PEMBELAJARAN FIQH
BAB 1
PEMBELAJARAN FIQH
A. Fiqh
1. Pengertian Fiqih
Kata fiqh secara bahasa adalah al-fahm
(pemahaman). Pada awalnya kata fiqh
digunakan untuk semua bentuk pemahaman atas al-Qur’an, hadis dan bahkan
sejarah. Pemahaman atas ayat-ayat dan hadis-hadis teologi, dulu diberi nama
fiqh juga, seperti judul buku Abu Hanifah tentangnya, Fiqh al-Akbar. Pemahaman atas sejarah hidup Nabi disebut dengan fiqh al-sirah. Namun, setelah terjadi
spesialisasi ilmu-ilmu agama, kata fiqh
hanya digunakan untuk pemahaman atas syari’at
(agama), itu pun hanya yang berkaitan dengan hukum-hukum perbuatan manusia.
Oleh karenanya, hari ini kita
mengenal definisi Fiqh sebagai:
Pengetahuan
tentang hukum-hukum syari’ah (agama) tentang perbuatan manusia yang digali atau
ditemukan dari dalil-dalil terperinci. (al-jurjani, t.t.:216)
Fiqh
disebut dengan ilmu atau pengetahuan, karena fiqh memang sebuah ilmu atau pengetahuan. Dengan pengertian ilmu
berarti fiqh bukan agama, namun fiqh terkait dengan agama. Dapat
dikatakan bahwa fiqh adalah salah
satu ilmu agama, selain dari teologi (ilmu tauhid) dan tasawuf (imu akhlak
islami). Fiqh disebut ilmu, karena fiqh menggunakan metode ilmiah dalam
perumusannya, baik pada saat penemuan maupun pada saat penampilannya kepada
Anda.
Kata ahkam, pada definisi diatas, adalah bentuk plural (jam’) dari kata hukm, yang artinya hukum. Dengan definisi “hukum”, fiqh adalah ilmu
tentang seperangkat aturan. Bukan ilmu tentang sesuatu yang berupa zat.
Sedangkan kata syar’iyyah secara
bebas dapat diartikan bersifat agamawi. Maksudnya, hukum yang dibahas dalam
fiqh adalah hukum yang berasal dari agama, yaitu dari kitab suci al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Muhammad.
Adapun kata ‘amaliyyah menunjukkan bahwa hukum
yang dibahas dalam fiqh adalah hukum perbuatan manusia atau tingkah laku
manusia yang lahiriyah, yang terlihat, tidak menyangkut hukum keyakinan atau
kata hati. Keyakinan dan kesadaran dibahas dalam ilmu lain, seperti teologi dan
tasawuf. Namun demikian, hubungan fiqh dengan teologi dan tasawuf bersifat
saling tergantung.
Kata al-muktasab, dalam definisi di atas, artinya yang diusahakan. Kata ini mirip dengan kata al-mustanbath, yang ditemukan. Kedua kata ini sering digunakan
untuk mendefinisikan fiqh, karena fiqh pada dasarnya adalah hasil usaha para fuqaha’ dalam memahami syari’at. Usaha
itu disebut ijtihad atau istinbath.
Kata adillah artinya dalil-dalil, atau rujukan. Sedangkan kata tafsiliyyah berarti yang terperinci.
Maksud kata min adillah al-tafsiliyyah
adalah ayat-ayat tertentu atau hadis-hadis tertentu secara khusus terkait
dengan masalah yang dirumuskan hukum fiqhnya, bukan seluruh ayat maupun seluruh
hadis.
2. Sumber Fiqih
Sumber dari fiqh adalah Kitabullah
dan Sunnah Nabi yang diolah sedemikian rupa melalui kerja keras (ijtihad) para ulama mujtahidin. Setiap hukum dari satu
perbuatan, apakah wajib ataupun sunnah, harus berlandaskan pada al-Qur’an dan
sunnah Nabi Muhammad Saw. Tidak semua ayat Qur’an atau hadis dapat dijadikan
hukum fiqh, hanya ayat-ayat tertentu saja yang berkaitan langsung dengan masalah
perbuatan manusia. Ayat-ayat lain, walau tidak menjadi sumber fiqh, ia
berfungsi sebagai landasan filosofis bagi ayat-ayat hukum dan menjadi penopang
kekuatannya.
Ayat-ayat
al-Qur’an terbagi ke dalam tiga kelompok:
a.
Ayat-ayat
yang berkaitan dengan keyakinan (i’tiqad)
b.
Ayat-ayat
yang berkaitan dengan akhlak
c.
Ayat-ayat
yang berkaitan dengan hukum perbuatan, yang terdiri dari:
1)
Ayat-ayat
yang berkaitan dengan hukum ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan
do’a.
2)
Ayat-ayat
yang berkaitan dengan mu’amalah, seperti: hukum keluarga, pidana, perdata,
kenegaraan, ekonomi, dan sebagainya.
Adapun yang menjadi sumber bagi fiqh
adalah ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum perbuatan, baik hukum-hukum
ibadah maupun mu’amalah.
Sedangkan hadis, khususnya
hadis-hadis hukum, menurut para fuqaha’,
ia berfungsi sebagai:
a.
Penguat
(ta’kid) hal-hal yang telah
disebutkan hukumnya dalam al-Qur’an.
b.
Penjelas
(tabyin, tafsil) ayat-ayat al-Qur’an
yang sukar dipahami.
c.
Pembatas
(taqyid) keumuman pengertian dari
ayat-ayat al-Qur’an
d.
Penambah
hukum baru, bagi hukum-hukum yang tidak disebutkan al-Qur’an.
3. Fiqih sebagai Produk
Fiqh sebagai produk merupakan
akumulasi (kumpulan, majmu’ah) hasil
upaya para perintis Fiqh terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap
dan sistematis dalam bentuk buku teks dan madzhab-madzhab. Buku teks Fiqh
merupakan body of knowledge (bangunan
pengetahuan) dari Fiqh. Madzhab adalah aliran-aliran dalam pemikiran hukum
Islam. Sejatinya, madzhab adalah pendapat atau metode seorang tokoh yang
kemudian diikuti ulama lain. Perbedaan antar madzhab terletak dalam hal-hal
yang bersifat furu’iyyah (hal-hal
partikular dari fiqh), bukan pada masalah-masalah pokok.
Ada beberapa madzhab yang terkenal
dalam Fiqh. Semuanya lahir di abad kedua dan ketiga hijriyah, yaitu:
a.
Madzhab
ja’fariyyah dinisbahkan kepada Imam Ja’far al-Shadiq
b.
Madzhab
hanafiyah dinisbahkan kepada Imam Abu Hanifah
c.
Madzhab
malikiyyah dinisbahkan kepada Imam Malik bin Anas
d.
Madzhab
syafi’iyyah dinisbahkan kepada Imam Syafi’i
e.
Madzhab
Hanbaliyyah dinisbahkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal
f.
Madzhab
zhahiriyyah dinisbahkan kepada Imam Dawud yang dalam ijtihad-ijtihadnya
mengutamakan makna lahir (zhahir) dari nash (teks)
g.
Madzhab
zaidiyyah dinisbahkan kepada Imam Zaid.
Dalam fiqh sebagai produk, anda
dapat mengenal kategori-kategori hukum perbuatan manusia. Ada lima kategori
hukum dalam fiqh, yaitu wajib, mandub, mubah, makruh, dan haram.
Penjelasannya sebagai berikut:
a.
Wajib atau
fardhu artinya segala sesuatu yang
bila dikerjakan akan mendapat pahala, sedang bila ditinggalkan akan
mengakibatkan dosa.
b.
Mandub
atau Sunnah atau mustahab adalah segala sesuatu yang bila dikerjakan mendapat pahala
dan bila tidak dilaksanakan tidak berimplikasi dosa.
c.
Ibahah dan
mubah berarti perbuatan yang tidak mendatangkan pahala bila dilakukan dan tidak
mengakibatkan dosa bila ditinggalkan.
d.
Karahah
atau makruh adalah sesuatu yang
diberi pahala orang yang meninggalkannya dan tidak berdosa bila melakukannya.
e.
Haram adalah
sesuatu yang diberi pahala orang yang meninggalkannya dan dikenai dosa orang
yang melakukannya.
Dalam fiqh sebagai produk,
sebagaimana terlihat pada buku-buku fiqh, setiap kali pembahasan suatu masalah
selalu ada unsur-unsur berikut:
a.
Dalil/ayat dan hadis yang menjadi landasan
hukum dari suatu permasalahan.
b.
Sabab atau sebab yaitu sesuatu yang
keberadaannya dijadikan sebagai pertanda keberadaan sebuah hukum dan
ketiadaannya merupakan pertanda tidak adanya hukum bagi sesuatu. Misalnya,
sebab wajibnya shalat adalah masuknya waktu shalat. Dengan kata lain, datangnya
waktu shalat, seperti fajar atau terbenamnya matahari menjadi sebab wajibnya
shalat subuh atau maghrib.
c.
Syarat, yaitu sesuatu yang tergantung
keberadaan hukum syara’ dan ia berada di luar hukum itu sendiri, yang
ketiadaannya mengakibatkan tiadanya hukum. Misalnya, syarat shalat adalah
wudhu, shalat dianggap tidak dilakukan bila tidak berwudhu dulu sebelumnya, namun
wudhu bukanlah bagian dari shalat.
d.
Rukun, yaitu sesuatu yang harus ada dalam
melakukan perbuatan hukum, bila tidak ada maka perbuatan menjadi tidak sah.
Misalnya, membaca al-fatihah adalah rukun shalat, bila seseorang lupa atau
sengaja tidak membaca fatihah, maka shalatnya tidak sah.
e.
‘Azimah dan rukhsah. ‘Azimah adalah kewajiban-kewajiban, sedangkan rukhsah
adalah keringanan meninggalkan kewajiban karena ada udzur / halangan.
f.
Sah, batal, dan fasad. Sah artinya terlaksananya perbuatan sejalan dengan
aturannya, memenuhi syarat dan rukunnya. Batal dan fasad artinya perbuatan yang
dalam pelaksanaannya tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan, atau tidak
memenuhi syarat dan rukunnya. Kelima unsur itu yang dalam buku pelajaran fiqh
disebut dengan kata “ketentuan” atau aturan. Kata “ketentuan shalat” sama
artinya dengan syarat, rukun, sah, dan batalnya shalat.
4. Fiqih sebagai Proses
Fiqh sebagai produk baik berupa buku
teks maupun madzhab, memang penting, tetapi ada sisi lain dari Fiqh yang tidak
kalah pentingnya, yaitu dimensi “proses”, maksudnya proses mendapat pengetahuan
(ilmu) dan pemahaman (fiqh) itu sendiri. Dalam pengajaran Fiqh seorang guru
dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan al-Qur’an dan Sunnah
sebagai sumber belajar Fiqh yang paling otentik dan tidak akan habis. Dalam
arti ini, fiqh adalah proses pergulatan antara realitas dan kitab suci yang
berlangsung terus menerus. Artinya, selalu ada persoalan dalam kehidupan yang
menuntut agama untuk meresponnya atau selalu ada hukum sesuatu yang perlu
ditinjau ulang dengan pertimbangan perubahan realitas kehidupan. Proses ini
melahirkan upaya penafsiran, yang dalam fiqh disebut ijtihad.
Diantara proses perumusan hukum (ijtihad) adalah qiyas, istihsan,
istishlah dan istishhab. Istilah-istilah ini dalam ushul fiqh disebut juga
metode ijtihad. Qiyas adalah model penalaran fiqh yang berasal pada analogi
antara masalah baru dengan hukum yang telah ada dalam al-Qur an maupun sunnah.
Istihsan merupakan metode ijtihad yang bertumpu pada penilaian atau anggapan
baik atas sesuatu yang tidak tercantum dalam al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan
istishlah adalah perumusan hukum yang didasarkan pada nilai manfaat dari
sesuatu. Adapun istishhah merupakan metode ijtihad yang berpegang pada asas
kedekatan masalah dengan al-Qur'an dan Sunnah, yaitu sesuatu yang tidak
disebutkan al-Qur an dan sunnah pada dasarnya boleh kecuali ada dalil yang
mengubahnya.
Bukan tempatnya di sini untuk
membahas panjang lebar metode-metode ijtihad itu. Untuk pengayaan Anda dapat
membaca ulang modul ushul fiqh atau membaca buku-buku ushul fiqh yang tersedia
di perpustakaan. Yang perlu digarisbawahi pada bagian ini adalah keharusan bagi
kita untuk menanamkan fiqh sebagi proses agar fiqh tidak terasa kaku dan
mandeg. Menanamkan "fiqh sebagai proses" kepada anak didik dapat
dilakukan dengan menyampaikan dalil atas suatu hukum setiap kali menyampaikan
hokum sualfu perkara. Misalnya. Ketika Anda menyampaikan bahwa anjing itu
binatang najis, Anda sampaikan bahwa hal itu seperti tercantum dalam hadis Nabi
dan qiyas (analogi) kepada babi karena anjing memiliki kemiripan dengan babi.
Pemahaman atas Fiqh sebagai proses
dapat mengantarkan Anda kepada pemahaman bagaimana dan mengapa timbul perbedaan
pendapat atau madzhab di dalam fiqh, serta menuntuk adanya sikap atas perbedaan
tersebut.
5. Fiqih sebagai Sikap
Tujuan dari fiqh adalah menerapkan
aturan-aturan atau hukum-hukum syari'ah dalam kehidupan. Sedangkan tujuan dari
penerapan aturan-aturan itu untuk mendidik manusia agar memiliki sikap dan
karakter taqwa dan menciptakan kemaslahatan bagi manusia. Kata "taqwa"
adalah kata yang memiliki makna luas yang mencakup semua karakter dan sikap
yang baik. Dengan demikian fiqh dapat digunakan untuk membentuk karakter.
Adapun karakter-karakter yang perlu
ditanamkan kepada anak didik, yang tercakup dalam kata "taqwa" itu sebagai
berikut:
a.
Cinta
Tuhan dan segenap ciptaannya
b.
Kemandirian
dan tanggung jawab
c.
Kejujuran
dan Bijaksana
d.
Hormat
dan santun
e.
Dermawan,
suka menolong dan gotong royong
f.
Percaya
diri, kreatif dan pekerja keras
g.
Kepemimpinan
dan keadilan
h.
Baik
dan rendah hati
i.
Toleransi,
kedamaian dan kesatuan
Penekanan "fiqh sebagai
sikap" perludipcrkuat,karena kadang kalas eorang guru terlalu menitik
beratkan pembelajaran fiqh pada "fiqh sebagai produk", yang oleh
karenanya keberagamaan umat bersifat formalistis. Keberagamaan yang formalistis
hanya memperhatikan aspek-aspek lahir dan kurang memperhatikan aspek jiwa,
sehingga terasa kering bagi bathin manusia. Salah satu metode mengajarkan fiqh
sebagai sikap adalah dengan mengemukakan hikmah-hikmah dari ibadah dan hubungan
ibadah dengan sikap dalam hidup sehari-hari.
Penekanan fiqh sebagai sikap juga
perlu dilakukan, karena fiqh sebagai produk, bila dilaksanakan dengan kaku akan
menimbulkan bentrokan dengan penganut fiqh dari madzhab lain. Di sini butuh
kedewasaan dalam menanggapinya, yaitu dengan mengedepankan akhlak dan sikap
toleran. Di bawah ini sebuah ilustrasi tentang itu:
Suatu malam, di bulan Ramadhan, Imam
Hasan al-Banna - pendiri dan pemimpin pertama oraganisasi al-Ikhwan al-Muslimun di Mesir – mengikuti shalat tarawih di suatu
mesjid. Ternyata di sana terdapat orang-orang yang sedang bertengkar
mempermasalahkan jumlah rakaat tarawih.
Masing-masing pihak bersikeras dalam memegang madzhabnya. Hampir-hampir terjadi
perpecahan di antara jamaah karenanya. Hasan al-Banna tampil untuk
menengahi.'la bertanya, "Saudara-saudara, saya mau bertanya,
"Sebenarnya, apa hukum shalat tarawih menurut madzhab yang kalian
anut?"
Mereka serempak rrtenjawab,
"sunnah!".
"Sekarang," kata Hasan
al-Banna, "Menurut saudara-saudara sekalian, apa hukum pertengkaran dan
perpecahan?"
Mereka menjawab, "Haram!"
"Nah," kata sang Imam,
"Kalau demikian, mengapa kalian melakukan yang haram (bertengkar) untuk
memperebutkan yang sunnah (jumlah rakaat tarawih)?".
Pertanyaan retoris Hasan al-Banna di
atas, dari sudutpandang pembicaraan kita, adalah ajakan untuk bersikap dewasa
dalam memandang perbedaan pendapat, serta untuk mendahulukan akhlak atas
perbedaan-perbedaan dalam menjalankan fiqh.
Dibawah ini juga kisah menarik tentang kedewasaan sikap
dalam menanggapi perbedaan pendapat, yang bagi kita merupakan tanda bahwa fiqh
harus melahirkan sikap yang baik.
Imam al-Syafi'i, pendiri madzhab
syafi'iyyar, berpendapat bahwa membaca doa qunut sangat disunnahkan (sunnar
mu'akkad) saat shalat subuh dan bila lupa melakukannya diharuskan sujud sahwi (sujud yang dilakukan bila
ada sunnah-sunnah shalat yang terlupakan). Pendapat ini berbeda dengan pendapat
Imam Abu Hanifar yang berpendapat tidak sunnah. Suatu hari, al-Syafi’i shalat
subuh di mesjid yang berada di dekat kuburan Abu Hanifar. Ia menjadi imam
shalat subuh dan ia tidak membaca doa qunut serta tidak sujud sahwi karenanya.
Para sahabatnya bertanya, "Mengapa Anda tidak membaca doa qunut dan tidak sujud sahwi karena
meninggalkannya, padahal Anda berpendapat hal demikian sunnah mu'akkad?"
Al-Syafi'i, dengan tenang menjawab, "Aku menghormati
orang yang dikubur dekat mesjid ini." Yang dimaksud oleh al-Syafi'i adalah
Abu Hanifah, yang dalam hal qunut berbeda pendapat dengannya.
B. Pembelajaran Fiqh
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran fiqih adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar mata pelajaran fiqih dengan
baik.
Tujuan pembelajaran fiqih adalah
untuk menjadikan siswa mampu mengetahui, memahami, mengamalkan dan menerapkan
hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari baik aspek ibadah maupun muamalah.
Untuk tercapainya tujuan pengajaran fiqh serta
terpenuhinya standar kompetensi lulusan maka dibutuhkan model, strategi,
metode, dan tehnik pembelajaran dan penilaiannya.
1.
Model-model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu
rancangan atau pola umum (plan and
pattern) dari rangkaian tindakan pembelajaran, sehingga tindakan tersebut
terpola atau terorganisir sedemikian rupa berdasarkan prinsip-prinsip tertentu
yang secara sistematis terarah pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Ada empat model pembelajaran antara lain:
a.
Model
Pemrosesan Informasi. Model ini menekankan pada pemecahan masalah dan pemikiran
produktif, seperti pengembangan konsep, berpikir induktif (dari khusus ke umum),
inkuiri (latihan berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan), pengembangan pola
berpikir ilmiah.
b.
Model
Pengembangan Pribadi atau Model Personal. Model ini bertolak dari kepentingan
individual. Proses belajar ditujukan untuk memahami diri dan kemampuan diri
yang ditujukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Termasuk dalam
model ini adalah latihan kesadaran diri melalui berbagai aktifitas belajar
seperti melakukan percobaan, presentasi dan bertukar pikiran. Dalam model ini
juga dikernbangkan kerja kelompok di dalam kelas yang bertujuan untuk
menanamkan rasa tanggung jawab, percaya diri dan solidaritas.
c.
Model
Interaksi Sosial. Model
ini menitikberatkan pada hubungan kerja antara individu dengan masyarakat atau
dengan individu lain agar siswa memiliki kemampuan hidup dan bekerja bersama
orang lain. Karenanya dalam pembelajaran, model ini menekankan penelitian
beregu, bermain peran dan melakukan simulasi.
d.
Model
Modifikasi Tingkah Laku atau Model Behavior. Menurut model ini, aktivitas belajar
ditujukan untuk lahirnya perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa kearah
yang sejalan dengan harapan. Termasuk dalam model ini teori belajar tuntas (mastery learning). Kriteria keberhasilan
belajar dalam model ini meliputi: (1) pengetahuan; (2) konsep; (3)
keterampilan, serta (4) sikap dan nilai.
2. Strategi
Pembelajaran
Sudah seharusnya demikian, bahwa
pada setiap model pembelajaran terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan.
Strategi pembelajaran adalah rencana atau kebijakan yang dirancang untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Strategi mengacu kepada pendekatan yang
dapat dipakai oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran itu. Ada beragam strategi dalam
pembelajaran, antara lain:
a.
Strategi
Pembelajaran Langsung (direct instruction). Strategi
pembelajaran langsung adalah sebuah strategi pembelajaran yang menempatkan guru
sebagai pusat belajar. Dengan strategi ini, peran guru sangat besar dan
menentukan, sementara peserta didik kurang ditonjolkan perannya. Strategi ini
digunakan secara efektif untuk memperluas informasi atau mengembangkan
keterampilan langkah demi langkah. Seorang guru yang menggunakan strategi
langsung dapat menggunakan metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran
eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.
b.
Strategi
pembelajaran Tidak Langsung (indirect
instruction). Berbeda
dengan strategi langsung, pembelajaran tidak langsung lebih memperlihatkan
tingginya keterlibatan siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan,
penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis. Dalam
pembelajaran ini, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator,
pendukung, dan sumber personal (resource person). Guru, dalam starategi ini,
bertugas merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk
terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika
mereka melakukan inkuiri. Oleh karenanya, strategi ini mensyaratkan
digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.
c.
Strategi
Pembelajaran Interaktif (interactive
instruction). Strategi
pembelajaran interaktif dikembangkan melalui pengelompokkan siswa dan
metode-metode interaktif. Di dalam strategi ini terdapat bentuk-bentuk diskusi
kelas, diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama
siswa secara berpasangan. Strategi ini, dengan demikian merujuk kepada adanya
bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik. Hal ini sangat baik
untuk dilakukan karena diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan,
dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternatif lain dalam
berpikir.
d.
Strategi
Belajar Melalui Pengalaman (experiential
learning). Belajar melalui
pengalaman adalah sebuah strategi yang berpusat pada siswa, menggunakan bentuk
sekuens induktif, dan berorientasi pada aktivitas. Strategi ini menekankan
pentingnya belajar pada proses belajar itu sendiri, dan bukan pada hasil
belajarnya. Seorang guru dapat menggunakan strategi ini, baik untuk kegiatan
belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Di dalam kelas, guru dapat dapat
menggunakan strategi ini melalui metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat
dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.
e.
Strategi
Belajar Mandiri (independent study). Strategi belajar mandiri adalah sebuah strategi yang bertujuan
untuk mempercepat pengembangan inisiatif siswa, mengembangkan rasa percaya
dirinya, dan kemampuan memperbaiki diri. Dalam strategi ini peran guru lebih
sebagai pembimbing atau supervisor pembelajaran. Strategi ini menuntut siswa
untuk bertanggungjawab dalam merencanakan dan menentukan kecepatan belajarnya.
3. Metode-metode
Pembelajaran
Metode-metode pembelajaran adalah
tata cara yang digunakan guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan
mengkhususkan aktivitas proses pembelajaran yang berlangsung. Ada banyak metode
yang dapat digunakan untuk pembelajaran yang terkait dengan strategi-strategi
yang telah di bahas, di antaranya:
a.
Metode
Ceramah. Metode ceramah adalah metode penyampaian materi ajar yang dilakukacn
guru secara verbal (lisan) di dalam kelas. Metode ini dapat digunakan untuk:
(1) menyampaikan informasi agar siswa mengetahui sesuatu; (2) menerangkan
sesuatu; (3) menjelaskan dua hal yang berhubungan; (4) memberi motivasi kepada
siswa untuk melakukan sesuatu; dan (5) menyampaikan pendapat pribadi bila
diperlukan. Dalam pwembelajaran fiqh metode ini bisa dilaksanakan untuk
menyampaikan hal-hal yang berrsifat teoritis seperti hal-hal yang membatalkan
wudhu.
b.
