelajaran (2019), Workshop RUU Pesantren (2019), Juri Pekan Olah Raga dan Seni Tingkat Kota Jakarta Selatan (2019), Sosialisasi dan Pemaparan Kurikulum al-Azhar al-Syarif Mesir (2019).

Penulis menikah dengan Hj. Siti Rafiqoh Rachman, M.Ag dan dikarunai 4 anak yaitu: Aisha Tara Athira, Farouk Tara Aldora, Elzeina Tara Rahmanar dan Hisyam Tara Hira. 

Komentar