Metode
Tanya jawab. Metode tanya jawab adalah metode penyampaian atau pembahasanu.
materi ajar melalui kegiatan tanya jawab antara guru dan murid, baik berupa (1)
gruru betanya, murid menjawab; (2) murid bertanya, guru menjawab; maupun murid
bertanya, murid pula yang menjawab. Metode tersebut dapat dilakukan sebagai:
(a) ulasan pelajaran yang telah diberikan; (b) selingan dalam metode ceramah;
(c) cara membu at anak didik berkonsentrasi atau memberi perhatian pada suatu
masalah; dan (d) cara mengarahkan proses berpikir. Hampir semua materi ajar
fiqh dapat diajarkan dengan metode ini.
c.
Metode
Diskusi. Metode diskusi
adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah dan mengambil
kesimpulan. Hal ini bisa dilakukan untuk tujuan: (a) rmelatih siswa memecahkan
masalah; (b) melatih siswa mengambil keputusan atas suatim masalah; (c)
menimbulkan kesanggupan kepada anak didik untuk meyakinkan orang lain; dan (d)
membiasakan anak didik untuk suka mendengar pendapat orang lain walaupun
berbeda dengannya. Dalam pembelajaran fiqh metode ini dapat digunakan untuk,
misalnya, menyampaikan masalah khilafiyyar (perbedaan pendapat dalam suatu
masalah) atau untuk mendisusikan cara menerapkan suatu hukum fiqh yang
problematic.
d.
Metode
Resitasi (Pemberian Tugas). Dengan metode ini guru menggunakan pemberian tugas
(misalnya pekerjaan rumah) sebagai cara atau alat untuk: (a) memantapkan
pengetahuan siswa; (b) mengaktifkan siswa dalam belajar mandiri; dan (c)
membuat anak rajin melakukan latihan. Sebagian besar materi fiqh dapat
disampaikan dengan metode ini, misalnya tugas menghapal doa-doa dan bacaan
shalat.
e.
Metode
Demontrasi dan Eksperimen. Metode
demontrasi adalah cara menyampaikan materi pembelajaran dengan peragaan, baik
dilakukan oleh dirinya atau meminta orang lain untuk memperagakannya. Metode
demontrasi berguna untuk: (a) menunjukkan keterampilan tertentu; (b) memudahkan
penjelasan; (c) menghindari verbalisme (banyak omong, padahal tidak perlu); dan
(d) melatih keterampilan. Dalam pembelajaran fiqh metode demontrasi dapat
digunakan untuk melatih gerakan wudhu, shalat, haji dan lain-lain.
f.
Metode
Bermain Peran. Metode bermain
peran adalah cara mengajar dengan mendemontrasikan cara bertingkah laku dalam
hubungan sosial. Hal ini dapat dilakukan, di antaranya untuk: (1) menerangkan
suatu kegiatan yang menyangkut orang banyak; (2) melatih anak didik
menyelesaikan masalah social dan psikologis; (3) melatih anak agar dapat
bergaul dengan sikap yang baik. Dalam pembelajaran fiqh metode ini dapat
digunakan misalnya untuk: menerangkan pembagian zakat fitrah melalui panitia,
menjelaskan prosesi shalat jum'at dan lain-lain.
g.
Metode
Inquiri. Metode inquiri
atau penyelidikan merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri. Metode ini mengajak pendidik untuk
melihat apa yang terjadi, melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, dan
membandingkan apa yang ditemukan oleh peserta didik lain. Dalam pembelajaran
fiqh metode ini dapat digunakan untuk menyelidiki beberapa gerakan ibadah,
hikmah-hikmah ibadah, dan lain-lain.
h.
Metode
Kisah/Cerita. Metode
bercerita mungkin paling disenangi oleh anak didik. Metode ini dapat digunakan
untuk menyentuh rasa anak didik. Untuk membuat mereka berani, rajin, takut,
cemas, harap dan sebagainya. Al-qur an dan hadis menggunakan cerita untuk
meyakinkan umat akan Tuhan dan untuk melumpuhkan argumen para penentang. Dalam
pembelajaran fiqh, metode ini berguna untuk menyampaikan hikmah-hikmah suatu
perbuatan atau untuk: 1) membangkitkan perasaan khauf (takut), ridho, dan cinta
kepada Allah. 2) mengarahkan seluruh perasaan siswa sehingga bertumpuk pada
suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah. 3) melibatkan siswa ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara
emosional.
i.
Metode
Pengulangan/Hapalan. Dalam
pembelajaran fiqh, metode pengulangan dapat digunakan untuk menghapalkan
doa-doa dan bacaan. Bila digunakan kepada selain bacaan dan doa, metode
menghapal dapat menggunakan teknik asosiasi dan akronim (singkatan kata). Untuk
mengingat shalat-shalat fardhu, dengan teknik akronim, misalnya Anda bisa
menggunakan kata I-S-L-A-M, yaitu Isya, Subuh, Lohor (Zuhur), Asar, dan
Maghrib.
j.
Metode
Peneladanan. Dalam
pembelajaran agama, khususnya dalam fiqh, metode peneladanan sangat efektif
bagi keberhasilan mengajar. Metode ini dilakukan dengan memberi teladan
(modeling) pelaksanaan ajaran agama di depan siswa. Para rasul dan ulama
menggunakan metode ini dalam mengajarkan agama. Metode ini digunakan pada
setiap kesempatan. Dengan metode ini guru menjadi teladan dalam kebersihan dan
kesucian diri, peribadatan dan sikap baik.
4. Teknik-teknik/Keterampilan
Pembelajaran
Teknik-teknik pembelajaran merupakan
keterampilan seorang guru dan menerapkan model, strategi dan metode
pembelajaran. Keterampilan tersebut merupakan perilaku pembelajaran yang sangat
spesifik. Di dalam sebuah metode terdapat banyak teknik, misalnya teknik-teknik
ceramah yang memikat, teknik-tekni dalam diskusi, atau teknik-teknik
demontrasi. Teknik-teknik pembelajaran mencakup kegiatan perencanaan yang
dikembangkan guru, struktur dan fokus pembelajaran, serta pengelolaan
pembelajaran.
Seorang guru harus memiliki banyak
keterampilan dalam mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai. Oleh karenanya
seorang guru harus banyak melatih diri, misalnya untuk keterampilan membuka dan
menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,
keterampilan melakukan variasi metode dan teknik, ataupun keterampilan
mengaktifkan peserta didik.
5. Kegiatan
Pembelajaran
Pada dasarnya kegiatan pembelajaran
terdiri dari: (1) kegaiatan awal; (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir
atau penutup.
1.
Kegiatan
Awal
Kegiatan awal pembelajaran terdiri dari pembinaan keakraban dan
pre-test. Pembinaan keakraban dilakukan untuk menciptakan kegiatan pembelajaran
yang kondusif sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru dan siswa,
serta siswa dengan siswa. Dengan demikian, untuk pembinaan keakraban guru harus
memperkenalkan dirinya, memberi salam, menyebutkan nama, alamat, pendidikan dan
tugas pokoknya di sekolah. Sementara itu siswa juga diberi kesempatan untuk
saling memperkenalkan diri dan sebagainya.
Sedangkan pre-test digunakan untuk:
a.
menyiapkan
peserta didik pada pembelajaran yang akan dilakukan;
b.
mengetahui
tingkat kemajuan peserta didik dalam proses pembelajaran.
c.
mengetahui
kemampuan awal siswa tentang materi yang akan diajarkan.
d.
mengetahui
proses pembelajaran yang sebaiknya dilakukan untuk peserta didik.
2.
Kegiatan
Inti
Kegiatan
inti pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.
Penjelasan
kompetensi yang hendak dicapai.
b.
Penjelasan
materi belajar
c.
Memberi
kesempatan murid bertanya atas penjelasan guru.
d.
Membagikan
bahan ajar
e.
Membagikan
lembar kegiatan siswa yang harus diisi siswa
f.
Memantau
kegiatan belajar siswa
g.
Mendiskusikan
materi belajar
h.
Memperbaiki
kesalahan siswa bila ditemukan
3.
Kegiatan
Akhir
Kegiatan akhir pembelajaran
dilakukan melalui penugasan dan post-test. Penugasan dilakukan untuk memberi
kegiatan kepada siswa di luar jam belajar di sekolah. Tugas yang diberikan
dapat berupa pengayaan atau pengulangan atas kegiatan inti dan pembentukan
kompetensi.
Adapun post-test dilakukan untuk,
antara lain:
a.
Mengetahui
tingkat penguasaan siswa atas materi yang diberikan.
b.
Mengetahui
tingkat kompetensi yang dimiliki atau belum dimiliki oleh siswa.
c.
Mengetahui
peserta didik yang perlu mengikuti pengulangan dan pengayaan materi
d.
Bahan
acuan untuk memperbaiki metode dan teknik yang digunakan oleh Anda, sebagai
guru, dalam pembelajaran yang sudah berlangsung.
6. Sumber
Belajar Fiqh
Yang dimaksud dengan istilah
"sumber belajar" adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
kemudahan belajar, yang darinya diperoleh berbagai informasi, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan untuk pembelajaran. Dengan demikian
sumber belajar fiqh adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan
belajar fiqh.
"Segala sesuatu" yang
dapat dijadikan sumber bagi pembelajaran fiqh itu, bisa berupa benda, alat,
tempat, pengalaman, bahkan termasuk juga di dalamnya orang lain.
a.
Al-Qur'an dan Hadis Nabi
b.
Benda-benda
Pada dasarnya benda-benda di sekitar
kita dapat digunakan untuk sumber belajar. Batu, misalnya, ia bisa jadi alat
bagi pembelajaran fiqh tentang istinja' (bersuci setelah buang air), air untuk
berwudhu dan mandi, tanah atau debu untuk alat tayamum. Adapun benda-benda yang
secara khusus dibuat untuk sumber belajar adalah buku, film pendidikan, buku
paket, modul dan sebagainya.
Untuk mengembangkan sumber belajar
fiqh Anda bisa menggunakan:
- Buku-buku fiqh induk/klasik. Fiqh sebagai produk tersedia dalam
buku-buku seperti ini. Buku ini menyediakan berbagai bahan ajar fiqh secara
sistematis dan lengkap.
- Buku-buku fiqh terbaru. Buku-buku ini, selain berisi review fiqh
klasik, juga menyediakan produk-produk hukum baru dengan bahasa yang mudah dan
sesuai dengan zaman kita.
- Buku-kumpulan kumpulan fatwa ulama terbaru. Buku-buku seperti ini
menyediakan kumpulan hukum fiqh yang paling banyak ditanyakan masyarakat. Di
dalamnya ada persoalan klasik maupun yang baru. Buku ini bisa menjadi bahan
inspirasi Anda untuk dijadikan ilustrasi dan contoh-contoh bagi pembelajaran
fiqh, bila dianggap perlu.
- Buku-buku Ushul Fiqh yang menyediakan berbagai metode ijtihad.
Dengan buku ini Anda dapat bereksperimen melakukan "latihan" ijtihad.
- Buku-buku tentang teori pendidikan dan teknik-teknik penagajaran.
- Kaset-kaset yang berisi rekaman bacaan al-Qur"an, bacaan
ibadah (shalat), doa-doa, pepujian atau lagu-lagu rohani dapat menjadi bahan
ajar dan inspirasi Anda dalam mengajar.
- VCD/DVD yang berisi rekaman tata cara wudhu, shalat dan haji atau
yang bercerita tentang rasa keagamaan, termasuk di dalammnya CD yang berupa
rekaman film religi atau software fiqh yang dapat digunakan untuk membaca
buku-buku elektronik (e-book) tentang fiqh.
- Buku paket fiqh dan modul fiqh. Buku seperti ini dapat Anda gunakan
untuk belajar mandiri karena sifatnya yang ringkas dan mudah.
- Majalah, tabloid, koran, yang di dalamnya ada materi-materi fiqh
dan cerita-cerita inspiratif bagi anak-anak.
- Jurnal-jurnal ilmiah, khususnya yang terkait fiqh dan pembelajaran.
- Peta, khususnya peta tempat ibadah haji.
- Poster gerakan shalat dan wudhu atau haji.
- Dan lain-lain.
c.
Alat-alat
Alat apa pun, pada dasarnya bisa
digunakan untuk keperluan pembelajaran fiqh. Misalnya:
-
Kamera
untuk memotret atau merekam gambar gerakan ibadah, seperti wudhu, shalat dan
haji.
-
Tape
recorder untuk merekam bacaan shalat dan doa-doa.
-
Radio
untuk mendengarkan siaran keagamaan dan mendengarkan pertanyaan-pertanyaan
masyarakat mengenai fiqh kepada nara sumbernya.
-
VCD/DVD
Player untuk memutar film religi dan dokumentasi ibadah.
-
Proyektor
untuk pembelajaran fiqh
-
Komputer
dan laptop
-
LCD
untuk presentasi.
-
Pesawat
Televisi. Ada banyak acara keagamaan yang ditanyangkan melalui televisi. TV
juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran di kelas fiqh.
-
Alat
shalat dan ibadah lainnya, seperti mukena, sajadah, kopiah, tasbih, baju ihram,
kain kafan dan lain-lain.
d.
Tempat
Pada dasarnya tempat apa pun bisa
digunakan sebagai sumber belajar fiqh, seperti:
- Ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar
- Ruang microteaching untuk latihan mengajar
- Perpustakaan untuk menambah pengetahuan dan pemberian tugas
- Mesjid, mushala, tajug, langgar untuk praktek shalat
- Pemakaman untuk membangkitkan kesadaran pada sangkan paraning
dumadi (asal-usul kejadian kita) dan kepada tempat kembali.
- Kamar mandi untuk praktek wudhu
- Lapangan untuk simulasi ibadah haji
- Wisma haji yang menyediakan miniatur ka'bah di halamannya untuk
simulasi thawaf.
- Dan lain-lain.
e.
Pengalaman
Pengalaman mengajar atau pengalaman
hidup sehari-hari serta keterampilan-keterampilan mengajar dapat menjadi sumber
belajar dan perlu dikembangkan. Model, strategi, metode dan teknik yang
dikuasai dapat Anda gunakan sebagai sumber belajar Anda dan anak didik.
Pengalaman adalah guru yang baik, begitu yang dikatakan pepatah. Belajar dari
pengalaman biasa dilakukan oleh guru-guru spiritual. Anda dapat menggunakan
pengalaman belajar dan mengelola kelas dari pengalaman-pengalaman yang telah
Anda alami.
Imam al-Syafi'i, seperti yang kita
kenal juga sering mengubah pendapatnya setelah mengalami atau melihat kejadian
tertentu. Misalnya, ketika ia di Baghdad, ia berpendapat bahwa kakek-kakek dan
nenek-nenek bila bersentuhan kulit tidak membatalkan wudhu. Pendapat ini ia
rumuskan dari asumsi bahwa kakek-kakek atau nenek-nenek sudah tidak memiliki
syahwat seksual lagi. Namun, suatu hari dalam perjalanan ke Mesir ia menemukan
kakek-kakek dan nenek-nenek melakukan pernikahan, kemudian al-Syafi'i mengubah
pendapatnya menjadi "persentuhan kulit antara kakek-kakek dan nenek-nenek
dapat membatalkan wudhu".
Pengalaman yang Anda jadikan sumber
belajar, bisa merupakan pengalaman Anda sendiri atau pengalaman orang lain. Di
bawah ini sebuah contoh pengalaman orang lain yang dapat Anda jadikan
inspirasi:
Menurut cereita-cerita di pesantren,
Taql al-Din al-Subki, seorang ahli Fiqh dari madzhab Syafi'iyyar, sejak kecil
sudah terbiasa shalat subuh dengan melakukan qunut. Namun, setelah ia mengerti
dasar-dasar ijtihad, ia berkesimpulan bahwa qunut tidak termasuk bacaan yang
disunnahkan dalam shalat subuh. Jadi, setelah itu ia tidak melakukan qunut
dalam shalat subuh. Beberapa tahun kemudian, setelah ia mengkaji ulang
dalil-dalil qunut, ia berkesimpulan lain, yaitu qunut sebaiknya dibaca dalam
shalat subuh. Kemudian, ia membaca lagi qunut dalam shalatnya.
f.
Manusia dan Lembaga Belajar
-
Orang-orang
yang ahli dalam bidang fiqh dan bidang pengajaran. Kepada mereka Anda dapat
belajar dan meminta bimbingannya.
-
Para
kiyai, ustadz dan guru madrasah lainnya. Kepada mereka Anda bisa berguru cara
mengajarkan Agama kepada anak didik dan menjadikan mereka tempat bertanya
masalah-masalah fiqh yang belum Anda kuasai.
-
Lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan keagamaan seperti MUI, Lembaga Fatwa, Muhammadiyah,
Nahdhatul Ulama dan lain-lain. Di dalam tubuh organisasi-organisasi keagamaan
itu terdapat banyak orang yang memiliki kompetensi dalam bidang fiqh, karenanya
dapat Anda jadikan sebagai sumber belajar.
-
Majlis
ta'lim, madrasah, atau pesantren. Di institusi-institusi tersebut Fiqh menjadi
sikap hidup. Dari sana ada banyak pelajaran yang dapat diambil untuk
peningkatan wawasan Anda.
-
Hakim
agama dan pengadilan agama
-
Balai-balai
pelatihan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan mengajar.
-
Dan
lain-lain.
g.
Kegunaan Sumber Belajar Fiqh
Manfaat sumber belajar sangat
tergantung kepada kemauan dan kemampuan guru dan peserta didik dalam
berinteraksi dengan sumber belajar tersebut. Apa pun tidak akan menjadi sumber
belajar bila kita tidak memiliki kemauan dan kemampuan untuk menggunakannya.
Benda-benda, alat-alat, ataupun tempat-tempat tidak akan bermanfaat sama sekali
di hadapan orang yang tidak memiliki kemauan dan kemampuan menggunakannya.
Adapun jika mereka mampu memanfaatkannya, segala sesuatu yang tersedia di alam
ini akan menjadi sangat berguna.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
sumber belajar dapat memberi manfaat, sebagi berikut:
1.
Memberikan
kemudahan belajar.
2.
Memberikan
informasi tambahan
3.
Menambah
pengetahuan
4.
Menambah
pengalaman
5.
Memberikan
tambahan keterampilan
Adapun manfaat sumber belajar, bagi
mereka yang pandai menggunakannya, sebagaimana diidentifikasi oleh Mulyasa
(2004), antara lain:
1.
Menambah
pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap materi dan proses pembelajaran
yang ditempuh. Di sini sumber belajar merupakan peta dasar yang perlu dijajagi,
agar wawasan pembelajaran yang dikembangkan dapat dipahami lebih awal.
2.
Memandu
materi pembelajaran apa saja yang harus dipelajari, dan memandu merumuskan
langkah-langkah operasional untuk meneliti secara lebih mendalam materi standar
secara tuntas.
3.
Memberikan
ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi dasar.
4.
Memberikan
petunjuk dan deskripsi tentang hubungan antara apa yang sedang dikembangkan
dalam pembelajaran dengan ilmu pengetahuan lainnya yang sedang berkembang.
5.
Memberikan
informasi adanya penemuan baru yang pernah diperoleh orang lain sehubungan
dengan pembelajaran yang sedang dikembangkan.
6.
Memberikan
informasi adanya masalah yang timbul sebagai konsekuensi logis dari
pembelajaran yang dikembangkan, yang menuntut adanya kemampuan pemecahan dari
para guru dan peserta didik.
h.
Cara Menggunakan Sumber Belajar Fiqh
Tidak semua sumber belajar yang
tersedia dapat digunakan dengan efektif untuk pembelajaran fiqh. Sehubungan
dengan hal tersebut, terdapat beberapa langkah umum yang perlu diperhatikan
dalam mendayagunakan sumber belajar secara efektif.
1.
Buatlah
persiapan yang matang dalam memilih dan menggunakan setiap sumber belajar, agar
menunjang efektifitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar yang
diinginkan.
2.
Pilihlah
sumber belajar yang sesuai dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajari
dan menunjang terhadap pencapaian tujuan, dan pembentukan kompetensi.
3.
Pahamilah
kelebihan dan kelemahan sumber belajar yang akan digunakan, dan analisislah
sumbangannya terhadap proses dan hasil belajar bila menggunakan sumber belajar
tersebut.
4.
Janganlah
menggunakan sumber belajar hanya sekedar hiburan dan selingan, tetapi harus
memiliki tujuan yang terintegrasi dengan materi standar yang sedang dipelajari.
5.
Sesuaikanlah
pemilihan sumber belajar yang akan digunakan dalam mempelajari buku ajar dengan
biaya yang tersedia secara efisien.
BAB 2
PEMBELAJARAN BERSUCI
A.
Bersuci
Bersuci atau thaharah berasal dari kata طَهَرَ
– يَطْهُرُ artinya suci atau bersih. Thaharah dilakukan agar ibadah yang
dilakukan menjadi sah. Bersucib meliputi dua macam, yaitu:
1.
Bersuci dari
najis (thaharah hissiyyah), yaitu kebersihan badan, pakaian dan tempat
shalat dari segala sesuatu yang dianggap kotor atau najis oleh syari'at.
2.
Bersuci dari
hadats (thaharah hukmiyyah), meliputi wudhu, tayamum dan mandi wajib
B.
Air
1.
Air suci dan
dapat menyucikan (air mutlak), diantaranya air hujan, air laut, air sungai, air
sumur, air dari sumber mata air, air embun dan air es.
2.
Air suci tapi
tidak mensucikan, yaitu:
·
Air yang
berubah salah satu sifatnya karena tercampur benda yang suci, seperti teh,
kopi, susu dan sebagainya.
·
Air yang sudah
dipakai untuk bersuci (musta’mal), tidak berubah sifatnya dan berjumlah
kurang dari dua qullah (kurang lebih 188 liter).
·
Air pepohonan
atau buah-buahan, seperti air yang keluar dari batang pohon tebu, air kelapa,
dan sejenisnya.
3.
Air yang makruh
dipakai adalah air yang terjemur sinar matahari dalam bejana selain bejana emas
dan perak. Lain halnya jika air yang terkena panas matahari berada dalam kolam,
sawah, dan danau, tidak makruh untuk bersuci. Air itu tetap suci dan mensucikan,
makruh jika digunakan mensucikan badan, tidak makruh untuk mencuci pakaian.
4.
Air yang
terkena najis ada dua macam, yaitu:
·
Air yang
berubah salah satu sifatnya karena najis (rasa, warna atau bau). Air ini tidak
boleh dipakai untuk bersuci, baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak.
·
Air yang
terkena najis dan tidak berubah salah satu sifatnya. Bila sedikit, kurang dari
dua qullah, hukumnya najis dan tidak boleh digunakan untuk bersuci. Jika
jumlahnya mencapai dua qullah atau lebih, hukumnya menjadi suci dan mensucikan.
C.
Hadats
Hadats adalah keadaan tidak suci yang menyebabkan ibadah (seperti
shalat) seseorang tidak sah. Menyucikan diri dari hadats hukumnya wajib. Hadats terdiri dari dua macam:
1.
Hadats Kecil
a.
Buang angin
(kentut)
b.
Buang air kecil
c.
Buang air besar
d.
Tidur sehingga
lupa segalanya
e.
Hilang ingatan
f.
Menyentuh alat
kelamin dengan telapak tangan
g.
Menyentuh kulit
wanita yang sudah baligh tanpa penghalang.
2.
Hadats Besar
a. Haid (menstruasi)
b. Wiladah (seseorang yang melahirkan)
c. Nifas (keluarnya darah setelah melahirkan).
D.
Najis
Najis adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang terhalang untuk
beribadah, baik yang berasal dari luar maupun dalam tubuh manusia, antara lain
:
1.
Bangkai
binatang darat yang berdarah selain mayat manusia
2.
Darah, kecuali
hati dan limpa
3.
Nanah
4.
Segala benda
dan cairan yang keluar dari qubul dan dubur
5.
Arak dan
minuman lain yang memabukkan
6.
Anjing
7.
Babi
8.
Organ binatang
yang diambil dari tubuhnya selagi masih hidup.
Macam-macam
najis dan cara mensucikannya:
1.
Najis Mukhaffafah
(ringan). Contoh najis ringan adalah terkena air kencing anak laki-laki yang
belum berumur dua tahun dan belum makan apa pun, kecuali air susu ibu (ASI).
Cara menyucikannya adalah memercikkan air pada benda atau pakaian yang terkena
najis, walaupun tidak mengalir.
2.
Najis Mutawassithah
(pertengahan). Najis ini terbagi menjadi dua: a) najis hukmiyah,
yaitu najis yang keberadaannya diyakini, tetapi tidak tampak zat, rasa, bau dan
warnanya. Contoh, air kencing yang sudah kering. Mencuci najis hukmiyyah adalah
dengan mengalirkan air di atas benda yang kena najis. b) najis ‘ainiyyah,
yaitu najis yang masih terlihat warna, rasa, zat dan baunya. Najis ini dicuci
dengan cara menghilangkan zat, rasa, warna dan baunya. Masih dapat dimaklumi
jika warna dan baunya sukar hilang.
3.
Najis Mughallazhah
(berat). Najis ini berasal dari air liur anjing atau babi. Cara
menyucikannya, yaitu benda yang terkena najis dibasuh dengan air tujuh kali,
satu kali diantaranya memakai air yang dicampur tanah.
E.
Tayamum
Tayamum adalah cara bersuci pengganti wudhu atau mandi wajib.
1.
Alasan Tayamum
a.
Tidak ada air
atau telah berusaha mencari, tapi tidak menemukan air.
b.
Dalam
perjalanan jauh.
c.
Jumlah air
tidak cukup untuk bersuci.
d.
Air yang ada
suhu atau kondisinya mengundang hal buruk, seperti menyebabkan sakit.
e.
Air yang ada
hanya untuk minum.
f.
Air berada di
tempat yang jauh sehingga membuat seseorang terlambat menunaikan shalat.
g.
Tempat sumber
air berbahaya.
h.
Sakit yang
disarankan tidak boleh terkena air.
2.
Syarat Sah
Tayamum
a.
Telah masuk
waktu shalat.
b.
Sudah berusaha
mencari air namun tidak menemukannya, padahal sudah masuk waktu shalat.
c.
Memakai tanah
berdebu yang suci.
d.
Memenuhi alasan
dibolehkannya tayammum.
3.
Rukun Tayamum
a.
Niat.
b.
Mengusap muka
dengan debu dan tanah.
c.
Menyapu kedua
tangan dengan debu atau tanah hingga siku.
d.
Tertib
rukunnya.
4.
Sunnah Tayamum
a.
Membaca
basmalah.
b.
Meniup atau
menepuk debu yang ada di telapak tangan.
c.
Membaca dua
kalimat syahadat setelah bertayamum.
d.
Mendahulukan
anggota badan bagian kanan.
5.
Cara Tayamum
a. Niat.
b. Membaca basmalah.
c. Renggangkan jari-jari, tempelkan ke debu, tekan hingga debu
melekat.
d. Angkat kedua tangan, lalu tiup atau tepuk telapak tangan untuk
menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber denu
tadi.
e. Mengusapkan telapak tangan ke muka.
f.
Bersihkan debu
yang tersisia di telapak tangan.
g. Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jari, tempelkan ke debu,
tekan hingga debu melekat.
h. Angkat kedua tangan, lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu
yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
i.
Mengusap debu
ke tangan kanan, lalu ke tangan kiri.
6.
Batal Tayamum
a. Ada air, bagi yang alasan tayammum karena tidak ada air.
b. Setiap yang membatalkan wudhu dapat membatalkan tayamum, seperti
buang besar dan kecil.
F. Pembelajaran Bersuci
Untuk menjelaskan
pengertian bersuci dari najis dan menjelaskan tata cara bersuci Anda bisa
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Adapun untuk menjelaskan tata cara
bersuci dan agar siswa menirukan anda dapat menggunakan ceramah yang dipadukan
dengan demontrasi. Agar murid terbiasa hidup suci dan bersih dari najis anda
harus menganjurkan, mengontrolnya dan memberi teguran bila melihat siswa yang
kotor pakaiannya.
1.
Metode Ceramah
Metode ceramah dapat
menjadi cara yang efektif untuk digunakan terutama untuk menyampaikan materi
yang bersifat pengetahuan dan pemahaman. Ia dapat pula digunakan untuk
materi-materi yang berada dalam ranah kognitif, apalagi bila kelas yang
dihadapi merupakan kelas yang besar (siswanya banyak).
Metode ceramah
sangat popular dan sangat sering digunakan guru dalam menyampaikan materi ajar,
karena ia memiliki banyak kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu di antaranya:
a.
Praktis dari sisi persiapan dan media yang
digunakan
b.
Efisien dari segi waktu dan biaya
c.
Dapat menyampaikan materi yang banyak
d.
Mendorong guru untuk menguasai materi
e.
Lebih mudah mengontrol kelas
f.
Siswa tidak perlu persiapan
g.
Siswa dapat langsung menerima ilmu pengetahuan.
Dalam pembelajaran
bersuci dari najis metode ceramah dapat digunakan untuk menyampaikan
macam-macam najis dan cara membersihkannya. Namun. penyampaian materi melalui
ceramah sering membosankan dan kehilangan konsentrasi. Supaya siswa tidak
kehilangan konsentrasi, mintalah kepada siswa untuk menyediakan kertas kosong
dan mintalah untuk mencatat inti materi ceramah. Tulislah di papan tulis hal-hal yang harus berhasil
dicatat oleh siswa dari ceramah Anda, misalnya:
Pengertian
Najis adalah............................................. |
Sifat-sifat
najis |
1) ............................................. |
2) ............................................,
dan |
3) ............................................ |
Cara
membersihkan najis: |
1) ........................................... |
2) ........................................... |
3) ........................................... |
2.
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab
sama baik dan efektif dengan metode ceramah. Metode ini, pada dasarnya, dapat
digunakan untuk beberapa hal berikut:
1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Tanya jawab bisa
berlangsung antara: (a) guru dengan siswa: guru bertanya siswa menjawab; (b)
siswa dengan guru: siswa bertanya guru menjawab; atau (c) siswa dengan siswa:
siswa bertanya, guru mempersilahkan siswa lain untuk menjawab. Dengan ini
tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar meningkat. Dalam
pembelajaran bersuci Anda dapat bertanya,
-
siapa yang tahu apa
yang disebut najis?
-
Bagiamana cara
mempersihkan tempat yang terkena najis?
2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang
sedang dibicarakan. Untuk ini Anda bisa saja menggunakan pertanyaan retoris,
yaitu pertanyaan yang tidak mengharapkan jawaban, tetapi digunakan untuk
memancing perhatian, membangkitkan rasa ingin tahu dan menunjukkan bahwa materi
yang ditanyakan adalah bagian yang penting.
3) Mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa, sebab
berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya. Berilah kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Siswa akan berpikir untuk: (a) menemukan pertanyaan dan
(b) membuat pertanyaan yang singkat dan jelas.
4) Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu
siswa dalam menemukan jawaban yang baik. Pertanyaan dapat digunakan untuk
membimbing siswa guna mampu berpikir dan menemukan jawabannya sendiri.
Pertanyaan ini seperti pertanyaan penyelidikan, beruntun dan mengarah.
5) Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang di bahas. Pertanyaan
yang Anda sampaikan pasti karena Anda menganggap hal yang ditanyakan itu
penting. Begitu juga halnya dengan pertanyaan siswa. Maka, dengan pertanyaan-pertanyaan secara otomatis
memusatkan perhatian Anda dan siswa.
Metode ini dapat
digunakan di awal pembelajaran sebagai alat apersepsi atau di akhir
pembelajaran untuk mengetahui kemampuan atau daya serap siswa. Metode ini juga
dapat digunakan di tengah-tengah ceramah Anda, yang akan berguna untuk
mengembalikan perhatian siswa yang sudah jenuh.
Pertanyaan Anda juga
dapat digunakan untuk mendorong siswa membiasakan hidup bersih dan suci.
Misalnya, Anda bertanya:
-
Siapa yang suka berteman dengan orang yang
selalu kotor?
-
Mengapa kalian tidak suka bermain dengan teman
yang kotor dan jorok?
-
Jadi, karena tidak ada yang mau berteman dengan
orang yang kotor, sebaiknya kalian harus ....
3.
Metode Demontrasi
Materi ajar yang
dapat disampaikan kepada siswa dengan metode demontrasi adalah materi yang
bersifat aplikatif dan praktek. Dalam penyampaian materi bersuci dari najis
metode demontrasi dapat dilakukan untuk, misalnya, menjelaskan tata cara
membersihkan najis anjing dan untuk menirukannya.
Metode demontrasi
sangat baik dilakukan dalam pengajaran karena memiliki beberapa kelebihan,
antara lain:
a.
Memusatkan perhatian anak kepada hal yang
didemontrasikan
b.
Memberikan pengalaman praktis
c.
Mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan
d.
Mudah diingat
e.
Mudah menirukannya
4.
Metode Kisah
Metode kisah dapat
Anda gunakan untuk menggugah kesadaran siswa untuk selalu suci dari najis. Hal
ini dilakukan dengan menitikberatkan cerita pada bagian kerugiankotor dan jorok
atau kepada keuntungan hiaup bersih dan suci.
Kisah dapat Anda
ambil dari kehidupan sehari-hari yang ditemui, bisa pula hasil rekayasa Anda
sendiri atau diambil dari buku-buku cerita yang tersedia.
Anda dapat ceritakan
kepada siswa sebuah kisah hasil rekayasa, seperti berikut:
Aca dan Agung adalah dua kakak beradik.
Mereka anak yang lincah dan periang. Namun, sayang, mereka tidak bisa hidup
bersih dan suci. Wajahnya selalu blepotan (kotor), baik karena telah makan
coklat maupun karena bermain tanah. Baju dan sarungnya sering bau ompol.
Rupanya mereka tidak memilih pakaiannya. Mereka mengambil pakaian dari tempat
cucian. Sebenarnya, teman-temannya menyukai kelincahan dan sifat periang mereka
berdua, namun temannya tidak mau bermain dengannya karena tidak tahan dengan
kotor dan bau. Kalau shalat berjamaah, anak-anak lain memilih tempat sesukanya
tetapi tidak ada yang mau shalat di dekat mereka. Hingga Pak Ustadz di Mushalla
al-Syir'ah pun tidak mau mengajarinya. Mereka pindah ke mushalla yang lain.
Namun tetap saja, mereka dijauhi teman-temannya. Pindah ke mushalla lain lagi,
tetap ditinggalkan teman-temannya. Agung dan Aca sedih karena tidak punya
teman. Sifat periangnya sirna. Untunglah ada Ibu Ustadzah baru di mushalla
al-Syir'ah. Ia menasihati Aca dan Agung untuk hidup bersih, berpakaian bersih
dan wangi. Setelah Aca dan Agung bersih, anak-anak mushalla mau menemaninya
lagi.
Di antara metode
kisah adalah mengetengahkan bahwa Allah bersih dan menyukai kebersihan. Nabi
Muhammad selalu wangi tubuhnya karena menyukai kebersihan dan kesucian.
5.
Membiasakan Hidup Bersih
Metode membiasakan
hidup bersih tidak melalui pengajaran, melainkan keteladanan dan kebersamaan.
Guru sebaiknya selalu berpakaian bersih. Meninggalkan papan tulis saat keluar
kelas dalam keadaan bersih. Bila melihat sampah berserakan di dalam kelas,
bersama-sama siswa, guru membersihkannya. Guru dan siswa melakukan kerja nyata,
membersihkan gedung sekolah dan perabotan sekolah secara bersama-sama. Guru
dapat memberi contoh menggunakan lap dengan baik. Guru dan murid secara rutin
melakukan kerja bakti pada hari-hari tertentu.
6.
Evaluasi Pembelajaran
Metode-metode dan
aneka ragam evaluasi pada dasarnya sangat tergantung kepada materi yang
diajarkan dan kompetensi yang diinginkan. Untuk menguji kemampuan siswa dalam
menjelaskan pengertian dan ketentuan bersuci dapat dilakukan dengan memberikan
soal uraian atau objektif, baik secara lisan maupun tulisan. Sedangkan untuk
menguji kemampuan siswa dalam menirukan bersuci dari najis dilakukan dengan
ujian praktek.
Adapun untuk
mengetahui kebiasaan murid dalam hal kebersihan dan kesucian dilakukan dengan
pengamatan. Metode pengamatan dilakukan dengan menyediakan dan mengisi lembar
pengamatan yang telah disiapkan. Lembaran itu berisi komponen-komponen yang
perlu diamati.
BAB 3
PEMBELAJARAN BERWUDHU
A.
Wudhu
Wudhu merupakan salah satu cara untuk menghilangkan hadats kecil,
menghilangkan kotoran dan dosa-dosa. Jika seseorang hendak mendirikan shalat,
ia harus berwudhu.
B.
Syarat Wudhu
1.
Orang Islam
2.
Balig
3.
Berakal Sehat
4.
Tidak berhadats
besar
5.
Menggunakan air
suci dan menyucikan
6.
Tidak ada yang
menghalangi sampainya air ke kulit.
C.
Rukun Wudhu
1.
Niat.
2.
Membasuh muka
3.
Membasuh dua
tangan sampai siku
4.
Menyapu
sebagian kepala
5.
Membasuh dua
kaki sampai mata kaki.
6.
Tertib
(berurutan).
D.
Sunnah Wudhu
1.
Membaca
basmalah ketika mulai berwudhu
2.
Membasuh dua
telapak tangan sampai pergelangan
3.
Berkumur-kumur
4.
Mengisap air ke
hidung
5.
Membasuh
seluruh kepala
6.
Membasuh dua
telinga
7.
Menyela
jari-jari
8.
Mendahulukan
membasuh anggota badan sebelah kanan
9.
Membasuh
anggota wudhu sebanyak tiga kali;
10.
Dilakukan terus
menerus tidka berselang;
11.
Menggosok
anggota wudhu;
12.
Bersiwak atau
menggosok gigi
13.
Membaca doa
sesudah wudhu.
E.
Batal Wudhu
1.
Mengeluarkan
sesuatu dari kemaluan dan dubur, seperti kentut, kencing dan buang air besar.
2.
Tidur hingga
tidak sadarkan diri.
3.
Hilang akal
sehat, gila, mabuk, ayan atau pingsan.
4.
Bersentuhan
dengan lawan jenis yang bukan mahram.
5.
Menyentuh
kemaluan dengan telapak tangan.
F.
Pembelajaran
Fiqih
Di bawah ini, beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam mengajarkan wudhu.
1.
Metode
Ceramah.
Metode ini adalah metode paling tua, paling mudah, dan paling
sering digunakan, namun tidak berarti paling efektif dalam pembelajaran. Metode
ini sama baiknya dengan metode-metode lain, hanya tidak lebih baik dari yang
lain. Metode ini dapat Anda gunakan untuk menyampaikan materi yang bersifat
teoritis tentang wudhu dan hikmah-hikmahnya.
Untuk menggunakan metode ceramah dengan baik Anda harus menghindari
beberapa kelemahan metode ini. Menurut buku Strategi Pembelajaran Aktif,
kelemahan metode ceramah antara lain:
a.
Membosankan
b.
Siswa tidak
ikut aktif dalam pembelajaran
c.
Informasi
berlangsung satu arah
d.
Umpan balik
relatif rendah
e.
Ada kesan
menggurui dan melelahkan
f.
Kurang melekat
pada ingatan siswa
g.
Kurang
terkendali, baik waktu maupun materi
h.
Monoton
i.
Tidak
mengembangkan kreatifitas siswa
j.
Siswa hanya
menjadi objek didik
k.
Tidak
merangsang siswa untuk membaca.
Bila Anda sudah memutuskan menggunakan metode ini dalam
pembelajaran, hendaklah Anda hindari beberapa kelemahan di atas, Hal ini bisa
dilakukan dengan cara menyertakan penjelasan visual dalam ceramah,
menyelinginya dengan pertanyaan sederhana dan sebagainya.
Di bawah ini contoh gambar gerakan wudhu yang bisa Anda gunakan
untuk melengkapi ceramah Anda.
1. Niat |
2. Membasuh
Tangan Hingga Pergelangan |
3.
Kumur-Kumur Dan Memasukkan Air Ke Hidung |
4. Membasuh
Muka |
5. Membasuh
Tangan Sampai Sikut |
6. Menyeka
Kepala |
7. Menyeka
Telinga |
8. Membasuh
Kaki |
9. Berdoa |
2.
Metode
Tanya Jawab
Metode ini dapat digunakan di awal pembelajaran sebagai alat apersepsi
atau di akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan atau daya serap siswa.
Metode ini juga dapat digunakan di tengah-tengah ceramah Anda, yang akan
berguna untuk mengembalikan perhatian siswa yang sudah jenuh.
3.
Teknik
Picture and Picture
Metode lain yang dapat digunakan untuk pembelajaran wudhu adalah
metode ceramah yang diikuti dengan teknik menyusun gambar. Teknik ini dapat
dilakukan dengan cara berikut ini:
1) Guru menyampaikan materi yang ingin dicapai
2) Guru menyajikan materi sebagai pengantar
3) Guru menunjukkan memperlihatkan gambar-gambar berkaitan dengan
materi ajar, dalam hal ini bagian-bagian gambar gerakan wudhu (lihat gambar
wudhu di atas dan acak posisinya).
4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk
memasang/mengurutkan gambar-gambar sesuai dengan urutannya.
5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6) Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan
konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7) Guru memberikan kesimpulan atau rangkuman
4.
Metode
Demontrasi
Metode ini digunakan untuk menunjukkan gerakan-gerakan bersuci dari
najis dan berwudhu. Untuk mengajarkan wudhu dengan metode ini, Anda dapat
melakukan tehnik Silent Demontration (demontrasi diam) dengan mengikuti
langkah-langkah berikut:
1) Tentukan prosedur dan langkah-langkah yang akan diajarkan kepada
siswa, dalam hal ini gerakan-gerakan wudhu secara tertib, misalnya:
-
Membasuh kedua
telapak tangan.
-
Berkumur
-
Menghirup air
ke hidung lalu mengeluarkannya lagi
-
Membasuh muka
(3 kali)
-
Membasuh kedua
tangan beserta/sampai sikut. Dilakukan tiga kali berturut-turut dan diawali
dari tangan kanan.
-
Mengusap kepala
dengan air (1 kali/3 kali)
-
Mengusap kedua
telinga
-
Membasuh/mengusap
kedua kaki (3 kali, dimulai dari yang kanan).
-
Berdoa
2) Mintalah siswa untuk memperhatikan cara Anda memperagakannya.
Lakukan dengan memberi penjelasan atau komentar sesedikit mungkin. Ingat! Tugas
Anda di sini memberikan gambaran visual tentang cara wudhu.
3) Bentuklah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil.
4) Minta beberapa di antara mereka menjelaskan apa yang Anda lakukan.
Satu persatu dari gerakan wudhu tadi. Jika siswa masih mengalami kesulitan
ulangi lagi demontrasinya.
5) Beri kesempatan masing-masing kelompok mempraktekkan yang Anda
demontrasikan (wudhu).
6) Akhiri dengan memberi tantangan kepada siswa untuk melakukan tata
cara wudhu dengan tartib (lengkap, berurutan dan dilakukan dalam satu waktu).
5.
Metode
Praktek
Dengan metode ini, Anda bisa mengajak siswa ke tempat wudhu atau,
sambil rekreasi, ke telaga dan di sana siswa diberi contoh dan dibimbing
melakukan cara-cara melakukan gerakan wudhu. Guru harus memperhatikan dengan
detail cara siswa mengambil air dan membasuhkannya ke anggota badan yang
dibasuh. Perhatikanlah, apakah bagian- bagian itu telah terbasuh dengan benar.
Perhatikan pula cara mereka mengusapkan air ke kepala. Kebanyakan anak-anak
usia itu, melakukannya dengan membasahi rambut. Jelaskan kepada mereka
perbedaan membasahi rambut dengan mengusapkan air ke kepala dalam wudhu.
Guru-guru kita di pesantren dan mushala mengajarkan wudhu dengan
cara ini. Mereka membawa semua santri ke tempat wudhu. Lalu kepada santri
diperlihatkan cara wudhu yang benar. Kadang guru kita memperlihatkan perbedaan
cara mengambil air wudhu dari keran air, dari telaga dan dari ember. Mereka
sangat hati-hati dalam masalah ini karena dalam fiqh ada konsep air musta'mal,
yaitu air yang telah terpakai, air yang dzatnya suci tapi tidak dapat
mensucikan diri dari hadats. Guru-guru kita juga sangat detail dalam cara
membasuh wajah, sampai tidaknya santri membasuh sikut yang biasanya terlewat
ketika membasuh tangan, atau sampai tidaknya membasuh mata kaki, dan
sebagainya.
Anda dapat menggunakan metode ini dengan memeriksa wudhu siswa satu
persatu atau satu kelompok kecil.
6.
Metode
Hapalan
Metode hapalan digunakan untuk mengajarkan doa wudhu. Dengan metode
ini, siswa dibimbing untuk mengikuti bacaan/niat dan doa setelah wudhu sampai
bisa. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyampaikan bacaan sedikit-sedikit
Guru membaca satu kalimat pendek dari doa tersebut lalu meminta murid mengikuti
bacaan. Lakukan berulang-ulang sampai murid lancar. Siswa dapat diajak membaca
doa tersebut (dan dibimbing) secara bersama-sama di awal atau di akhir
pembelajaran. Untuk menghindari kesalahan dalam mendengar kata-kata, Anda dapat
menulis di papan tulis doa tersebut. Jika siswa Anda belum lancar membaca doa
dengan teks Arab, Anda dapat menuliskannya dengan teks latin. Misalnya, seperti
di bawah ini:
asyhadu al-laa ilaaha illallooh
wahdahu laa syariikalah
wa asyhadu anna muhammadan
'abduhu wa rasuuluh
Alloohummaj'alnii minat-tawwaabiina
waj'alnii minal mutathohhiriin
Untuk metode hapalan, Anda bisa menggunakan media audio seperti
kaset atau CD.
7.
Metode
Kisah
Guru menceritakan kisah-kisah yang menarik tentang hikmah bersuci
dan wudhu dengan tujuan agar siswa tertarik untuk berwudhu dan membiasakan suci
dari najis dan hadats.
Di bawah ini adalah kisah yang dapat Anda sampaikan kepada siswa.
Kisah ini diambil dari buku Syarh. Irsydd al-'lbad karya Syaikh Zain al-Dtn
al-Maltbari:
Suatu
malam. Imam al-Ghazall bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia bertemu dengan
orang-orang yang sudah meninggal. Sang Imam bertanya, "Bagaimana kabar
kalian?"
Salah
seorang di antara mereka menjawab, "Suatu hari kami shalat tanpa wudhu
dulu, maka Allah mengutus ular untuk menemaniku di kuburan ini. Ini sungguh
suatu keadaan yang buruk dan menakutkan."
Anda bisa ceritakan hal itu ke siswa agar siswa mau berwudhu dengan
sempurna sebelum shalat. Tentu saja Anda harus menggunakan teknik yang bagus
dalam mengisahkannya, tetapi tidak berlebihan.
Untuk membiasakan memiliki wudhu Anda bisa menganjurkan siswa agar
berwudhu sebelum mandi, sebelum tidur, bahkan sebelum mereka berangkat ke
sekolah. Di bawah ini cerita tentang orang yang membiasakan wudhu:
Suatu
hari datang seorang santri kepada Syaikh Atha'illah al-Sakandari. Dia meminta
syaikh untuk memberinya ilmu kesaktian dan keajaiban. Syaikh mengabulkannya
dengan memberinya 2 saran. Pertama, harus selalu punya wudhu dalam setiap waktu
dan kesempatan, dan kedua, harus selalu shalat dua rakaat setelah wudhu.
(Minta
kepada siswa untuk membayangkan beratnya perjuangan santri untuk selalu punya
wudhu, apalagi di musim hujan. Dia harus memilih makanan dan minuman, yakni
hanya makan dan minum makanan yang tidak menghasilkan gas dalam perut. Dia juga
tidak boleh telat makan, karena telat makan dapat mengeluarkan gas di dalam
perut, dan lain-lain).
Setelah
satu tahun dengan perjuangannya, suatu hari santri pergi ke sumur untuk
mengambil air. Betapa heran dia, air yang ditimbanya berubah menjadi emas.
Cepat-cepat ia kembali ke gurunya dan menceritakan kejadian itu. Syaikh
berkata, "kamu sudah memiliki ilmu kesaktian dan keajaiban itu saat kamu
mengembalikan emas itu ke dalam sumur."
Sebelum menggunakan kisah sebagai metode mengajar, sebaiknya Anda
memperhatikan cara bercerita yang baik, antara lain:
a.
Anda harus
menyukai cerita yang akan dikisahkan.
b.
Anda harus
menguasai cerita tersebut
c.
Ingat tujuan
mengemukakan cerita
d.
Hayati
ceritanya, misalnya tirukan sikap sombong, marah, gembira, kaget dan sebagainya
sesuai cerita yang Anda sampaikan.
e.
Sampaikan
cerita dengan menunjuk gambar yang telah Anda siapkan sebelumnya.
f.
Nada suara
disesuaikan dengan cerita atau tokoh-tokohnya
g.
Anda harus peka
terhadap perilaku siswa saat mendengar cerita Anda, kalau siswa sudah bosan
cerita diperpendek, kalau senang cerita diulang dan diperpanjang.
8.
Evaluasi
Pembelajaran
Evaluasi atas keberhasilan pembelajaran yang Anda lakukan dapat
menggunakan metode-metode berikut:
a. Tanya jawab di akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami materi. Metode ini, bila digunakan sebagai metode evaluasi,
dapat diterapkan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam: 1) Menyebutkan
urutan-urutan gerakan wudhu, 2) menyebutkan hal-hal yang membatalkan wudhu, dan
sebagainya.
b. Quiz. Anda membuat sebanyak mungkin pertanyaan dengan jawaban
pendek (satu atau dua kata) untuk satu tema. Pertanyaan-pertanyaan itu
dibagikan kepada siswa untuk dijawab. Sesuaikan pertanyaan-pertanyaan itu
dengan materi pembelajaran yang dianggap penting.
c.
Mengamati
secara langsung cara-cara siswa melakukan wudhu satu persatu, sebagaimana dalam
metode praktek di atas.
d. Untuk menguji ingatan dan pemahaman siswa atas materi, Anda dapat
menggunakan teknik empty outline (baris-baris kosong). Teknik ini berbentuk
garis-garis kosong yang membantu siswa menyebutkan ulang materi pembelajaran
yang telah disampaikan. Teknik ini dapat Anda lakukan dengan cara mengikuti
langkah-langkah berikut:
1.
Anda buat satu
outline kosong atau sebagian kecil telah diisi, misalnya sebagai berikut:
Rukun Wudhu
1)
.......................
2)
.......................
3)
.......................
4)
Menyeka Kepala
5)
.......................
6) .......................
2.
Bagikan outline
itu kepada siswa.
3.
Suruhlah siswa
mengisi baris-baris kosong sesuai dengan batas waktu yang disediakan.
4.
Kumpulkan
jawaban siswa untuk dinilai.
Teknik ini sangat berguna untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyimak, berkonsentrasi, menghapal, dan mendengar. Teknik ini bisa dipadukan
dengan metode ceramah. Caranya, berikan outline sebelum Anda ceramah dan
beritahu siswa Anda untuk mengisikan bagian-bagian yang kosong saat Anda
menjelaskan.
BAB 4
PEMBELAJARAN MANDI WAJIB
A.
Mandi Wajib
Mandi wajib adalah menghilangkan hadats besar dengan cara membasuh
seluruh bagian tubuh mulai dari atas kepala hingga ujung kaki dengan air.
B.
Penyebab Mandi
1.
Berhubungan
suami-Istri
2.
Keluar mani
disebabkan oleh apa pun, mimpi, disengaja atau tidak sengaja. Kondisi ini
disebut janabat atau junub.
3.
Meninggal
dunia. Memandikan orang meninggal hukumnya fardhu kifayah, kecuali jenazah
orang yang mati syahid.
4.
Nifas
(bersalin; masa sesudah melahirkan, lamanya 40-60 hari).
5.
Selesai haid.
6.
Melahirkan,
termasuk keguguran.
C.
Fardhu Mandi
1.
Niat.
2.
Membasuh
seluruh badan dengan meratakan air ke rambut dan seluruh kulit tubuh.
D.
Sunnah Mandi
Wajib
1.
Membasuh
kotoran dan najis dari seluruh badan terlebih dahulu.
2.
Berwudhu
sebelum mandi.
3.
Membaca
basmalah pada permulaan mandi.
4.
Membasuh badan
sampai tiga kali.
5.
Tertib.
E.
Cara Mandi
Wajib
1.
Membasuh kedua
tangan.
2.
Membasuh
kemaluan dengan tangan kiri.
3.
Berwudhu.
4.
Menuangkan air
ke atas kepala sebanyak 3 kali untuk mencuci rambut dengan cara memasukkan
jari-jari ke sela-sela rambut.
5.
Membasuh
seluruh badan dengan air secara merata hingga bersih.
6.
Membasuh kaki
dengan mendahulukan yang kanan.
7.
Tidak
berlebihan dalam menggunakan air.
F.
Mandi Sunnah
1.
Mandi pada hari
jum’at sebelum shalat jum’at.
2.
Mandi hari raya
Idul Fitri dan Idul Adha.
3.
Mandi orang
gila setelah sembuh dari kegilaannya.
4.
Mandi ketika
akan ihram haji dan umrah.
5.
Mandi sehabis
memandikan mayat.
6.
Mandi orang
kafir setelah memeluk agama Islam.
7.
Mandi wanita
istihadlah.
8.
Mandi wanita
istihadlah.
G.
Darah Perempuan
1.
Darah Haid
·
Darah haid
adalah darah yang keluar dari rahim sejak balig yang datang pada waktu
tertentu, berwarna kehitaman, dan panas.
·
Haid biasanya
berlangsung enam atau tujuh hari tujuh malam. Adapun paling sedikit adalah
sehari semalam dan paling lama lima belas hari dan malam.
·
Suci antara
haid paling sedikit lima belas hari dan sebanyak-banyaknya tidak ada batasan.
·
Perempuan yang
sedang haid tidak diperbolehkan shalat, puasa, tawaf, menyentuh al-Qur’an dan
tidak boleh bersenggama.
·
Suami haram
mentalak ketika istri haid. Bagi perempuan hendaknya mengganti puasa wajib yang
ditinggalkan selama haid dan tidak diperintahkan untuk mengganti shalat.
2.
Darah Nifas
·
Darah nifas
adalah darah yang keluar pada rahim pada saat melahirkan dan beberapa waktu
sesudah melahirkan.
·
Masa nifas
paling sedikit sekejap ketika melahirkan, pada umumnya 40 hari dan paling lama
60 hari.
·
Adapun
perempuan yang sedang nifas, sebagaimana perempuan yang sedang haid dalam
masalah hukum Islam.
3.
Darah Istihadhoh
·
Darah
istihadhah adalah darah yang mengalir dari bagian bawah rahim yang disebabkan
oleh penyakit, bukan pada saat haid atau nifas.
·
Perempuan yang
sedang istihadhah sebagaimana perempuan yang sedang suci, diperbolehkan
mengerjakan ibadah seperti shalat, puasa dan ibadah lainnya.
F.
Pembelajaran Fiqih
1.
Metode Ceramah
Metode ceramah
digunakan untuk lima tujuan, yaitu: (a) menyampaikan informasi, (b) menerangkan
masalah, (c) menjelaskan sesuatu, (d) memberi motivasi, dan (e] mengajukan pendapat
pribadi.
Dalam pembelajaran
mandi wajib, metode ceramah dapat digunakan untuk; (1) menyampaikan informasi
tentang tujuan pembelajaran mandi wajib; (2) menerangkan apa dan bagaimana
mandi wajib; (3) menjelaskan sebab dan kegunaan mandi wajib; (4) memberi
motivasi siswa membaca buku tentang mandi wajib; dan (5) menyampaikan pendapat
Anda sendiri tentang masalah mandi wajib bila dirasa perlu.
Menggunakan metode
ceramah untuk menyampaikan informasi berarti memberi tahu siswa tentang suatu
fakta dengan tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat, atau kesenjangan antara
definisi dengan kenyataan, tidak problematik. Cukup sekedar pemberitahuan atau sekedar
diketahui. Anda bisa mengatakan:
-
tujuan pembelajaran mandi wajib adalah
-
jenis-jenis air suci adalah airsungai, air
sumur, airlaut, airhujan, airsalju, dan air dari mata air.
Ceramah juga dapat
Anda gunakan untuk menerangkan hakikat sesuatu atau cara melakukan sesuatu.
Misalnya Anda mengatakan:
-
Mandi besar adalah
-
Haid adalah
-
Cara-cara mandi wajib yang benar adalah
mengalirkan air ke seluruh tubuh disertai dengan niat mensucikan diri dari
hadats besar.
-
Cara mandi wajib yang benar dan sempurna sesuai
dengan sunnah Nabi adalah sebagai berikut:
1)
Sebelum mandi, membasuh telapak tangan tiga
kali
2)
Membasuh kemaluan
3)
Berwudhu secara sempurna
4)
Menyiramkan air ke kepala, sebanyak tiga kali
sambil memasukkan air dengan jari tangan ke sela-sela rambut, sehingga
membasahi kulit kepala.
5)
Menyiramkan air ke seluruh tubuh dengan memulai
dari sisi kanan … dan seterusnya.
Metode ceramah dapat
Anda gunakan untuk menjelaskan sesuatu yang memiliki hubungan dengan yang lain.
Anda menjelaskan "mengapa" atau "untuk apa" dari sesuatu
berarti Anda sedang menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan. Misalnya:
-
Mengapa cara mandi wajib perempuan berbeda
dengan cara mandi laki-laki? Hal itu karena perbedaan fisikdan keadaan antara
perempuan dan laki-laki,...dan seterusnya.
Ceramah bisa Anda
gunakan untuk memberi motivasi, menimbulkan minat dan perhatian siswa untuk
melakukan sesuatu. Ceramah juga dapat digunakan untuk menyampaikan pendapat
pribadi Anda tetang suatu masalah.
2.
Teknik Jigsaw
Untuk menyampaikan
materi mandi wajib kepada siswa kelas VI MI, Anda bisa menggunakan teknik
jigsaw dalam pembelajarannya. Teknik ini dapat mengaktifkan siswa serta melatih
siswa percaya diri dalam melakukan sesuatu serta melatih sikap tanggung jawab.
Teknik ini dapat Anda laksanakan, misalnya dengan mengikuti langkah-langkah
berikut:
1)
Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
Satu kelompok beranggotakan 4 orang.
2)
Tiap orang dalam kelompok diberi bagian materi
yang berbeda, misalnya:
Siswa pertama diberi materi: hal-hal yang haram dilakukan
oleh orang yang berhadats besar, seperti shalat, thawaf, memegang dan membaca
al-Quran, dan duduk atau berhenti di mesjid.
Siswa kedua membaca materi: cara-cara (rukun) mandi wajib,
yaitu (1) niat, dan (2) mengalirkan air ke seluruh tubuh.
Siswa ketiga menelaah materi: Mandi Sunnah, yaitu: (1) pada
hari jum'at; (2] hari raya 'idul fithri dan adha, (3) setelah memandikan mayat;
(4) memulai ihram untuk haji ataupun umrah, (5) sembuh dari kegilaan; dan (6)
saat masuk Islam.
Siswa keempat mempelajari materi: sunnah-sunnah mandi,
yaitu: (1) membasuh kedua telapak tangan tiga kali, [2] membasuh kemaluan, (3]
berwudhu, (4) menyiramkan air ke kepala tiga kali, dan (5) menyiramkan air ke
seluruh tubuh mulai dari sebelah kanan, dan (6] berturut-turut.
3)
Tiap orang dalam kelompok diberi tugas yang
berbeda
4)
Anggota tim yang berbeda, yang telah
mempelajari bagian/sub-bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok
ahli) untuk mendiskusikan sub-bab mereka. Misalnya, siswa yang mempelajari
cara-cara mandi wajib berkumpul bersama dalam kelompok baru untuk
mendiskusikannya.
5)
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli
anggota kelompok tersebut kembali ke kelompoknya semula dan bergantian
mengajarkan materi yang dikuasainya kepada teman sekelompok. Sementara anggota
tim yang lain mendengarkan dan membuat catatan
6)
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya
di depan kelas (klasikal).
7)
Guru memberikan evaluasi dan panduan
8)
Penutup.
3.
Teknik Student Team-Achievement Divisions
(STAD)
Hampir mirip dengan
teknik jigsaw, dalam mengajarkan materi mandi wajib Anda dapat juga menggunakan
teknik STAD dengan langkah-langkah berikut ini:
1)
Kelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok
dengan anggota kelompok 4 (empat) orang siswa.
2)
Guru menyajikan pelajaran mandi wajib dengan
menggunakan ceramah.
3)
Guru membagikan tugas kepada kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota-anggotanya. Tugas berupa membuat ringkasan ceramah.
4)
Anggota kelompok yang sudah mengerti diberi
tugas untuk menyampaikan materi yang dipahaminya kepada anggota kelompoknya,
sampai semua anggota kelompok mengerti.
5)
Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh
siswa. Pada saat menjawab kuis siswa tidak boleh saling mernbantu.
6)
Guru memberi evaluasi
7)
Guru memberikan kesimpulan.
4.
Teknik Membagi Kelompok
Dalam membuat
kelompok perlu memperhatikan pembagian siswa dengan adil dan merata, yakni
orang yang memiliki kemampuan akademik tinggi dikelompokkan dengan yang
kemampuannya menengah dan rendah. Di bawah ini contoh pembagian siswa dengan
cara tersebut:
Pengelompokan Heterogetitas berdasarkan
kemampuan akademik
Langkah I: Urutkan siswa berdasarkan kemampuan akademik |
Langkah II: Membentuk kelompok I |
Langkah III: Membentuk kelompok
selanjutnya |
1. Mikal |
1. Mikal |
1. Mikal |
2. Lukman |
2. Lukman |
2. Lukman |
3. Rahmi |
3. Rahmi |
3. Rahmi |
4. Naufa |
4. Naufa |
4. Naufa |
5. Imad |
5. Imad |
5. Imad |
6. Dimas |
6. Dimas |
6. Dimas |
7. Muslim |
7. Muslim |
7. Muslim |
8. llham |
8. llham |
8. llham |
9. Zidni |
9. Zidni |
9. Zidni |
10. Fadla |
10. Fadla |
10. Fadla |
11. Nanda |
11. Nanda |
11. Nanda |
12. Dinda |
12. Dinda |
12. Dinda |
13. Fahmi |
13. Fahmi |
13. Fahmi |
14. Syifa |
14. Syifa |
14. Syifa |
15. Ghina |
15. Ghina |
15. Ghina |
16. Lina |
16. Lina |
16. Lina |
17. Rizki |
17. Rizki |
17. Rizki |
18. Milla |
18. Milla |
18. Milla |
19. Tessa |
19. Tessa |
19. Tessa |
20. Ma'ruf |
20. Ma'ruf |
20. Ma'ruf |
21. Isti |
21. Isti |
21. Isti |
22. Haddad |
22. Haddad |
22. Haddad |
23. Arin |
23. Arin |
23. Arin |
24. Jaguar |
24. Jaguar |
24. Jaguar |
25. Zigzag |
25. Zigzag |
25. Zigzag |
26. Hilya |
26. Hilya |
26. Hilya |
27. Hifdi |
27. Hifdi |
27. Hifdi |
28. Hikam |
28. Hikam |
28. Hikam |
1 |
14 |
|
2 |
13 |
|
|
|
||
15 |
28 |
|
16 |
27 |
5.
Evaluasi Pembelajaran
Pada dasarnya
evaluasi pembelajaran mandi wajib dapat dilakukan melalui tes lisan, tertulis
maupun praktek. Dalam tes tulis, siswa dapat diberi soal berupa jawaban uraian
ataupun objektif. Teknik evaluasi yang dibahas pada kegiatan belajar
sebelumnya, di modul 2 dapat juga Anda gunakan untuk melakukan evaluasi pembelajaran
mandi wajib ini. Metode/teknik jigsaw ataupun student achievement yang telah
dijelaskan di atas dapat pula digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan
pengajaran.
Salah satu teknik
yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi pembelajaran adalah satu teknik
yang disebut dengan istilah muddiest point (masalah yang paling kabur). Teknik
ini dapat digunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam kecakapan mendengar, menyimak,
konsentrasi, menganalisa, dan menyimpulkan. Sekaligus dengan teknik ini seorang
guru dapat mengevaluasi dirinya dalam menampaikan materi. Pertanyaan-pertanyaan
yang dikumpulkan dari siswa dapat menjadi bahan review pelajaran pada pertemuan
berikutnya. Teknik ini dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
1)
Tentukan umpan balik {feedback] yang diinginkan
untuk materi pelajaran mandi wajib dari satu sesi pengajaran.
2)
Sediakan waktu beberapa menit di akhir sesi
pengajaran.
3)
Sebelum menugaskan siswa, beritahukan kepada
mereka berapa waktu yang tersedia untuk mengerjakannya dan apa kegunaan
pekerjaan itu.
4)
Kemudian, bagikan potongan-potongan kertas atau
kartu-kartu kepada mereka.
5)
Mintalah mereka menulis butir yang paling
kabur, materi yang paling tidak dipahami dari materi pelajaran yang telah
diberikan.
6)
Setelah siswa mengerjakannya, kumpulkan jawaban
mereka
7)
Berilah respon terhadap umpan balik siswa tersebut
pada pertemuan berikutnya.
BAB 5
PEMBELAJARAN
SHALAT
A.
Shalat
Shalat menurut bahasa adalah do’a. Menurut
istilah adalah ucapan dan aperbuatan yang dimulai dengan takbir diakhiri dengan
salam dengan maksud beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah
ditentukan. Perintah melaksanakan shalat
fardhu turun pada saat Rasulullah Saw melaksanakan Isra dan Mi’raj. Mendirikan
shalat fardhu merupakan rukun Islam kedua dan hukumnya fardhu ‘ain.
Artinya, shalat fardhu tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
B.
Kedudukan
Shalat
1.
Amal yang
pertama di hisab.
2.
Pembeda kafir
dan muslim.
3.
Tiang Agama.
4.
Wajib
diperintahkan sejak dini.
5.
Dimasukkan ke
neraka saqar.
6.
Shalat adalah
akhir wasiat Nabi Saw.
7.
Perintah untuk
keluarga.
8.
Allah mencela
orang yang melalaikan shalat.
9.
Wajib di qodho
jika ditinggalkan.
10.
Shalat
diwajibkan tanpa perantara Jibril dalam Isra’ dan Mi’roj.
11.
Awalnya
shalatdiwajibkan 50 sholat yang menunjukkan Allah sangat menyukai ibadah
shalat.
C.
Syarat
Wajib Shalat
1.
Muslim.
2.
Baligh.
3.
Berakal
sehat.
4.
Suci
dari haid dan nifas bagi perempuan.
5.
Mengetahui
ketentuan shalat fardhu.
6.
Terjaga,
seseorang yang tertidur dan lupa, wajib shalat ketika bangun atau ingat.
D.
Syarat
Sah Shalat
1.
Suci
dari hadat besar dan kecil.
2.
Badan,
pakaian, dan tempat shalat, suci dari najis.
3.
Menutup
aurat. Aurat laki-laki dari pusar sampai lutut dan bagi perempuan seluruh tubuh
kecuali muka dan telapak tangan.
4.
Telah
masuk waktu shalat.
5.
Menghadap
kiblat.
6.
Sadar
atau tidak mabuk.
E.
Rukun
Shalat
1.
Niat.
2.
Berdiri
menghadap kiblat bagi yang mampu.
3.
Membaca
takbiratul ihram.
4.
Membaca
Surat al-Fatihah.
5.
Ruku’
dengan tuma’ninah.
6.
I’tidal.
7.
Dua
kali sujud.
8.
Duduk
di antara dua sujud dengan tuma’ninah.
9.
Duduk
tawarruk, yaitu duduk ketika membaca tasyahud akhir.
10. Membaca tasyahud akhir.
11. Membaca shalawat kepada Nabi.
12. Mengucapkan salam yang pertama.
13. Tertib.
F.
Sunnah
Shalat
1.
Mengangkat
kedua tangan sejajar dengan pundak ketika membaca takbiratul ihram, hendak
ruku’, bangkit dari ruku’ dan hendak berdiri setelah duduk tasyahud awal.
2.
Bersedekap,
meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri.
3.
Pandangan
melihat ke tempat sujud.
4.
Membaca
doa iftitah sesudah takbiratul ihram sebelum membaca fatihah.
5.
Membaca
ta’awwudz sebelum membaca surah al-Fatihah.
6.
Mengucap
amin sesudah membaca surah al-Fatihah.
7.
Menyaringkan
bacaan surah al-Fatihah dan suah pendek ketika melaksanakan shalat Maghrib,
‘Isya dan Shubuh.
8.
Mendengarkan
bacaan imam untuk makmumnya.
9.
Mengucapkan
takbir setiap pergantian gerakan shalat.
10. Membaca do’a i’tidal.
11. Meletakkan kedua tangan di atas kedua lutut ketika ruku’.
12. Membaca doa ruku’ dan sujud.
13. Melakukan duduk iftirasy.
14. Melakukan duduk tawarruk pada tasyahud akhir.
15. Membaca sam’allahu liman hamidah ketika bangkit dari ruku’.
16. Membaca doa duduk di antara dua sujud.
17. Menoleh ke kiri pada salam kedua.
G.
Batal
Shalat
1.
Meninggalkan
salah satu rukun shalat.
2.
Meninggalkan
salah satu syarat shalat.
3.
Berbicara
selain bacaan shalat atau tertawa secara sengaja.
4.
Keluar
hadats besar dan hadats kecil.
5.
Terlihat
aurat pada saat shalat.
6.
Melakukan
gerakan yang tidak ada hubungannya dengan shalat secara sengaja.
7.
Makan
dan minum ketika sedang shalat dengan sengaja.
8.
Membelakangi
atau berubah kiblat.
H.
Waktu
Shalat Fardhu
1.
Zhuhur,
dimulai saat bayangan tepat berada di bawah badan dan berakhir saat bayangan
sama panjang dengan tubuh.
2.
Ashar,
dimulai ketika bayangan sama panjang dengan tubuh sampai mata hari terbenam.
3.
Maghrib,
dimulai setelah matahari terbenam sampai hilangnya mega (syafaq) merah.
4.
Isya,
dimulai ketika lenyap mega merah atau sehabis maghrib sampai terbit fajar.
5.
Subuh,
dimulai sejak terbit fajar sampai terbit matahari.
I.
Waktu
yang dilarang Mengerjakan Shalat
1.
Sesudah
shalat subuh sampai dengan terbit matahari.
2.
Pada
saat matahari terbit sampai matahari naik sedikit, kurang lebih 16 menit
setelah isyraq.
3.
Pada
saat matahari berada pada waktu istiwa (matahari berada pas di atas kita) yang
menyebabkan tidak munculnya bayang-bayang pada benda yang berdiri tegak.
4.
Setelah
shalat ashar sampai terbit matahari.
J.
Pengecualian
Shalat Pada Waktu Terlarang
1.
Shalat
sunnah yang dikerjakan karena suatu sebab, seperti tahiyatul masjid, shalat
gerhana, sehabis wudhu, dan lain sebagainya.
2.
Shalat sunnah
ketika matahari di tengah langit waktu istiwa pada hari jum’at.
3.
Shalat sunnah
di Mekkah.
K.
Shalat
Sunnah
Shalat sunnah disebut juga shalat
nawafil atau tathawwu’. Shalat sunnah adalah shalat tambahan dari
sahalat lima waktu. Antara lain:
1.
Shalat
Rawatib
Shalat sunnah
rawatib adalah sebagai berikut:
a.
2 rakaat sebelum
shalat subuh
b.
4 rakaat sebelum
shalat zhuhur
c.
4 rakaat sesudah
shalat zhuhur
d.
4 rakaat sebelum
shalat asar
e.
2 rakaat sebelum
shalat maghrib
f.
2 rakaat sesudah
shalat maghrib
g.
2 rakaat sesudah
shalat isya
Shalat sunnah rawatib yang disebutkan di atas ada di
antaranya yang dihukumi sunnah biasa dan ada sangat dianjurkan atau dihukumi
sunnah mu'akkadah (sunnah yang penting). Shalat sunnah rawatib yang bersifat
sunnah mu'akkadah yaitu:
a.
2 rakaat sebelum
shalat subuh
b.
2 rakaat sebelum
shalat zhuhur
c.
2 rakaat setelah
shalat zhuhur
d.
2 rakaat setelah
shalat maghrib
e.
2 rakaat sesudah
shalat isya
2.
Shalat
Dhuha
Shalat dhuha adalah shalat sunnah
yang dikerjakan pada pagi hari, waktunya dari matahari mulai meninggi,
kira-kira 15 menit setelah terbit matahari hingga 15 menit sebelum masuk waktu
zhuhur. Jumlah raka’at minimal 2 raka’at maksimal 12 raka’at.
3.
Shalat
Istisqa’
Shalat Istisqa adalah shalat sunnah
yang bertujuan meminta hujan. Dilaksanakan ketika terjadi kemarau
panjang. Shalat
istisqa’ biasanya dilakukan dilapangan terbuka.
4.
Shalat
Kusuf dan Khusuf
Shalat Kusuf dilakukan karena
terjadi gerhana matahari. Shalat Khusuf dilakukan karena terjadi gerhana bulan.
5.
Shalat
Istikharah
Shalat Istikharah adalah shalat yang
dikerjakan untuk memperoleh petunjuk yang baik dari Allah Swt. Shalat
ini dilakukan jika berhadapan dengan permasalahan yang berkaitan dengan
penentuan pilihan. Petunjuk kadang diperoleh melalui mimpi atau kemantapan
dalam hati untuk menentukan keputusan.
6.
Shalat
‘Id
Shalat ‘id meliputi dua shalat hari
raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Idul
Fitri dilaksanakan setelah selesai Ramadhan pada 1 Syawwal. Idul
Adha disebut juga Idul Kurban, dilaksanakan pada 10 Dzulhijjah.
Setelah berpuasa satu bulan, umat Islam bergembira.
Seperti kata Rasulullah, kegembiraan orang berpuasa itu ada dua. Pertama,
kegembiraan saat berbuka atau selesainya tugas puasa, dan kedua kegembiraan
saat bertemu Allah yang menyediakan pahala puasa. Kegembiraan selesai berpuasa
disambut dengan shalat dua rakaat yang dipenuhi ucapan pujian atas kebesaran
Allah pada tanggal satu syawal. Shalat itu disebut shalat sunnah 'id.
Selain pada tanggal satu syawal, shalat 'id
dilaksanakan juga pada tanggal 10 dzulhijjah. Shalat 'id yang ini bukan karena
selesainya puasa, namun karena pada hari itu para jamaah haji selesai melakukan
wukuf di 'arafah. Jadi umat Islam memiliki dua hari raya dan dua kali shalat
'id dalam satu tahun, yaitu shalat hari raya 'idu-l-fithri dan 'idu-l-adh-ha
Shalat 'idul fitri dan shalat idul adha dua shalat
yang dilakukan di lapangan terbuka (bila memungkinkan) pada dua hari raya.
Hukum shalat 'id adalah sunah mu'akkadah. Bahkan kaum perempuan yang sedang
haid pun disunnahkan untuk bisa hadir di tempat shalat, walaupun tidak ikut
shalat. Tata cara shalatnya memiliki kesamaan, hanya pada beberapa perbuatan
sunnah tertentu di luar shalat yang berbeda.
Adapun cara shalat 'id adalah sebagai berikut:
1) Niat
untuk shalat 'id (fitri atau adha)
2) Takbiratu-l-ihram
sebagaimana shalat biasa
3) Kemudian
diikuti takbir 7 kali dengan diiringi bacaan tasbih di antara takbir-takbir
itu.
4) Membaca
surat al-fatihah
5) Membaca
surat
6) Ruku',
I'tidal dan sujud seperti shalat biasa
7) Pada
rakaat kedua, saat berdiri dari sujud bertakbir 5 kali diselingi bacaan tasbih
seperti pada rakaat pertama.
8) Selanjutnya
seperti dalam shalat biasa.
9) Selesai
shalat, khatib melaksanakan khutbah dan jamaah mendengarkan sampai selesai.
7.
Shalat
Tahiyatul Masjid
Shalat Tahiyyatul Masjid dilakukan
sebagai bentuk penghormatan terhadap masjid. Shalat ini dilakukan dua raka’at
ketika masuk masjid sebelum duduk.
8. Shalat Tarawih
Shalat Tarawih dikerjakan setiap
malam pada bulan Ramadhan. Shalat tarawih boleh dilakukan berjamaah di masjid
atau di rumah. Waktu pelaksanaannya sesudah shalat Isya’ sampai sebelum sahur.
9.
Shalat
Witir
Shalat Witir adalah shalat sunnah
yang raka’atnya ganjil, yaitu shalat 1 raka’at, 3 raka’at, 5 raka’at, 7
raka’at, 9 raka’at, atau 11 raka’at. Waktu pelaksanaannya adalah malam hari,
sesudah shalat Isya’ sampai terbit fajar.
L. Sujud
Macam-macam
sujud antara lain:
1. Sujud Sahwi
Sujud sahwi adalah sujud karena
lupa. Sujud sahwi dilakukan karena meninggalkan pekerjaan atau bacaan tertentu
dalam shalat. Pelaksanaan sujud sahwi
sama dengan sujud pada umumnya. Jumlahnya dua kali diselingi duduk diantara dua
sujud. Sujud sahwi dilakukan sebelum salam. Dalam pelaksanaan shalat
berjama’ah, makmum harus mengikuti imam. Akan tetapi, jika imam lupa, makmum
harus mengingatkan. Makmum laki-laki mengingatkan dengan mengucapkan lafaz subhanallah,
sedangkan makmum perempuan mengingatkan dengan menepukkan tangan. Selanjutnya
imam melakukan sujud sahwi dan wajid diikuti oleh makmum. Hal-hal
yang menyebabkan sujud sahwi:
a.
Kekurangan
jumlah raka’at
b.
Ragu-ragu
bilangan raka’at
c.
Kelebihan
raka’at
d.
Lupa
tasyahud.
2.
Sujud
Tilawah
Sujud tilawah dilakukan ketika
seseorang membaca atau mendengar ayat-ayat sajadah yang dibacakan orang lain.
Namun, jika yang membaca tidak melakukan sujud tilawah, yang mendengarkan juga
tidak melakukan. Sujud tilawah dapat dilakukan pada waktu shalat, juga di luar
shalat. Hukum sujud tilawah adalah sunnah. Bacaan sujud tilawah adalah: “Aku
bersujud kepada Tuhan yang telah menjadikan dan membentuk aku dan telah
membukakan pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya”. (HR.
Al-Tirmidzi dan Abu Dawud).
a. Syarat Sujud Tilawah
1.
Suci
dari hadats dan najis.
2.
Menghadap
kiblat.
3.
Menutup
aurat.
4.
Dilakukan
ketika membaca atau mendengar ayat sajadah.
b.
Rukun Sujud Tilawah di luar shalat
1.
Niat.
2.
Takbiratul
Ihram.
3.
Sujud
satu kali.
4.
Memberi
salam sesudah duduk.
5.
Tertib.
c.
Ayat
Sajdah ada lima belas
1.
Surat
al-‘Araf (7): 206.
2.
Surah
ar-Ra’d (13): 15.
3.
Surah
an-Nahl (16): 50.
4.
Surah
al-Isra’ (17): 109.
5.
Surah
Maryam (19): 58.
6.
Surah
al-Hajj (22): 18.
7.
Surah
al-Hajj (22): 77.
8.
Surah
al-Furqan (25): 60.
9.
Surah
an-Naml (27): 26.
10. Surah As-Sajdah (32): 15.
11. Surah Shad (38): 24.
12. Surah Fushilat (41): 38.
13. Surah An-Najm (53): 62.
14. Surah al-Insyiqaq (84): 21.
15. Surah al-‘Alaq (96): 19.
3.
Sujud
Syukur
Sujud sukur artinya sujud terima
kasih. Sujud sukur ialah sujud yang dilakukan ketika seseorang memperoleh
kenikmatan dari Allah atau terhindar dari marabahaya. Sujud syukur adalah sunnah. Sujud syukur
dilakukan di luar shalat. Sujud syukur hanya dilakukan satu kali. Sujud syukur
hanya disunnahkan di luar shalat, tidak boleh dilakukan di dalam shalat
M. Shalat Orang yang Sedang Sakit
Apabila seseorang menderita sakit yang menyebabkannya tidak mampu
berdiri, ia dibolehkan shalat sambil duduk (seperti duduknya dalam tasyahud,
atau dengan cara bersila). Dan sekiranya tidak mampu melakukan ruku' dan sujud,
ia dibolehkan melakukannya dengan sedikit menundukkan kepalanya pada waktu
ruku' maupun sujud. Dalam hal ini sebaiknya menundukkan kepala sedikit lebih ke
bawah ketika sujud, dibandingkan dengan ketika ruku'.
Dan apabila tidak kuasa berdiri maupun duduk, hendaknya ia shalat sambil
tiduran dalam keadaan miring, sementara wajahnya menghadap kiblat. Dan apabila
yang demikian itu tidak kuasa dilakukannya, maka ia boleh melaksaakan shalat
dengan telentang, dengan kedua kakinya menghadap ke arah kiblat, sementara
ruku' dan sujudnya cukup dilakukan dengan mengerdipkan mata saja.
Dan apabila ia memulai shalatnya dalam keadaan berdiri, kemudian ia tidak
kuasa melanjutkannya seperti itu, dibolehkan baginya meneruskan shalatnya
sambil duduk dan seterusnya.
N. Pembelajaran Shalat
Untuk dapatmenyampaikan materi shalat, agar tercapai tujuan utama pembelajaran,
yaitu membentuk pribadi yang taqwa, diperlukan metode-metode pembelajaran yang
relevan. Untuk mencapai kompetensi menyebutkan shalat-shalat fardhu dapat menggunakan
ceramah, tanya jawab, dan hapalan. Sedangkan untuk mencapai kompetensi
menirukan gerakan menggunakan metode demontrasi ataupun latihan/praktek. Adapun
guna meraih kompetensi "mampu menirukan bacaan" menggunakan hapalan
dan penugasan.
1.
Metode Ceramah.
Metode ceramah dapat digunakan untuk
menyampaikan materi fiqh tentang ketentuan shalat, khususnya tentang kewajiban
shalat bagi setiap mu'min dan hal-hal yang bersifat teoritis lainnya. (Anda
dapat membaca kembali modul sebelumnya yang menjelaskan metode ini). Hal-hal
yang terkait dengan gerakan dan bacaan sebaiknya menggunakan metode lain yang
lebih efektif.
2.
Metode Tanya Jawab.
Metode ini dapat digunakan untuk
mengetahui pengetahuan siswa tentang kewajiban shalat, macam-macam shalat
sunnah, dan untuk mengetahui siapa di antara siswa yang sudah biasa
melaksanakan shalat di rumahnya.
Metode ini dapat juga digunakan
untuk menguji hapalan bacaan shalat atau memotivasi siswa untuk menghapalnya.
Contoh berikut ini adalah metode
tanya jawab yang difungsikan untuk menguji kemampuan hapalan atas bacaan
shalat.
-
Guru
membacakan satu bacaan, misalnya subhana rabbiya-l-'azhim, kemudian ia
meminta siswa untuk menyebutkan, kapan bacaan tersebut dibaca saat shalat.
(jawab: saat ruku'). Lakukan berulang-ulang.
-
Guru
dapat menunjuk seorang siswa untuk membacakan suatu bacaan, kemudian siswa yang
lain diminta menunjukkan saat kapan bacaan itu dibaca dalam shalat.
-
Guru
dapat membagi kelas kepada beberapa kelompok kecil. Satu kelompok menyebutkan
gerakan, kelompok lain melafalkan bacaan.
-
Untuk
setiap jawaban yang benar berikan pujian atau score. Bila ada jawaban yang
salah, guru segera memperbaikinya.
3.
Teknik Bola Pertanyaan
Teknik ini salah satu teknik yang
dapat digunakan dalam sesi tanya jawab. Teknik ini memadukan tanya jawab dengan
bermain-main yang mungkin akan cocok bila diterapkan kepada siswa dasar.
Untuk menggunakan teknik Bola Pertanyaan guru dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a.
Bagilah
setiap siswa dengan selembar kertas kosong
b.
Mintalah
setiap siswa menulis pertanyaan pada kertas tersebut. Mintalah kepada mereka
agar menulis pertanyaan dengan huruf cetak agar temannya dapat membacanya.
Siswa tidak perlu menulis namanya di kertas itu.
c.
Ajaklah
setiap siswa untuk meremas kertas itu menjadi sebuah bola.
d.
Guru
mengumpulkan bola-bola itu ke dalam keranjang dan membagikan kembali bola-bola
itu dengan melemparkan satu demi satu kepada setiap siswa di kelas. Atau, jika
kelas membutuhkan penyegaran fisik, guru dapat meminta siswa berdiri dan
bermain perang-perangan dengan saling melempar bola pertanyaan ke temannya.
Jaga agar tetap tertib. Beri waktu untuk hal itu selama 30 detik.
e.
Beri
aba-aba agar siswa mengambil satu bola. Mintalah mereka untuk membuka bola
tersebut dan menjawab pertanyaan yang ada di dalamnya.
f.
Setelah
beberapa menit mintalah beberapa siswa untuk maju ke depan membacakan soal
serta jawabannya secara bergiliran.
g.
Guru
dan siswa lain memberi umpan balik
h.
Guru
menyimpulkan dan menutup pembelajaran.
4.
Teknik Examples Non Examples
Dalam pembelajaran shalat, teknik
ini dapat digunakan untuk memperkenalkan gerakan-gerakan shalat dan urutannya
melalui sejumlah gambar. Penjelasan dengan menggunakan media gambar akan lebih
diingat siswa daripada penjelasan dengan cara ceramah. Sesuatu yang dapat
dilihat lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang didengar. Teknik
examples and examples ini dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
berikut:
a.
Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini
gambar-gambar gerakan shalat sesuai urutannya.
b.
Guru
menempelkan gambar shalat yang tidak beraturan di papan tulis atau ditayangkan
melalui LCD
c.
Guru
memberikan petunjuk "untuk mengurutkan gambar" dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar tersebut
d.
Melalui
diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas
e.
Tiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya dan mengurutkan gambar
shalat sesuai urutan yang sebenarnya.
f.
Mulai
dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang hendak dicapai.
g.
Guru
membuat kesimpulan
Selain teknik ini, Anda dapat baca
kembali teknik Picture and Picture dalam modul sebelumnya.
5.
Teknik Make a Match (Mencari
Pasangan)
Untuk mengingatkan siswa pada
ketentuan-ketentuan shalat yang telah diajarkan sebelumnya, guru dapat
menggunakan teknik Make a Match.
Teknik Make a Match dapat digunakan
untuk mengingatkan siswa pada materi yang sudah diajarkan dan dapat pula
digunakan menjelang ujian. Teknik ini lebih baik dan lebih efektif daripada
melakukan review melalui ceramah. Teknik Make a Match dapat guru lakukan dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu sebanyak jumlah murid dalam kelas
yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review atau
pengulangan materi. Misalnya:
Kartu
(1) (tertulis di dalamnya) NIAT SHALAT
Kartu
(2) (tertulis di dalamnya) Ushallifardhu-sh-shubhi dan seterusnya.
Kartu
(3) (tertulis di dalamnya) RUKU'
Kartu
(4) (tertulis di dalamnya) Subh&na rabbiya-l-'azhim
Kartu
(5) (tertulis di dalamnya) SYARAT SHALAT
Kartu
(6) (tertulis di dalamnya) Menutup Aurat
Dan
seterusnya. Masing-masing kartu berpasangan dengan kartu lainnya.
2) Guru membagikan kartu-kartu tersebut sehingga setiap siswa mendapat
satu kartu.
3) Guru meminta siswa untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartu yang dipegangnya.
4) Siswa dapat juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang
memegang kartu yang cocok dengannya.
6.
Teknik Explicit Intruction (Perintah yang Jelas)
Teknik Explicit Intruction dirancang
secara khusus untuk mengembangkan cara belajar siswa mengenai pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan cara
selangkah demi selangkah, setahap demi setahap. Teknik ini dapat digunakan
untuk mengajarkan keterampilan tertentu, termasuk di dalamnya keterampilan
melaksanakan gerakan shalat dan bacaannya. Untuk pembelajaran praktek shalat
teknik ini dapat digunakan dengan melalui cara-cara berikut ini:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk
melakukan shalat.
2) Guru mendemontrasikan keserasian gerakan dan bacaan shalat sesuai
dengan urutan shalat yang benar.
3) Setelah selesai mendemontrasikan, guru membimbing pelatihan shalat
yang serasi bacaan dengan gerakannya kepada siswa per kelompok.
4) Kemudian, guru melakukan pengecekan atas kemampuan siswa dan
memberikan
5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan
lebih lanjut.
7.
Teknik Modeling The Way
Dengan metode ini guru memperagakan
gerakan-gerakan shalat sesuai dengan urutannya yang benar. Untuk metode
demontrasi, di antaranya Anda dapat menggunakan teknik silent demonstration
yang telah dibahas di modul bersuci pada kegiatan belajar pembelajaran wudhu,
atau Anda dapat menggunakan teknik Modeling The Way. Teknik ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperagakan gerakan-gerakan shalat
yang telah dipelajari sebelumnya, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1)
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin di capai
2)
Guru
menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
3)
Menyiapkan
bahan atau alat jika diperlukan
4)
Menunjuk
salah seorang siswa atau sekelompok kecil siswa untuk mendemontrasikan gerakan
shalat dan bacaannya sesuai contoh dari Nabi Muhammad Saw.
5)
Seluruh
siswa diminta untuk memperhatikan demontrasi temannya
6)
Tiap
siswa diminta mengemukakan pemahamannya atas gerakan-gerakan yang dicontohkan.
7)
Guru
memberi ulasan dan kesimpulan.
8.
Metode Praktek.
Dalam metode praktek guru berperan
sebagai pembimbing. Guru membimbing siswa dalam mempraktekkan gerakan dan
bacaan shalat. Untuk itu guru harus menetapakan aspek-aspek yang akan
dibimbingkan kepada siswa. Guru harus memperhatikan:
a.
Apakah posisi tangan ketika takbiratul ihram sudah
tepat?
b.
Apakah posisi tangan ketika berdiri sudah benar?
Tangan kanan di atas tangan kiri?
c.
Apakah bacaan al-Fatihah siswa sudah benar?
d.
Apakah posisi rukuk siswa sudah benar?Jika belum
benar, koreksilah segera.
e.
Apakah posisi sujud siswa sudah benar? Apakah
posisi lima anggota tubuh dalam sujud (dahi, hidung, telapak tangan, lutut dan
jari kaki) sudah tepat? Jika belum, bimbinglah sampai benar.
f.
Apakah posisi duduk antara dua sujud atau tahiyat
awal dan tahiyat akhir sudah benar? Kalau belum, berilah contoh cara yang benar
dan bimbinglah siswa dengan lembut.
g.
Perhatikan apakah mereka melakukannya dengan
tumaninah.
h.
Begitu pula halnya dengan bacaan. Perhatikan bacaan
mereka, terutama surat al-Fatihah.
Untuk melakukan metode ini, guru
dapat mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok. Hal ini berguna untuk
menghemat waktu, tetapi kurang berguna untuk melihat kemampuan individual siswa
dalam mempraktekkan shalat dan bacaannya.
Metode praktek juga dapat dilakukan dengan cara membiasakan shalat
berjama'ah di mushola sekolah. Minta bantuan guru lain untuk bekerja sama dalam
hal ini.
9.
Metode Memory
Metrix
Untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pembelajaran, Anda perlu melakukan evaluasi. Beberapa metode di
atas, sebenarnya bisa digunakan juga sebagai alat ukur bagi keberhasilan
pembelajaran.
Untuk mengevaluasi aspek-aspek
teoritis dan bacaan dari materi shalat yang Anda ajarkan, Anda dapat memberikan
soal-soal untuk menguji memori anak didik. Salah satu metode evaluasi yang
dapat Anda gunakan adalah metode Memory
Metrix (Matrix Ingatan). Metode ini dapat Anda gunakan untuk mengevaluasi
ingatan, pemahaman dan pengetahuan awal.
Memory Metrix
adalah strategi penilaian yang terdiri dari baris-baris dan kolom-kolom yang
menilai ingatan siswa terhadap materi pembelajaran yang penting dan hubungan
antar materi serta menilai kecakapan siswa mengorganisir informasi ke dalam
kategori-kategori.
Metode ini dapat dilakukan dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Siapkan matrik kosong yang terdiri dari kolom-kolom dan
baris-baris.
2. Kemudian, isilah ruang yang kosong dengan fakta-fakta atau potongan
kalimat yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
3. Pastikan kesesuaian atau keserasian antara judul kolom dengan judul
baris.
4. Mintalah siswa untuk mengisi kolom-kolom yang kosong sesuai dengan
judul kolom dan judul baris,
5. Setelah selesai diisi siswa, kumpulkan matrik itu dan Anda siap
untuk melakukan koreksi hasil kerja siswa.
Contoh:
No |
Nama
Shalat |
Jumlah
Rakaat |
Waktu
Pelaksanaan |
Boleh
Jama/Qashar |
1 |
Subuh |
.......... |
.......... |
.......... |
2 |
.......... |
.......... |
Saat matahari di atas kepala sampai panjang bayangan setinggi
tubuh |
.......... |
3 |
Asar |
.......... |
.......... |
.......... |
4 |
.......... |
Tiga rakaat |
.......... |
.......... |
5 |
.......... |
.......... |
.......... |
Boleh di jama’ atau qashar dengan maghrib saat bepergian |
10.
Edarkan Topi
Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
menyampaikan materi ketentuan shalat 'id adalah dengan berbagi pertanyaan
melalui edaran topi ke seluruh siswa. Teknik ini dapat digunakan untuk
memantapkan pemahaman siswa atas paparan guru sebelumnya. Teknik ini dilakukan
dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
1) Mintalah
setiap orang untuk menuliskan pertanyaan (satu atau lebih) mengenai ketentuan
shalat 'id pada sebuah kartu dan mintalah merka untuk menaruhnya di dalam
sebuah topi yang disediakan/diedarkan
2) Lalu,
mintalah seluruh siswa untuk mengambil pertanyaan dari topi yang sudah diaduk.
Mintalah untuk membaca pertanyaannya di depan kelas.
3) Persilahkan
siswa untuk menjawab. Orang pertama yang dapat menjawab dengan benar mendapat
nilai atau hadiah ringan berupa kacang, permen, gula-gula, kuaci dan lain-lain.
4) Guru
bisa ikut/membantu menjawab pada pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh
siswa.
11.
Questions
Students Have (Pertanyaan Siswa)
Dalam satu sesi pengajaran, sering ditemukan siswa
takut atau malu untuk bertanya. Padahal ia ingin bertanya. Karena banyak yang
takut dan malu bertanya, akhirnya kelas jadi monoton. Untukmengaktifkan siswa
dalam bertanya dan menanggapi rasa takut dan malunya, guru dapat menggunakan
teknik ini. Dengan cara mengajar ini siswa pemalu mendapatkan kesempatan untuk
bertanya secara tertulis. Untuk mempraktekkan teknik ini, seorang guru dapat
mengikuti langkah-langkah brikut ini:
1) Guru
membagikan potongan-potongan kertas (ukuran kartu pos) kepada siswa.
2) Mintalah
kepada setiap siswa untuk menuliskan satu pertanyaan yang berkaitan dengan
materi shalat 'id, atau yang berhubungan dengannya (tidak perlu menuliskan nama
atau identitas).
3) Setelah
semua selesai membuat pertanyaan, mintalah masing-masing siswa untuk memberikan
pertanyaan itu kepada teman di samping kirinya. Dalam hal ini, jika posisi
duduk siswa adalah lingkaran, nantinya akan terjadi gerakan perputaran kertas
searah jarum jam. Jika posisi duduk berderet, sesuaikan dengan posisi mereka,
asalkan semua siswa dapat giliran untuk membaca semua pertanyaan dari
teman-temannya.
4) Pada
saat menerima kertas dari teman di sampingnya, mintalah siswa untuk membaca
pertanyaan tersebut. Jika pertanyaan itu termasuk pertanyaan yang ingin ia
ketahui jawabannya, maka ia harus memberi tanda centang (V), jika tidak,
berikan langsung kepada teman di samping kirinya.
5) Ketika
kertas pertanyaan tadi kembali kepada pemiliknya, mintalah siswa untuk
menghitung tanda centang yang ada pada kertasnya. Pertanyaan yang paling banyak
mendapat tanda centang mendapat giliran untuk dibacakan, dan kemudian dijawab
oleh guru. Lanjutkan dengan pertanyaan yang memiliki centangan lebih sedikit,
dan seterusnya.
6) Berilah
respon kepada pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan salah satu dari respon di
bawah ini:
a)
Beri jawaban
langsung secara singkat
b) Menunda
jawaban sampai pada waktu yang tepat atau waktu membahas topik tersebur,
c)
Menjelaskan bahwa
mata kuliah ini tidak akan sampai membahas pertanyaan siswa tersebut. Jawaban
secara pribadi akan diberikan di luar kelas.
7) Jika
waktu cukup, minta beberapa orang siswa untuk membacakan pertanyaan yang dia
tulis meskipun tidak mendapatkan tanda centang yang banyak, kemudian berikan
jawaban.
8) Kumpulkan
semua kertas. Besar kemungkinan ada pertanyaan-pertanyaan yang akan anda jawab
pada pertemuan berikutnya.
12.
Teknik
Think-Pair-Share
Think-Pair-Share secara bahasa berarti berpikir,
berpasangan dan berbagi. Sebagai teknik pembelajaran Think-Pair-Share berarti mengaktifkan
siswa untuk memikirkan pertanyaan atau tugas dari guru secara mandiri, kemudian
mendiskusikannya dengan pasangan yang diikuti dengan berbagi bersama pasangan
lain. Dengan kata lain, berpikir sendiri, lalu berdiskusi berdua, kemudian
berbagi jawaban dengan empat orang. Teknik ini dapat mengoptimalkan partisipasi
siswa dalam pembelajaran. Dibandingkan dengan sistem klasikal, yang
memungkinkan hanya satu siswa yang maju, teknik ini memungkinkan partisipasi
yang lebih, bahkan sampai delapan kali lipat metode klasikal.
Dalam mengajarkan ketentuan shalat rawatib dengan
teknik ini, guru dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Guru memberikan
tugas kepada semua siswa untuk menjawab pertanyaan/tugas tertentu. Dalam
pembelajaran shalat rawatib, misalnya guru memberi pertanyaan:
"Di mushalla kalian sering kalian
jumpai orang yang melaksanakan shalat sebelum dan setelah shalat fardhu. Itu
namanya shalat rawatib. Coba kalian ingat-ingat berapa rakaat shalat rawatib
yang dilakukan orang ituljika seluruh rakaat rawatib digabung jumlahnya menjadi
20 rakaat. Tugas kalian mencatat kapan saja shalat rawatib itu dilakukan?"
2)
Setiap siswa
secara perorangan memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut.
3)
Setelah selesai,
minta siswa untuk berpasangan dengan seorang siswa di sampingnya dan
mendiskusikan jawaban pertanyaan/tugas tadi.
4)
Kemudian, minta
dua pasang siswa untuk saling bertemu dan berbagi jawaban.
5)
Kemudian, minta
perwakilan kelompok untuk mengemukakan jawaban di depan kelas. Kelompok lain
mendengarkan dan memberi umpan balik.
6)
Guru mengevaluasi
dan menyimpulkan.
13.
Teknik
Numbered Head
Selain berguna untuk menyampaikan materi ketentuan
shalat rawatib, teknik ini melatih siswa belajar melaksanakan tanggung jawab
pribadinya dalam hubungannya dengan kelompok. Dalam pembelajaran ketentuan
shalat rawatib teknik ini dapat diterapkan dengan
mengikuti langkah-langkah berikut:
1) Siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
2) Berikan
tugas kepada siswa berdasarkan nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas
membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data untuk menjawabnya; siswa nomor
2 bertugas menyelesaikan soal; dan siswa nomor 3 bertugas mencatat dan
melaporkan hasil kerja kelompok.
3) Jika
diperlukan guru bisa meminta mereka bekerja sama dengan kelompok lain. Siswa
dapat diminta untuk keluar dari kelompok asalnya dan bergabung dengan
siswa-siswa dari kelompok lain yang bernomor sama. Siswa-siswa tersebut bisa
saling membantu dalam menyelesaikan tugas dan mencocokkan hasil kerjanya. Hal
ini terjadi bila tugas-tugas lebih sulit dikerjakan.
14.
Teknik
Two Stay-Two Stray
Two stay-two stray artinya dua orang tetap tinggal dan
dua orang pergi bertamu. Lebih jelasnya, satu kelompok terdiri dari 4 anggota.
Dua anggota di antaranya bertugas untuk mengunjungi kelompok lain, sedangkan
dua anggota sisanya tetap berada di tempat. Teknik ini selain berguna untuk
memberikan pemahaman secara aktif atas materi shalat rawatib yang sedang
diajarkan, ia juga bermanfaat untuk membina interaksi sosial dan kerja sama
yang baik.
Dalam pembelajaran shalat rawatib, guru dapat
menggunakan teknik ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Siswa
dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, dengan anggota empat orang pada masing-masing
kelompoknya.
2) Guru
membagi tugas kepada setiap kelompok. Misalnya, guru memberi tugas: menyebutkan
shalat rawatib yang hukumnya sunnah mu'akkadah
3) Siswa
bekerja bersama secara kelompok.
4) Setelah
menemukan jawaban, dua orang siswa diminta berkunjung ke dua kelompok yang
berbeda. Di sana ia bertugas menanyakan jawaban dari pertanyaan guru. Kemudian
kembali ke kelompoknya.
5) Dua
orang yang tinggal bertugas menerima tamu dan menjamu tamu dengan memberi
informasi atau jawaban dari pertanyaan guru. Tamu disuruh kembali ke
kelompoknya.
6) Dua
orang yang bertamu pulang ke kelompoknya dan melaporkan oleh-olehnya
(informasi/jawaban dari kelompok lain)
7) Kelompok
mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
8) Setelah
selesai, guru dapat meminta perwakilan kelompok melaporkan hasil kerjanya.
9) Guru
melakukan evaluasi dan menutup kegiatan.
15.
Teknik
Keliling Kelompok
Teknik ini mudah dilakukan. Guru bertugas meninjau
kegiatan siswa. Sedangkan siswa mengemukakan pendapatnya secara bergiliran
kepada temannya. Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
berikut:
1) Kelompokkan
siswa ke dalam beberapa kelompok
2) Berikan
tugas kepada kelompok, misalanya:
"menyebutkan
shalat rawatib yang hukumnya sunnah mu'akkadah"
3) Salah
satu siswa, anggota kelompok, memulai menyampaikan pendapatnya tentang jawaban
tugas dari guru.
4) Siswa
berikutnya bertugas menyampaikan pendapatnya setelah siswa pertama selesai
5) Kemudian
siswa ketiga, keempat, kelima dan seterusnya memaparkan kepada anggota
kelompoknya secara bergantian.
6) Guru
meninjau dan mengevaluasi.
16.
Metode
Teladan dan Pembiasaan
Untuk memenuhi kompetensi "siswa dapat menirukan
shalat rawati dengan menampilkan keteladanan dan pembiasaan. Logikanya, siswa
tid meniru kalau tidak ada yang bisa ditiru. Tentu saja dalam hal ini guru fiqh
d lainnya. Begitu pula halnya dengan pembiasaan. Agar peniruan menjadi ke perlu
dilakukan kegiatan yang berulan-ulang.
Untuk keteladanan dan pembiasaan membutuhkan kerja
sama semua pi dan kondisi sekolah harus diciptakan sedemikian rupa. Hal ini
berarti melib civitas sekolah. Selain itu, guru fiqh juga dapat meminta orang
tua siswa d ngaji siswa untuk bekerja sama mengamati dan menanamkan kebiasaan
si di lingkungannya.
17.
Metode
Targhib-Tarhib
Targhib adalah janji akan adanya kesenangan,
kenikmatan ukhrawi bujukan, sedangkan tarhib adalah ancaman atas tindakan
berdosa ya Metode ini digunakan Nabi untuk membujuk dan menakuti umat agai
perintah Allah. Metode targhib dan tarhib adalah metode bujukan dai Metode ini
dapat dilakukan dengan menyampaikan hadis-hadis Nabi memberi dorongan semangat
beribadah. Untuk shalat rawatib Anda dapat hadis-hadis di bawah ini:
Dari 'Alsyah, dari Nabi Saw. Beliau berkata, "Dua
rakaat (shalat sunnah) dari dunia dan isinya" (HR Muslim)
Dari Ummu Habibah, istri Nabi Saw. Bahwa Nabi
bersabda, "Siapa saja empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat
setelahnya dihar neraka" (HR Abu Dawud)
18.
Active
Knowledge Sharing (Saling Tukar Pengetahuan)
Dalam kegiatan belajar siswa diharuskan untuk aktif
mencari pengetahuan. Oleh karenanya, guru harus pandai memilih metode mengajar
agar siswa tidak segan mencari pengetahuan dan bekerja sama. Langkah-langkah di
bawah ini dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa dalam mempelajari
materi shalat 'id.
1) Buatlah
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran (shalat 'id) yang
akan anda ajarkan. Pertanyaan itu dapat berupa:
-
definisi shalat
'id;
-
cara-cara shalat
'id
-
sunnah-sunnah hari
raya
-
kebiasaan-kebiasan
pada hari raya
-
dan lain-lain
2) minta
siswa untuk menjawab sebaik-baiknya
3) minta
semua siswa untuk berkeliling mencari teman yang dapat membantu menjawab
pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan jawabannya. Tekankan pada mereka
untuk saling membantu.
4) Mintalah
siswa untuk kembali ke tempat duduk mereka, kemudian periksalah jawaban mereka.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa. Gunakan
jawaban-jawaban yang muncul sebagai jembatan untuk mengenalkan topik yang
penting di kelas.
19.
Metode
Silent Demontration.
Metode demontrasi digunakan untuk menunjukkan
gerakan-gerakan shalat 'id. Untuk mengajarkan gerakan shalat 'id dengan metode
ini, Anda dapat melakukan teknik Silent Demontration (demontrasi diam) dengan
mengikuti langkah-langkah berikut:
1) Tentukan
prosedur dan langkah-langkah yang akan diajarkan kepada siswa, dalam hal ini
gerakan-gerakan shalat 'id secara tertib dan khutbahnya, misalnya:
a)
Niat
untuk shalat 'id (fitri atau adha)
b)
Takbiratu-l-ihrdm
sebagaimana shalat biasa
c)
Kemudian
diikuti takbir 7 kali dengan diiringi bacaan tasbih di antara takbir-takbir
itu.
d)
Membaca
surat al-fatihah
e)
Membaca
surat
f)
Ruku',
I'tidal dan sujud seperti shalat biasa
g)
Pada
rakaat kedua, saat berdiri dari sujud bertakbir 5 kali diselingi bacaan tasbih
seperti pada rakaat pertama.
h)
selanjutnya
seperti dalam shalat biasa.
i) selesai
shalat, khatib melaksanakan khutbah dan jamaah mendengarkan sampai selesai.
2) Mintalah
siswa untuk memperhatikan cara Anda memperagakannya. Lakukan dengan memberi
penjelasan atau komentar sesedikit mungkin. Ingat! Tugas Anda di sini
memberikan gambaran visual tentang cara shalat 'id.
3) Bentuklah
siswa menjadi kelompok-kelompok kecil.
4) Minta
beberapa di antara mereka menjelaskan apa yang Anda lakukan. Satu persatu dari
gerakan shalat 'id tadi. Jika siswa masih mengalami kesulitan ulangi lagi
demontrasinya.
5) Beri
kesempatan masing-masing kelompok
mempraktekkan yang Anda demontrasikan.
6) Akhiri
dengan memberi tantangan kepada siswa untuk melakukan tata cara shalat 'id
dengan tartib.
20.
Teknik
Reading Guide (Penuntun Bacaan)
Untuk menjalankan teknik ini Anda dapat mengikuti
langkah-langkah berikut:
1) Tentukan
bacaan yang akan dipelajari. Anda dapat memperolehnya dari buku ajar, buku fiqh
atau artikel di koran atau majalah. Di bawah ini adalah salah satu contohnya:
SHALAT ORANG YANG SEDANG SAKIT
Apabila
seseorang menderita sakit yang menyebabkannya tidak mampu berdiri, ia
dibolehkan shalat sambil duduk (seperti duduknya dalam tasyahud, atau dengan
cara bersila). Dan sekiranya tidak mampu melakukan ruku' dan sujud, ia
dibolehkan melakukannya dengan sedikit menundukkan kepalanya pada waktu ruku'
maupun sujud. Dalam hal ini sebaiknya menundukkan kepala sedikit lebih ke bawah
ketika sujud, dibandingkan dengan ketika ruku'.
Dan apabila
tidak kuasa berdiri maupun duduk, hendaknya ia shalat sambil tiduran dalam
keadaan miring, sementara wajahnya menghadap kiblat. Dan apabila yang demikian
itu tidak kuasa dilakukannya, maka ia boleh melaksaakan shalat dengan
telentang, dengan kedua kakinya menghadap ke arah kiblat, sementara ruku' dan
sujudnya cukup dilakukan dengan mengerdipkan mata saja.
Dan apabila
ia memulai shalatnya dalam keadaan berdiri, kemudian ia tidak kuasa
melanjutkannya seperti itu, dibolehkan baginya meneruskan shalatnya sambil
duduk dan seterusnya.
Sumber: Muhammad
Bagir al-Habsyi, Fiqih Praktis, Jilid 1.
2) Buatlah
pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa. Untuk teks yang berbeda
Anda bisa menggunakan kisi-kisi, bagan, atau skema yang dapat diisi oleh siswa.
Untuk teks di atas Anda bisa menggunakan pertanyaan-pertanyaan pemandu bacaan,
sebagai berikut:
a.
Cara
shalat orang yang tidak bisa berdiri karena sakit dengan cara ....
b.
Cara
shaiat sambil duduk adalah duduk... atau ...
c.
Cara
ruku'dan sujud dalam shalat sambil duduk adalah dengan ...
d.
Apa
beda cara ruku' dan sujud orang yang shalat sambil duduk?
e.
Bagaimana
cara shalat orang yang tidak bisa berdiri dan duduk?
f.
Bagaimana
cara ruku' dan sujud orang yang shalat sambil telentang?
3) Bagikan
bahan bacaan tersebut disertai dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
4) Tugaskan
siswa untuk mempelajari bacaan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang
telah diberikan.
5) Bahas
pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menanyakan jawabannya kepada siswa.
6) Di
akhir pembelajaran berikan ulasan secukupnya.
21.
Kekuatan
Dua Orang (The Power
of Two)
Dua kepala atau dua pikiran akan lebih baik dari pada
satu. Itulah prinsip yang dianut teknik The Power of Two ini. Teknik ini
digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dan menegaskan manfaat dari sinergi
antara dua orang dalam menjawab suatu persoalan.
Dalam pengajaran "shalat bagi orang sakit",
teknik ini diterapkan dengan mengikuti langkah-langkah di bawah ini:
1) Berikan
siswa satu atau beberapa pertanyaan yang memerlukan perenungan dan pemikiran.
Berikut adalah beberapa contohnya:
-
Bagaimana
cara menunaikan dan melakukan gerakan-gerakan "shalat bagi orang
sakit" yang tidak bisa berdiri?
-
Bagaimana
cara menunaikan dan melakukan gerakan-gerakan "shalat bagi orang
sakit" yang tidak bisa duduk?
2) Mintalah
siswa untuk menjawab pertanyaan secara inividual atau perseorangan.
3) Setelah
semua siswa untuk menyelesaikan jawaban mereka, desainlah siswa menjadi
sejumlah pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.
4) Mintalah
pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap pertanyaan atau mendiskusikan dan
memperbaiki tiap jawaban yang tadi telah dikerjakan secara individual.
5) Bila
semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban-jawaban dari
tiap pasangan dengan pasangan lain di dalam kelas.
6) Sebagai
variasi, Anda dapat meminta seluruh siswa agar memilih jawaban terbaik untuk
tiap pertanyaan.
7) Sebagai
variasi juga, Anda dapat memberikan pertanyaan khusus kepada pasangan tertentu,
bukannya memerintahkan semua pasangan menjawab semua pertanyaan. Hal ini
berguna untuk menghemat waktu.
22.
Pertanyaan
Pembalikan Peran
Sekalipun Anda meminta siswa untuk bertanya selama
berlangsungnya pelajaran, bukan hanya pada akhir pelajaran, Anda mungkin akan
mendapatkan tanggapan yang hangat-hangat kuku atau biasa-biasa saja. Bayangkan
apa yang Anda rasakan, ketika Anda bertanya, "apakah ada
pertanyaan?", dan tiada siswa yang bertanya! Mungkin Anda sedih karena
tidak mendapat respon yang baik dari siswa, mungkin juga khawatir,
jangan-jangan siswa tidak paham dengan materi yang diajarkan. Oleh karena itu
Anda harus mencari metode yang tepat agar Anda dapat mengetahui isi kepala anak
didik. Anda bisa membalik peran. Anda bertanya, siswa yang menjawab. Namun,
untuk membalik peran dengan baik Anda membutuhkan langkah-langkah tertentu yang
tepat.
Di bawah ini adalah langkah-langkah pembalikan peran
yang dapat Anda pertimbangkan untuk diterapkan dalam pembelajaran "shalat
bagi orang sakit".
1) Susunlah
pertanyaan yang akan Anda ajukan tentang beberapa materi pelajaran mengenai
tata cara shalat bagi orang sakit, jika Anda berperan sebagai siswa. Buatlah
pertanyaan-pertanyaan yang berupa:
-
klarifikasi
materi yang sulit atau rumit (misalnya, "Tolong Anda jelaskan lagi tata
cara shalat bagi mereka yang tidak bisa shalat sambil berdiri karena
sakit").
-
perbandingan
materi dengan informasi lain (misalnya, "Apa bedanya cara ruku' dalam
shalat sambil berdiri dan shalat sambil duduk?"
-
tantangan
untuk berbeda pendapat dengan Anda (misalnya, "Mengapa orang sakit harus
shalat? Bukankah ini menyusahkan?")
-
permintaan
diberikan contoh tentang gagasan yang tengah dibahas (misalnya, "Bisakah
kalian berikan contoh tentang sakit apa yang membuat orang harus shalat sambil
telentang?")
-
ujian
atas daya serap siswa terhadap materi pelajaran (misalnya, "Bagaimana saya
dapat melasanakan shalat dalam kondisi duduk bersila?")
2) Pada
awal sesi pertanyaan, umumkan kepada siswa bahwa Anda akan "menjadi"
mereka (siswa), dan mereka secara bersama-sama akan "menjadi" anda
(guru). Lanjutkan kegiatan dengan pengajuan beberapa pertanyaan.
3) Bersikaplah
argumentatif, penuh canda, atau apapun untuk memancing mereka agar membombardir
Anda dengan banyak jawaban.
4) Membalikkan
peran beberapa kali akan menjadikan siswa siap dan mendorong mereka untuk
mengajukan pertanyaan mereka sendiri.
Selain menggunakan langkah-langkah di atas, Anda dapat
memodifikasi langkah-langkah itu dengan menggunakan variasi, misalnya
sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
1) Sebagai
ganti penggunaan teknik ini pada awal sesi tanya jawab, baliklah posisi siswa
ketika mereka telah puas dengan pertanyaan, atau
2) Ubahlah
acaranya menjadi semacam konferensi media. Anda menjadi media, yang
memperkenalkan diri sebagai Arif Suditomo dari RCTI atau semacamnya, dan hujani
siswa dengan pertanyaan yang menyelidik atau menyerang.
23.
Tari
Bambu
Teknik ini disebut dengan teknik tari bambu karena
diadopsi dari permainan tari bambu yang terkenal itu. Yang diadopsi dari
permainan itu adalah posisi siswa berdiri dalam kegiatan belajar, yakni
berjajar ke belakang dan berhadapan dengan jajaran lain di sebelahnya. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi keadaan ruang kelas yang banyak dipenuhi meja.
Dengan teknik ini siswa dan guru tidak perlu menata meja di pinggir tetapi
dapat menempatkan siswa berjajar di sela-sela atau ruang-ruang kosong antara
meja dengan meja. Teknik ini berguna untuk pertukaran informasi, pengalaman,
dan pikiran. Teknik ini terstruktur sedemikian rupa dan karenanya siswa dapat
berbagi gagasan dengan beberapa siswa lain atau pasangannya dalam waktu singkat
dan teratur
Untuk menerapkan teknik ini Anda perlu memperhatikan
langkah-langkah operasionalnya, yaitu:
1) Separuh
kelas atau seperempatnya berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa
berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain siswa berjajar di sela-sela deretan
bangku. Cara kedua akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu
yang relatif singkat
2) Separuh
kelas lain berjajar di sisi yang berbeda dan menghadap jajaran yang pertama,
sehingga berhadap-hadapan.
3) Dengan
demikian dua siswa dari kedua jajaran menjadi berpasangan.
4) Mintalah
pasangan-pasangan itu untuk berbagi informasi tentang cara "shalat bagi
orang sakit". Misalnya, tentang cara-cara melakukan ruku atau sujud dalam
shalat sambil duduk atau berbaring.
5) Kemudian,
satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung
lainnya dijajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini,
masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran
bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan
Langkah-langkah yang telah dilakukan di atas dapat
dioptimalkan dengan memakai beberapa variasi, misalnya:
1) Satu
kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain. Ini disebut
dengan Tari Bambu Kelompok.
2) Kelompok
bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu yang dijelaskan di atas dan
saling berbagi, seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
24.
Mempraktekkan
Materi Yang Diajarkan
Betapapun gamblangnya penjelasan verbal atau visual
yang Anda berikan, adakalanya sejumlah materi atau prosedur/gerakan masih belum
bisa dipahami. Oleh karena itu dibutuhkan cara belajar yang berbeda dan
melibatkan peran serta siswa di dalamnya. Salah satu cara untuk membantu
membangun gambaran tentang materi yang diajarkan adalah dengan meminta untuk
mempraktekkan atau menerapkan prosedur/gerakan yang Anda jelaskan.
Teknik ini dapat diterapkan dalam pembelajaran
"shalat bagi orang sakit dengan mencermati dan mengikuti langkah-langkah
operasionalnya, yaitu:
1) Pilihlah
sebuah konsep (atau sejumlah konsep terkait) atau gerakan yang bisa digambarkan
dengan memperagakannya. Dalam materi pembelajaran ini adalah cara "shalat
bagi orang sakit", yaitu cara melakukan gerakan shalat dengan duduk, cara
melakukan gerakan shalat dengan berbaring miring dan cara melakukan gerakan
shalat dengan telentang. Kemudian peragakan di depan siswa.
2) Mintalah
siswa untuk maju ke depan kelas dan tugaskan mereka untuk melakukan simulasi
gerakan tadi. Sebelumnya sediakan meja yang lebar untuk peragaan, atau boleh
saja di lantai asal sudah diberi alas tikar atau karpet. Hanya saja kalau di
bawah tidak mudah dilihat oleh siswa lain.
3) Atau,
[a) buatlah kartu besar yang mencantumkan gambar bagian-bagian dari
gerakan-gerakan tersebut; (b) berikanlah kartu-kartu itu kepada sejumlah siswa;
(3) posisikan siswa yang memegang kartu sedemikian rupa agar kartu itu
berurutan dengan benar, dan (4) siswa lain diminta untuk memperhatikan urutan
itu.
4) Atau,
tunjuklah beberapa siswa untuk mempraktekkan gerakan itu setahap demi setahap
dengan disaksikan siswa lain maupun semua kelompok siswa diberi giliran
memperagakan.
5) Diskusikan
peragaan yang telah disampaikan
25.
Pasangan
dalam Praktik Pengulangan
Praktek atau peragaan shalat bagi orang sakit dapat
diajarkan secara berulang-ulang. Pengulangan ini bertujuan untuk memastikan
bahwa siswa dapat mendemontrasikan cara-cara shalat dengan duduk, berbaring dan
telentang.
Teknik ini dapat Anda terapkan dengan mengikuti
langkah-langkah prosedural di bawah ini:
1) Pilihlah
sejumlah keterampilan atau prosedur yang Anda ingin siswa menguasainya, dalam
hal ini adalah cara-cara melakukan shalat dalam keadaan duduk, berbaring atau
telentang akibat sakit.
2) Pasangkan
satu siswa dengan satu siswa lain. Berikan peran dan tugas kepada mereka. Satu
siswa berperan sebagai pendemontrasi dan satu lagi sebagai pemeriksa.
3) Siswa
pertama, sebagai peraga - pelaku demontrasi gerakan shalat, memperagakan
cara-cara shalat sambil duduk, berbaring ataupun telentang, sedangkan siswa
kedua melakukan pengamatan dan pemeriksaan atas peragaan tersebut. Siswa kedua
memeriksa apakah peragaan tersebut sudah benar.
4) Pasangan
berganti peran. Siswa kedua menjadi peraga dan siswa pertama menjadi pengamat
atau pemeriksa.
5) Proses
ini berlanjut sampai semua keterampilan shalat dalam keadaan sakit diulang.
26.
Evaluasi Pembelajaran
Pada dasarnya, untuk mengevaluasi
kompetensi dasar siswa dalam menyebutkan ketentuan, gerakan dan bacaan shalat
dapat dilakukan melalui tes lisan ataupun tulisan, baik berupa soal uraian
maupun objektif. Anda bisa memilih di antara metode evaluasi tersebut dengan
mempertimbangkan ketersediaan waktu untuk melakukannya. Adapun untuk mengetahui
kemampuan dasar siswa dalam mempraktekkan shalat dan keserasian antara gerakan
shalat dan bacaannya dapat dilakukan dengan ujian praktek. Dengan ini satu
persatu siswa diamati dalam pelaksanaannya.
Adapun untuk evaluasi terhadap kemampuan siswa dalam
menjelaskan tata cara "shalat bagi orang sakit" pada dasarnya dapat
dilakukan dengan menggunakan tes lisan maupun tulisan.
Teknik-teknik yang telah dijelaskan di depan pun
sesungguhnya dapat juga digunakan untuk melakukan evaluasi atas keberhasilan
pengajaran.
Untuk mengetahui keberhasilan Anda dalam mengajarkan
materi "shalat bagi orang sakit" serta kemampuan siswa menangkap pengertiannya,
selain teknik-teknik yang telah disebutkan sebelumnya, Anda dapat menggunakan
teknik Minutes Paper (Catatan
Singkat}. Teknik ini menggunakan satu lembar kertas yang menyajikan tanggapan
siswa atas materi yang diajarkan dengan cepat dan sederhana. Guru menyisakan
waktu beberapa menit sebelum sesi pelajaran habis dan melakukan prosedur di
bawah ini:
1.
Sebelum mengakhiri
kegiatan belajar mengajar, fokuskan objek evaluasi pada pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan.
2.
Selanjutnya, dalam
4 atau 5 menit mintalah siswa menjawab pertanyaan:
"Apa
yang paling penting Anda pelajari dari kegiatan belajar "shalat bagi orang
sakit" tadi?"
3.
Kemudian, dalam 4
atau 5 menit kedua, mintalah siswa menjawab pertanyaan:
"Apa
pertanyaan penting Anda yang belum terjawab dalam kegiatan belajar tadi?"
4.
Kumpulkan jawaban
siswa untuk dievaluasi.
5.
Ucapkan terima
kasih dan tutup pembelajaran.
Selain itu, untuk menguji kemampuan siswa dalam
mendemontrasikan cara shalat
sambil duduk, berbaring dan telentang karena sakit, guru dapat melakukan ujian praktek, baik secara berkelompok
maupun secara individual.
BAB 6
PEMBELAJARAN AZAN DAN ZIKIR
A.
Azan
Azan ialah seruan atau pemberitahuan bahwa waktu shalat telah
tiba. Azan mulai disyariatkan sejak
tahun ke-2 hijriyah. Orang yang mengumandangkan azan disebut muazin. Muazin
pertama adalah Bilal bin Rabbah. Azan dan Iqamah hukumnya sunnah muakkad bagi
laki-laki yang hendak shalat fardhu berjama’ah di masjid.
B.
Ketentuan
Mengumandangkan Adzan
1.
Telah tiba
waktu shalat.
2.
Muadzin seorang
Muslim laki-laki yang sudah dapat membedakan yang baik dan yang benar
(mumayiz).
3.
Muadzin dalam
keadaan suci.
4.
Muadzin
menghadap kiblat ketika melantunkan adzan.
5.
Tertib dalam
menyerukan adzan.
C.
Amalan Sunnah
Ketika Adzan
1.
Menghadap
kiblat.
2.
Hendaknya sambil
berdiri dan dilakukan di tempat yang tinggi.
3.
Muadzin
sebaiknya yang suara nyaring dan merdu.
4.
Menutup kedua
telinga dengan kedua jari telunjuk.
5.
Menghadap
sebelah kanan saat membaca, “hayya ‘ala ash-sholah”.
6.
Menghadap
sebelah kiri saat membaca “hayya ‘ala al-falaah”.
7.
Membaca doa
setelah adzan.
D.
Bacaan Adzan
الله أكبر ألله
أكبر 2 x
أشهد أن لا إله إلا الله الا الله 2 x
أشهد أن محمدا
رسول الله 2 x
حي على الصلاة 2
x
حي على الفلاح 2
x
الله أكبر الله
أكبر 1 x
لا إله إلا الله
1 x
Allah Maha
besar Allah Mahabesar (2x)
Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah (2x)
Aku bersaksi
bahwa Muhammad utusan Allah (2x)
Mari kita
mendirikan shalat (2x)
Mari kita
meraih kemenangan (2x)
Allah
Mahabesar, Allah Mahabesar, Tiada Tuhan selain Allah.
Ulama sepakat dengan lafazd taswib yang dibaca di waktu azan
subuh sesudah “hayya ‘alaa ash-Shalah”, lafadz itu adalah:
الصلاة خير من
النوم 2 x
“Shalat itu lebih baik daripada tidur.”
E.
Jawaban Adzan
1.
Apabila kita
mendengar adzan, maka hendaknya kita menjawab sebagaimana yang dikumandangkan
muadzin, kecuali kalimat ini: Hayya ‘ala ash-shalaah dan hayya ‘ala
al-falah dijawab dengan La haula wa la quwwata illa billaah
2.
Setelah adzan
membaca doa:“Ya Allah, Tuhan yang Mempunyai seruan serupa ini dan shalat yang
sedang didirikan ini. Berilah Nabi Muhammad derajat yang tinggi dan pangkat
yang mulia, dan berilah dia kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan
kepadanya.”
F.
Iqamah
Iqamah dikumandangkan untuk menandai bahwa pelaksanaan shalat
berjamaah akan segera dimulai.
G.
Ketentuan
Iqamah
1.
Orang yang
melantunkan iqamah boleh oleh muadzin, boleh pula oleh orang lain.
2.
Iqamah
dikumandangkan setelah adzan.
3.
Disunnahkan
berdoa di antara adzan dan iqamah.
H.
Perbedaan Adzan
dan Iqamah
1.
Iqamah
dikumandangkan sebelum shalat fardhu berjama’ah.
2.
Bacaan dalam
iqamah hanya dibacakan satu kali.
3.
Iqamah
dikumandangkan cepat dan tidak perlu keras.
4.
Pada iqamah
setelah membaca “Hayya ‘ala al-falah” dilanjutkan membaca “Qod qomat
ash-Shalah”.
I.
Bacaan Iqamah
الله أكبر ألله
أكبر
أشهد أن لا إله إلا الله الا الله
أشهد أن محمدا
رسول الله
حي على الصلاة
حي على الفلاح
قد قامت الصلاة
2x
الله أكبر الله
أكبر
لا إله إلا الله
Allah Mahabesar
Allah Mahabesar
Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah
Aku bersaksi
bahwa Muhammad utusan Allah
Mari kita
mendirikan shalat
Mari kita
meraih kemenangan
Shalat akan
segera didirikan (2x)
Allah
Mahabesar, Allah Mahabesar, Tiada Tuhan selain Allah
J.
Zikir
Zikir menurut bahasa artinya mengingat atau menyebut. Sedangkan
menurut istilah, zikir artinya menyebut dan mengingat Allah dengan membaca
kalimat baik yang disukai Allah.
K.
Keutamaan Zikir
1.
Terhindar dari
perbuatan dosa.
2.
Menjauhkan
setan karena ia takut kepada orang yang senantiasa mengingat Allah.
3.
Membuat hati
tenang dan senantiasa terkendali.
4.
Mendekatkan
diri kepada Allah dengan ucapan.
5.
Allah
senantiasa menginagt hamba yang selalu mengingat-Nya.
L.
Tata Cara Zikir
1.
Berzikir dengan
niat yang ikhlas, hanya mengharap ridho Allah Swt.
2.
Dilakukan
dengan suara yang lemah lembut merendahkan diri kepada Allah Swt.
3.
Ucapan zikir
hendaknya dihayati dan dipahami maksudnya.
4.
Diutamakan
menghadap kiblat.
M.
Do’a
Do’a berasal dari bahasa Arab yang artinya meminta, memohon,
memanggil dan memuja. Do’a berarti permintaan, permohonan, panggilan, dan
pujian terhadap Allah Swt.
N.
Alasan Berdo’a
1.
Allah Maha
Penolong bagi hamba-Nya.
2.
Allah Maha
Mengetahui hamba-Nya.
3.
Manusia
merupakan makhluk yang lemah.
4.
Pengetahuan dan
kemampuan manusia sangat terbatas.
5.
Mereka yang
tidak mau berdoa termasuk golongan yang sombong.
6.
Allah menyukai
hamba-Nya yang sering berdo’a.
O.
Tata Cara Berdo’a
1.
Dilakukan
dengan ikhlas mengharap pertolongan Allah.
2.
Dilakukan dalam
keadaan bersih dan najis dari kotoran.
3.
Menghadap
kiblat.
4.
Hati terbebas
dari penyakit-penyakit ruhani, seperti syirik, nifak dan takabur.
5.
Yakin akan
dikabulkan.
6.
Dilakukan
dengan khusyu’, lemah lembut dan merendahkan diri di hadapan Allah.
7.
Memohonkan
hal-hal yang baik.
8.
Tidak mudah
putus asa jika doa belum dikabulkan.
9.
Memahami makna doa
yang diucapkan.
10. Mengawali doa dengan memuji Allah dan shalawat Nabi.
11. Berdo’a dengan do’a yang terdapat dalam al-Qur’an Hadits.
12. Mengakhiri do’a dengan membaca kalimat hamdalah.
13. Dilakukan berulang-ulang.
P.
Tujuan Berdo’a
1.
Untuk memohon
perlindungan kepada Allah.
2.
Untuk memohon
pertolongan dari Allah.
3.
Untuk mentaati
Allah.
4.
Untuk
memperoleh keridha’an Allah
5.
Untuk memohon
dicurahi rahmat-Nya.
Q.
Syarat–syarat
diterimanya Do’a
1.
Mengetahui arti
dan maksud do’a itu.
2.
Dilakukan
dengan sungguh-sungguh.
3.
Dilakukan
sambil berikhtiar.
4.
Dilakukan
dengan khusu’.
5.
Bertakwa kepada
Allah Swt.
6.
Menjauhi
larangan Allah Swt.
7.
Dilakukan
dengan ikhlas.
8.
Tidak meminta
hal yang mustahil dan mengandung keburukan.
R.
Sebab – sebab
Tertolaknya Do’a
1.
Berdo’a dengan
cara-cara yang tidak diajarkan oleh Allah dan Rasulullah.
2.
Tidak memenuhi
syarat-syarat yang diterimanya do’a.
3.
Makan dan minum
barang-barang haram.
4.
Mengikuti
bujukan setan.
5.
Sibuk mencela
orang lain, tidak mau mengoreksi aib sendiri.
6.
Tidak
mensyukuri ni’mat Allah.
S.
Bentuk
Pengabulan Do’a
1.
Dikabulkan
sesuai permintaan.
2.
Diberi hal lain
yang serupa dengan apa yang diminta.
3.
Dihindarkan
dari bencana yang akan menimpa.
4.
Diampuni
dosa-dosa.
5.
Ditunda
pengabulannya.
T.
Orang – orang yang Makbul Do’anya
1.
Pemimpin yang
adil.
2.
Orang yang
teraniaya walaupun jahat atau kafir.
3.
Orang dalam
kesempitan atau kesusahan.
4.
Orang tua.
5.
Anak-anak yang
patuh terhadap orangtuanya.
6.
Orang-orang
shaleh.
7.
Musafir (orang
dalam perjalanan kebaikan).
8.
Muslim yang
mendoakan Muslim lainnya.
9.
Orang yang
sedang berpuasa sampai waktu berbuka.
10. Orang berdo’a tentang hal baik dan menyambung silaturahim.
U.
Tempat yang
Baik untuk Berdo’a
1.
Rumah sendiri.
2.
Masjid/
Mushalla.
3.
Ka’bah.
4.
Bukit Shafa dan
Marwah.
5.
Arafah,
Muzdalifah dan Mina.
6.
Tempat
melakukan tahwaf.
7.
Belakang maqam
Ibrahim.
8.
Sisi sumur
Zamzam.
V.
Saat yang Baik
untuk Berdo’a
1.
Bulan Ramadhan.
2.
Hari Arafah.
3.
Waktu sahur
atau sebelum fajar.
4.
Sesudah wudhu.
5.
Ketika sedang
adzan untuk shalat.
6.
Antara adzan
dan iqamah.
7.
Setelah shalat
wajib.
8.
Ketika sedang
membaca al-Qur’an.
9.
Pada waktu
turun hujan.
10.
Saat berkumpul
dengan sesama muslim.
11.
Dalam
pertempuran fi sabilillah.
12.
Sepertiga malam
terakhir.
W.
Dzikir dan Doa
Setelah Shalat
Shalat dapat memberi
efek ketenangan pada jiwa. Ada banyak dzikir dan doa yang biasa dibaca
masyarakat muslim di tanah air ini. Hampir tiap tempat dan mushalla memiliki
urutan bacaan yang berbeda-beda, walaupun di sana sini terdapat persamaan. Contoh
doa dan dzikir yang singkat :
1. Istighfar 3 x
Astaghfirul-Lahal-Azhim
Aku memohon ampunan
Allah Yang Maha Agung
2. Allahumma antassalam
Allahumma anta-s-salam, wa minka-s-salam, wa
ilaika ya'udu-s-salam, fa-hayyina rabbana bi-s-salam, wa adkhilna-l-jannata
dara-s-salam, tabarakta rabbana wa ta'alaitaya dza-1-jaldli wa-l-ikram
Ya Allah, Engkau
sumber segala kedamaian, dan dari Engkaulah segala kedamaian. Dan kepada
Engkaulah akan kembali segala kedamaian. Sambutlah kami, ya Tuhan Kami, dengan
ucapan kedamaian. Masukanlah kami ke dalam surga, hunian penuh kedamaian.
Engkaulah maha pemberi keberkahan dan Yang Maha Luhur, wahai Tuhan kami. Wahai
Tuhanyang Maha Agung lagi Maha Mulia.
3. Tasbih33x
Subhanal-Lah
Maha Suci Allah
4. Tahmid 33 x
Al-hamdu lillah
Segala puji bagi
Allah
5. Takbir 33 x
Allahu akbar
Allah Maha Besar
6. Tahlil 1 x
Lailaha illal-Lah wahdahu la syarika lahu.
Lahu-l-mulku wa lahu-l-hamdu yuhyi wa yumitu wa huwa 'ala kulli syai'in qadir
Tiada Tuhan selain
Allah. Tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya-lah semua kerajaan dan hanya untuk-Nya-lah
segala puji. Dia-lah yang menghidupkan dan Dia pula yang mematikan. Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu
7. Doa:
Allahumma inna nas'aluka 'ilman nafi'an wa
rizqan wasi'an wa 'amalan mutaqabala
Ya Allah, kami
memohon dari-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang luas, dan amal yang diterima
Rabbi-ghfirli wa liwalidayya wa-rhamhuma kama
rabbayani shaghira
Ya Tuhanku, berilah
ampunan bagiku serta kedua orangtuaku dan rahmatilah mereka seperti mereka
mendidikku di masa kecil
Rabbana atina fi-d-dun-ya hasanah, wa
fi-l-akhirati hasanah, wa qind 'adzdba-n-nar
Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami
dari azab api neraka
X.
Pembelajaran
Fiqih
Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk mengajarkan materi adzan
dan iqamah. Untuk mencapai kompetensi menyebutkan ketentuan adzan dan iqamah
guru dapat menggunakan metode ceramah, tanya jawab, inquiri, penugasan. Adapun
untuk meraih kompetensi siswa dalam melafalkan adzan dan iqamah ia dapat
menggunakan hapalan/pengulangan, teknik membaca dengan keras, ataupun
penugasan. Sedangkanguna memenuhi kompetensi mempraktekkan adzan dan iqamah ia
dapat menggunakan demontrasi dan latihan/drill.
Media yang dapat digunakan untuk pembelajaran adzan dan iqamah,
bisa menggunakan media apapun yang tersedia di sekolah. Misalnya:
-
Papan tulis
untuk menuliskan teks adzan dan iqamah
-
Kaset rekaman
adzan dan iqamah untuk melatih siswa menghapalkan teks adzan dan iqamah maupun
untuk mengajarkan irama adzan atau iqamah.
Berikut ini adalah beberapa tahap pelatihan adzan bagi siswa.
Metode ini biasa dilakukan oleh para kyai di mesjid-mesjid untuk melatih anak
didiknya melantunkan adzan maupun iqamah.
1.
Guru menuliskan
dan membacakan bacaan adzan atau iqamah di papan tulis atau media lain yang
tersedia. Jika siswa telah mampu membaca dalam teks arab, guru dapat
menggunakan teks arab. Bila mereka belum mampu, guru dapat menuliskan teks
latinnya.
Adzan |
Iqamah |
||
Lafal Frekuensi |
Lafal
Frekuensi |
||
Allahu Akbar |
4x |
Allahu Akbar |
2x |
Asyhadu al-la ilaha illallah |
2x |
Asyhadu al-la
ilaha illallah |
1 x |
Asyhadu anna muhammadar-
rasulullah |
2x |
Asyhadu anna
muhammadar- rasulullah |
1x |
Hayya
'ala-sh-shalah |
2x |
Hayya
'ala-sh-shalah |
1 X |
Hayya
'ala-l-falah |
2x |
Hayya
'ala-l-falaah |
1 x |
Ash-shalatu
khoirum-mina-n-naum (lafal ini dibaca hanya
pada adzan subuh) |
2x |
Qod Qamati-sh-shalah |
2x |
Allahu akbar |
2x |
Allahu akbar |
2x |
La ilaaha
illallooh |
1x |
La ildha
illallah |
1x |
2.
Yang terpenting
dalam penyampaian ini adalah pembacaan oleh guru dengan berulang-ulang dan
mintalah siswa untuk mengikuti bacaan.
3.
Kelompokkan
siswa menjadi beberapa kelompok, misalnya 10 orang.
4.
Mintalah satu
kelompok melafalkan adzan atau iqamah dengan lantang.
5.
Pecahlah kelompok tersebut menjadi kelompok kecil, lalu mintalah mereka mengumandangkan adzan atau
iqamah secara bersama-sama.
6.
Pecahlah
kelompok itu menjadi kelompok kecil lagi. Mintalah mereka mengumandangkan adzan
atau iqamah bersama-sama.
7.
Akhirnya,
mintalah siswa mengumandangkan adzan sendiri-sendiri. Perhatikan lafal dan
iramanya.
8.
Untuk
mengenalkan beberapa irama adzan yang enak kedengarannya, putarlah kaset adzan
dan mintalah siswa/kelompok siswa untuk menirukannya.
9.
Untuk
meningkatkan penghayatan atas adzan atau iqamah yang dilantunkan, sampaikan
kepada anak tujuan dari adzan dan iqamah serta arti kata-katanya.
10.
Untuk
membiasakan dan memberi semangat mereka untuk adzan dan iqamah berikan jadwal
piket adzan dan iqamah kepada anak didik secara bergilir di mushalla sekolah.
11.
Berikan pujian
yang tulus bagi anak yang adzannya bagus dan perbaiki kesalahan adzan-iqamah
anak dengan cara yang lembut bila anda menemukan kesalahan. Teguran yang tidak
santun dapat menciutkan nyali anak untuk adzan. Ingat, anak membutuhkan
keberanian untuk melantunkan adzan yang didengar banyak orang.
1.
Metode
Penugasan
Setelah anak didik menguasai ketentuan dan pelafalan adzan,
tugaskan kepada anak agar berlatih adzan dengan lafal yang baik dan irama yang
indah di rumah. Selain itu, berilah mereka tugas untuk mempraktekkan adzan dan
iqamah di mushallanya masing-masing. Anda dapat membuat daftar pelaksanaan
tugas yang ditandatangani kyai/imam mushalla untuk penugasan ini.
Metode penugasan dapat digunakan untuk memberi tugas kepada siswa
agar menghapal doa setelah adzan dan doa-doa antara adzan dan iqamah.
2.
Metode
Kisah
Kalau Anda perhatikan, yang melakukan adzan dan iqamah di
mushalla-mushalla di kampung-kampung sekitar tempat tinggal Anda, biasa
orang-orang tua, bahkan mungkin kakek-kakek. Kadang kala kita juga mendengar
suara adzan yang dilantunkan anak-anak, khususnya pada waktu maghrib atau isya.
Itu terjadi di mushalla yang pada maghrib dan isya terdapat anak-anak yang
mangaji. Adapun untuk adzan zuhur, asar dan subuh lebih banyak dilakukan oleh
orang dewasa.
Hal ini terjadi bukan karena sedikitnya anak-anak/remaja yang bisa
melantunkan adzan, namun karena kurangnya semangat anak/remaja untuk ikut serta
memakmurkan mesjid. Oleh karena itu, selain penting mengajarkan ketentuan adzan
dan mempraktekkan adzan, perlu juga anak didik diberi semangat untuk selalu mau
melantukan adzan dan memakmurkan mesjid, khususnya pada waktu-waktu shalat.
Untuk memberi semangat siswa agar mau adzan dengan baik di mushallanya
masing-masing, anda dapat menggunakan beberapa kisah yang terkait dengan adzan.
Di antara kisah itu adalah kisah yang diceritakan Jalaluddin Rumi berikut ini
(cerita dimodifikasi sedemikian rupa):
Suatu
hari, ada seorang Yahudiyang datang menemui kyai untuk memberi makanan yang
istimewa kepada para santri. Tentu saja Kyai merasa kaget. Belum pernah
sebelumnya orang Yahudi itu memberi makanan. "Ada apa gerangan, sehingga
seorang Yahudi memberi makanan kepada para santri?" pikir Kyai dalam
benaknya. Karena penasaran ia bertanya, "Ada acara apa nih? Kok saya tidak
diundang datang, tapi dikirimi makanan begitu istimewanya?" Kata Kyai.
"Saya
selamatan, Kyai." Kata orang Yahudi itu.
"Selamatan?Selamatan
apa nih?Kayaknya dapat rezeki besar,ya?"Kata Kyai setengah kaget.
"Lebih
dari sekedar besar, Kyai. Ini rezeki sangat besar." "0,ya. Kalau
boleh saya tahu, rezeki apa tuh..?"
Ditanya
begitu, akhirnya orang Yahudi itu bercerita, "Begini, pak Kyai. Beberapa
minggu ini hati saya gundah gulana. Tidak enak makan, tidak enak tidur
karenanya. Fasalnya, anak saya satu-satunya tertarik dengan agama Kyai. Ia
ingin masuk Islam. Tentu saja saya tidak mengizinkan. Namun, anak saya rupanya
sudah sangat yakin untuk memeluk Islam. Dia mau meninggalkan saya dan agama
nenek moyangnya. Itulah yang membuat saya sedih."
Kyai
menyimak cerita itu dengan merenung. Lalu ia bertanya, "lalu sekarang
bagaimana?Dan apa alasannya Anda melakukan selamatan?"
"Begini,
Pak Kyai. Dua malam terakhir anak saya berkata, dia tidak jadi masuk Islam. Ya,
saya bersyukur karenanya. Itulah alasan selamatan ini. Hati saya sudah tidak
gundah lagi."
"0,ya.
Kalau saya boleh tahu, apa sebabnya anakmu mengurungkan diri untuk mask
Islam?"
"Ha..ha..ha.."
Yahudi itu tertawa. Lalu ia melanjutkan. "Ini gara-gara adzannya santri
Kyai."
"Memamgnya
ada apa dengan adzan santri saya"
"Dua
hari ini yang adzan di mesjid Kyai suaranya fals dan iramanya kacau. Itulah
yang membuat anak saya tidak jadi menjadi muslim. Katanya, ia tidak mau bersama
dengan agama yang suara adzannya fals dan iramanya kacau."
3. Metode Hapalan
Metode hapalan
bertujuan agar siswa dapat menghapal sesuatu, dalam hal ini bacaan dzikir dan
doa. Bacaan-bacaan itu perlu dihapalkan untuk memberi kemudahan kepada siswa
bila ingin melakukan dzikir dan doa, sehingga tidak perlu membawa buku dzikir
dan doa kemana-mana.
Metode hapalan untuk
dzikir dan doa dapat dilakukan dengan melakukan pengulangan bacaan yang diikuti
oleh siswa, baik secara klasikal, kelompok maupun individual. Secara umum
metode hapalan dalam pengajaran doa dan dzikir dapat dilakukan dengan memperhatikan
rambu-rambu sebagaimana berikut:
1)
Pilih dzikir dan doa yang pendek untuk
didahulukan pengajarannya.
2)
Dzikir dan doa yang panjang dapat diajarkan
dengan memotong-motong dulu dzikir/ doa tersebut menjadi beberapa bagian kecil,
yang kemudian disatukan kembali setelah siswa berhasil menhapalnya.
3)
Untuk menghindari kesalahan pelafalan karena
salah dengar, baiknya guru menyertakan penjelasan visual seperti menuliskan
doa/dzikir itu di papan tulis atau alat sejenis.
4)
Lakukan pengulangan dalam pembelajaran.
5)
Biasakan membaca dzikir atau doa sebelum
pembelajaran dan setelahnya secara bersama-sama
6)
Pengajaran dapat dimulai dari klasikal,
kemudian ke kelompok-kelompok kecil, dan akhirnya secara individual. Atau
sebaliknya, dari individu ke kelompok, lalu klasikal, bila tidak merepotkan.
7)
Gunakan teknik-teknik lain yang dapat
mengaktifkan siswa dalam menghapal dan memahami doa. Metode/teknik yang telah
dipaparkan di modul sebelumnya, seperti jigsaw, bertukar pasangan, explicit
instruction dan Iain-lain dapat anda modifikasi untuk materi hapalan.
4.
Teknik Kancing Gemerincing
Kegiatan kancing
gemerincing membutuhkan pengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok. Teknik
ini dapat memberikan kesempatan kepada anggota-anggota kelompok untuk
memberikan kontribusi mereka secara merata. Teknik ini dapat digunakan untuk
berdiskusi, mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain ataupun
untuk saling evaluasi hapalan. Teknik kancing gemerincing dirancang untuk
mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak
bicara. Sebaliknya, juga ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya
yang lebih dominan.
Dalam mempraktekkan
teknik kancing gemerincing, seorang dapat melakukannya dengan mengikuti
langkah-langkah berikut:
1)
Kelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok
2)
Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi
kancing-kancing (boleh juga digunakan benda-benda kecil lain seperti kacang
merah, biji asam, potongan sedotan, potongan lidi dan sebagainya yang
terjangkau penyediaannya dengan mudah)
3)
Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan
dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing dikondisikan dengan tingkat
kesukaran tugas yang diberikan).
4)
Beri tugas untuk menghapal atau untuk saling
koreksi hapalan
5)
Setiap kali seorang siswa mendapat giliran
membacakan hapalannya, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan
meletakkannya di tengah-tengah.
6)
Jika kancing yang dimilki seorang siswa habis,
dia tidak diperkenankan berbicara lagi atau mengemukakan hapalannya sampai
semua temannya dalam kelompok menghabiskan kancing yang mereka miliki.
7)
Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas
hapalan belum selesai, kelompok dipersilahkan mengambil kesepakatan untuk
membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
8)
Lakukan sampai mereka mampu menghapalkan bacaan
yang ditugaskan, namun hati-hati jangan sampai kebosanan mnyergap mereka. Bila
dirasa sudah membosankan segera ganti metode baru yang lebih menarik.
5.
Teknik Inside-Outside Circle (Lingkaran
Kecil-Lingkaran Besar)
Teknik ini
memberikan kepada siswa untuk saling berbagi hapalan (saling koreksi hapalan)
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu tekni ini
memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam suasana gotong royong dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda.
Dalam pembelajaran
hapalan dzikir dan doa, seorang guru dapat melakukan teknik ini dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Separuh kelas
berdiri membentuk lingkaran kecil sambil berdiri dan menghadap keluar. Bila
jumlah siswa dalam kelas cukup banyak dunakan seperempat kelas untuk membuat
lingkaran kecil tersebut.
2. Separuh atau
seperempat kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran tadi. Mereka
diharuskan berdiri dan menghadap ke dalam, yakni kepada orang-orang di
lingkaran kecil.
3. Dua siswa yang
berpasangan dari lingkaran kecil (dalam) dan lingkaran besar (luar) saling
membaca, mendengar dan mengoreksi hapalan. Siswa yang berada di lingkaran kecil
dipersilahkan memulai, kemudian yang di lingkaran besar. Pertukaran hapalan ini
bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian, siswa yang
berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang dilingkaran
besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. Dengan cara ini,
masing-masing siswa mendapatkan pasangan baru untuk berbagi hapalan. Sebagi
variasi, perputaran kelompok besar dapat dilakukan sambil melantunkan nyanyian,
yang kemudian guru berkata "stop" saat masing-masing siswa berada di
depan siswa lain yang berbeda.
5. Lakukan seperti
tadi. Demikian seterusnya, sampai mereka hapal benar.
Selain metode dan
teknik yang telah disebutkan di atas asih banyak metode Iain yang dapat
digunakan. Metode-metode yang telah disebutkan di modul sebelumnya dapat
dimodifikasi untuk kepentingan latihan hapalan siswa. Metode-metode yang
disebutkan lebih mengaktifkan siswa dalam belajar sehingga memudahkan kerja
guru dalam mengajar. Metode lain yang dapat anda gunakan adalah keteladanan,
pembiasaan, praktek/ pengamatan, targhib-tarhib dan kisah. Metode-metode
tersebut dapat anda gunakan untuk mendorong semangat siswa dan melatih mereka
mempraktekkan serta membiasakan berdzikir dan berdoa.
6.
Evaluasi
Pembelajaran
Untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam "menyebutkan"
ketentuan adzan dan iqamah dapat dilakukan melalui tes lisan ataupun tulis.
Adapun untuk mengevaluasi kompetensi siswa dalam melafalkan adzan dan iqamah
dapat menggunakan tes lisan, yaitu berupa tugas melafalkan adzan dan iqamah
langsung di depan guru. Begitu pula halnya untuk mengevaluasi kompetensi siswa
dalam mempraktekkan adzan dan iqamah. Selain itu, dapat pula digunakan ujian
praktek untuk mengevaluasi kemampuan adzan atau iqamah siswa.
Dalam ujian praktek adzan maupun iqamah, guru harus menyiapkan
aspek-aspek yang diamatinya guna memberikan penilaian. Di antara aspekyang
dijadikan bahan pengamatan adalah:
a.
Sikap
tubuh/adab saat melakukan adzan dan iqamah
b.
Urutan bacaan
adzan dan iqamah
c.
Kefasihan
melafalkan adzan dan iqamah
d.
Irama/lagu
adzan dan iqamah
e.
Pembacaan doa
setelah adzan
Evaluasi
pembelajaran untuk materi hapalan dzikir dan doa adalah dengan menggunakan tes
lisan. Caranya, satu persatu siswa diminta membaca dzikir dan doa yang telah
diajarkan. Adapun untuk mengevaluasi praktek dzikir dan doa, anda dapat
melakukan pengamatan atau meminta pihak-pihak terkait (orangtua atau guru ngaji
siswa) untuk ikut melakukan pengamatan terhadap kebiasaan siswa.
BAB 7
PEMBELAJARAN SHALAT BERJAMA’AH
A.
Shalat
Berjama’ah
Shalat
berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama. Salah seorang bertindak sebagai imam, sementara yang lain menjadi
makmum.
B.
Hikmah Shalat
Berjama’ah
1.
Mendapat 27
derajat.
2.
Terbebas dari
neraka dan kemunafikan.
3.
Didoakan oleh
para malaikat.
4.
Disukai oleh
Allah jika jama’ahnya lebih banyak.
5.
Tidak bisa
dikuasai setan.
6.
Langkah yang
jauh menambah pahala.
7.
Mengeratkan
persaudaraan sesama muslim.
8.
Memperlancar
komunikasi anta ummat Islam.
9.
Menumbuhkan
nilai persamaan derajat.
10.
Menumbuhkan
sikap peduli terhadap sesama.
11.
Meningkatkan
kedisiplinan diri.
12.
Belajar
menghargai antara pemimpin dan yang dipimpin.
C.
Ketentuan Imam
1.
Fasih membaca
al-Qur’an
2.
Jika banyak
yang fasih ditunjuk seseorang yang paling alim di antara mereka.
3.
Jika banyak
yang fasih dan alim, dipilih seseorang yang paling tua di antara mereka.
4.
Jika shalat
berjama’ah dilakukan di rumah seseorang, tuan rumah lebih berhak menjadi imam.
5.
Imam harus
laki-laki, jika jama’ahnya terdiri atas laki-laki dan perempuan.
6.
Imam harus
berakal sehat.
7.
Imam harus
berakhlak mulia.
8.
Imam harus
memahami keadaan makmum, kesiapan dan kerapian barisan/ shaf, karena kerapian
barisan termasuk bagian dari kesempurnaan shalat.
9.
Imam harus
mengetahui kondisi makmum dengan tidak melakukan sesuatu yang memberatkan
makmum, seperti bacaan terlalu panjang atau terlalu pelan.
D.
Orang yang
Makruh Menjadi Imam
1.
Orang yang
dibenci oleh sebagian masyarakat.
2.
Orang yang
belum balig.
3.
Orang yang
buruk bacaannya, tetapi tidak merusak makna.
4.
Orang yang
kurang hati-hati dalam menjaga najis.
5.
Orang yang
belum berkhitan, walaupun sudah balig.
E.
Cara
Membetulkan Kesalahan Imam
1.
Apabila imam
salah dalam membaca ayat-ayat al-Qur’an, makmum dapat membetulkan dengan
mengeraskan bacaan yang sebenarnya.
2.
Jika kesalahan
imam terletak pada gerakan atau jumlah raka’at, untuk makmum laki-laki cara
membetulkannya dengan mengucapkan subhanallah, sedangkan makmum perempuan
menepuk punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan.
F.
Cara Mengganti
Imam
Adakalnya imam mengalami sesuatu yang membatalkan salat, misalnya
buang angin (kentut). Ia hendaknya mundur dan tidak melanjutkan shalatnya.
Posisi imam harus di ganti oleh salah seorang makmum yang paling dekat
posisinya ke tempat imam.
G.
Syarat Sah
Menjadi Makmum
1.
Niat bermakmum.
2.
Mengetahui apa
yang dikerjakan imam.
3.
Imam dan makmum
shalat dalam satu tempat.
4.
Tidak
mendahului takbir atau gerakan imam.
5.
Tidak berdiri
lebih ke depan atau sejajar dengan imam.
6.
Gerakan makmum
harus sesuai dengan gerakan imam.
7.
Tidak berimam
kepada orang yang diketahui shalat tidak sah.
H.
Ketentuan Shaf
1.
Meluruskan dan
merapatkan shaf.
2.
Memenuhi shaf
depan terlebih dahulu.
3.
Jika dua orang
berjama’ah, makmum laki-laki hendaklah berdiri di samping kanan dan makmum
perempuan berdiri di belakang imam sebelah kiri.
4.
Harus ada
makmum yang bisa menggantikan imam jika imam berhadats (batal).
I.
Masbuq
Masbuq adalah makmum yang datang terlambat mengikuti shalat
berjama’ah. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan:
1.
Berjalan dengan
tenang, tidak tergesa-gesa.
2.
Begitu sampai
di tempat berjama’ah, langsung takbiratul ihram dengan niat menjadi makmum dan
mengikuti gerakan imam, baik imam sedang ruku’, sujud, atau duduk.
3.
Jika makmum
masbuq tidak sempat membaca surah al-Fatihah, ia terhitung ketinggalan satu
raka’at. Ia harus menyempurnakan raka’at shalatnya yang kurang.
4.
Apabila makmum
masbuq mendapati imam sedang membaca tasyahud akhir, hendaknya ia ikut duduk
bersama imam. Walaupun tidak terhitung dalam bilangan raka’at, ia akan tetap
mendapatkan pahala berjama’ah.
J.
Bacaan Shalat
Berjama’ah
1.
Bacaan imam jahran
(keras) pada bacaan takbiratul ihram, surat al-Fatihah, ayat-ayat al-Qur’an,
dan takbir perpindahan gerakan shalat pada waktu shalat Shubuh, Maghrib dan
Isya.
2.
Setelah iqamah
tidak boleh ada perkataan apa pun selain ucapan imam dalam meluruskan barisan
makmum.
K.
Shalat Juma’at
Shalat Jumat ini adalah shalat yang dilakukan dengan
berjamaah bersama di waktu siang hari (dzuhur), namun pelaksanaannya berbeda
dengan shalat Dzuhur. Jika shalat Dzuhur ini berjumlah empat rakaat, shalat
Jumat mempunyai jumlah dua rakaat, yang sebelum pelaksanaannya didahului dengan
dua khutbah terlebih dahulu. Hukum mengerjakan shalat Jumat ini adalah wajib,
bagi yang memenuhi syarat-syaratnya.
L.
Syarat – Syarat Melaksanakan
Shalat Jumat
Syarat wajib melaksanakan shalat Jumat adalah:
- Islam
- Sudah baligh
- Berakal sehat
- Laki-laki
- Merdeka
- Sehat jasmani
- Orang yang menetap (berdomisili pada suatu daerah tertentu)
Sedangkan untuk syarat sah melaksanakan shalat Jumat
adalah:
1.
Dilaksanakan di sebuah tempat yang sudah ditetapkan
oleh masyarakat setempat.
2.
Dilaksanakan pada waktu siang hari layaknya shalat dzuhur.
3.
Dilaksanakan secara bersama-sama atau berjamaah.
4.
Didahului dengan dua kali khutbah sebelum melaksanakannya
M.
Rukun – Rukun dalam Khutbah
Jumat
Rukun dua khutbah jum’at ada lima:
1.
Membaca
Hamdalah kepada Allah Swt di dalam dua khutbah( pertama dan kedua)
2. Mebaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw di dalam dua
khutbah(pertama dan kedua)
3. Memberikan wasiat Taqwa di dalam dua khutbah(pertama
dan kedua)
4. Membaca sebagian ayat Al-Qur’an di dalam salah satu
dua khutbah.
5.
Membaca
doa secara umum untuk orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan di dalam
khutbah ke dua.
N.
Syarat Khutbah Jumat
Ada beberapa syarat khutbah
Jumat, yaitu:
1.
Khatib harus laki-laki
2.
Khutbah harus bisa
diperdengarkan dan didengar oleh jamaah Jumat yang mengesahkan Jumat, yakni
minimal 40 orang. Ada perbedaan pendapat ulama tentang memperdengarkan khutbah
ini. Imam Ibnu Hajar menjelaskan bahwa khatib harus mengeraskan suara agar
jamaah bisa mendengar, sekalipun dalam kondisi yang berisik dan gaduh. Namun
menurut Imam Al Ramli, menjelaskan bahwa cukup memperdengarkan secara hukum
saja, artinya jika 40 orang jamaah sudah mendengarkan, maka sudah sah. Namun
bagi jamaah tuli, ada beberapa masjid yang ramah difabel dan menyediakan
penerjemah bahasa isyarat.
3.
Khutbah dibaca di tempat yang
wilayah desanya tergolong kawasan pelaksanaan sholat Jumat
4.
Khatib harus suci dari hadats
kecil maupun besar
5.
Khatib harus suci dari najis
6.
Khatib harus menutup aurat
7.
Khatib dianjurkan berdiri
apabila mampu
O.
Sunnah dalam Shalat Jumat
Sunnah-sunnah tersebut antara lain adalah:
- Bersuci
atau membersihkan tubuh (mandi) terlebih dahulu sebelum berangkat ke
masjid. Pelajari juga cara Mandi Junub
atau Mandi Jinabat (Upaya
Bersuci dari Hadats Besar).
- Memakai
pakaian yang bagus, sopan dan rapi
- Memakai
minyak wangi
- Memotong
kuku dan merapikan rambut yang sudah panjang dengan rapi
- Bersegera
untuk pergi ke masjid dan usahakan shalat tahiyyatul masjid setelah sampai
ke masjid
- Sembari
menunggu khutbah bacalah al-Qur’an atau berdzikir mengingat Allah swt
- Mendengarkan
dengan baik khutbah Jumat yang disampaikan oleh khotib, dan tidak ramai
P.
Pembelajaran
Fiqih
Di atas telah disebutkan bahwa kompetensi yang akan diraih dalam
pembelajaran shalat berjamaah adalah agar (1) siswa dapat menjelaskan ketentuan
shalat berjamaah dan (2) ia mampu menirukan shalat berjamaah. Oleh karena itu
dibutuhkan metode pembelajaran yang baik dan efektif untuk penyampaian
materinya agar kompetensi tercapai.
Untuk mencapai kompetensi "siswa mampu menjelaskan ketentuan
shalat berjamah" perlu dipilih metode yang tepat. Karena materi ini
bersifat "pengetahuan" dan kompetensi yang diinginkan berkaitan
dengan kognitif siswa maka metode ceramah dan tanya jawab dapat digunakan
asalkan dengan cara yang tepat. Sedangkan agar siswa mampu menirukan tata cara
shalat berjamaah, metode demontrasi dan simulasi bisa dikatakan tepat untuk
digunakan.
Di bawah ini beberapa metode atau teknikyang dapat digunakan guru
untuk mengajarkan materi shalat berjamaah. Anda juga dapat membaca kembali
teknik-teknik yang dikenalkan di modul sebelumnya, karena pada dasarnya metode
atau teknik yang ditampilkan di modul ini dapat dilakukan untuk pembelajaran
materi fiqh secara keseluruhan.
1.
Teknik
Bertukar Pasangan
Teknik belajar mengajar dengan cara bertukar pasangan memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan. Pada dasarnya teknik ini dapat dilakukan untuk
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Belajar pengetahuan secara
berpasangan memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a.
dapat
meningkatkan partisipasi siswa akan kegiatan belajar,
b.
cocok tugas-tugas
sederhana
c.
lebih banyak
memberikan kesempatan untuk memberikan kontribusi masing-masing pasangan,
d.
interaksi antar
siswa terasa lebih mudah
e.
lebih mudah dan
cepat membentuknya.
Untuk mengajarkan ketentuan shalat berjamaah, guru dapat
menggunakan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Setiap siswa
dipersilahkan untuk memilih pasangannya sendiri atau guru menunjuk pasangan
bagi masing-masing siswa (lihat formasi 1).
b.
Guru memberikan
tugas untuk dikerjakan oleh masing-masing pasangan. Misalnya, siswa disuruh
mengisi isian yang berkaitan dengan (a) formasi shalat berjamaah; (b) bagaimana
cara makmum masbuq mengikuti imam dan menambah kekurangan rakaatnya; dan
sebagainya.
c.
Setelah
selesai, setiap pasangan diminta bergabung dengan satu pasangan lain.
d.
Kedua pasangan
yang bergabung, masing-masing anggotanya berganti pasangan, kemudian saling
menanyakan dan mengukuhkan jawaban masing-masing. (formasi 2)
e.
Temuan baru
yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
f.
pasangan semula
(formasi 3)
2.
Teknik
Berkirim Salam dan Soal
Untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, guru dapat
menggunakan teknik Berkirim Salam dan Soal. Dalam teknik ini siswa mendapat
kesempatan untuk memperdalam pengetahuan dan melatih keterampilan. Siswa
didorong untuk membuat pertanyaan dan jawabannya secara berkelompok, kemudian
mengevaluasi soal dan jawabannya bersama-sama.
Dalam menggunakan teknik ini guru dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a.
Guru membentuk kelompok-kelompok
siswa beranggotakan 4 orang per kelompok.
b.
Setiap kelompok
diberi tugas untuk menulis beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok
lain. Di sini guru bisa mengawasi dan membantu memilihkan soal-soal yang cocok
dengan tujuan pembelajaran.
c.
Masing-masing
kelompok mengirimkan satu orang utusan yang bertugas menyampaikan salam dan
soal dari kelompoknya untuk kelompok lain.
d.
Setiap kelompok
mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
e.
Setelah
selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang
membuat soal.
f.
Guru bertugas
mengawasi dan mengevaluasi.
g.
Guru
menyimpulkan dan menutup.
3.
Teknik
Tempel Pertanyaan
Teknik ini merupakan pengembangan dari metode tanya jawab. Teknik
tempel pertanyaan berguna untuk mengatasi mototonnya sesi tanya jawab karena
tidak ada siswa yang mau bertanya. Teknik ini dapat mengaktifkan siswa untuk
berani bertanya. Guru dapat melakukannya di dalam kelas dengan mengikuti
langkah-langkah berikut ini:
a.
Bagikan kertas
tempel kepada siswa
b.
Mintalah siswa
untuk menuliskan sebuah pertanyaan berkaitan dengan materi shalat berjamaah dan
minta mereka menempelkannya di papan yangtelah disediakan.
c.
Saat istirahat,
mintalah siswa meneliti pertanyaan-pertanyaan tersebut dan ambil kertas
pertanyaan yang dapat mereka jawab
d.
Setelah selesai
istirahat, mintalah siswa membaca pertanyaan dari kertas tempel di depan kelas
dan mengemukakan jawabannya
e.
Siswa lain dan
guru dapat menambahkan jawaban bila perlu
f.
Setiap jawaban
yang masih tertinggal di papan dapat dijawab oleh guru secara langsung.
4.
Memberi
Teladan dan Pembiasaan
Dalam mengajarkan shalat Nabi Muhammad tidak banyak menggunakan
kata-kata ia hanya berkata:
Shalatlah
kalian sebagaimana kalian melihatku (melakukan gerakan) shalat (Hadis Riwayat
Imam Bukhari).
Rasulullah tidak banyak berkata, melainkan menunjukkan dan memberi
teladan bagaiman shalat dilakukan dan memberi teladan melakukan shalat secara
berjamaah. Tindakan Rasul demikian seharusnya dicontoh dan ditiru oleh para
guru dalam mengajarkan shalat berjamaah.
Pertama-tama guru harus membiasakan dirinya shalat berjamaah di
mesjid. Kemudian ia mengajak siswa-siswanya untuk shalat berjamaah bersamanya
di mesjid sekolah. Guru melakukan bimbingan langsung kepada siswa-siswanya
dalam melaksanakan shalat berjamaah. Memberikan koreksi bila siswa melakukan
kesalahan atau berbuat tindakan yang mengganggu keheningan dan kekhusyuan
shalat berjamah.
Keteladanan dalam hal ini dan hal-hal lain dalam pendidikan agama
sangat penting. Hal demikian karena, pertama, pada dasarnya pendidikan agama
berpusat pada tindakan nyata, bukan pada teori; kedua, karena pada dasarnya
anak usia 6-10 tahun sangat senang mencontoh dan meniru. Sehingga, bila guru
memberi teladan dalam melakukannya, siswa langsung dapat menirukannya.
Aturan-aturan shalat berjamaah pun akan lebih bermakna bagi anak didik bila
disampaikan sambil melaksanakan shalat.
Sekali lagi, yang sulit dari pelajaran shalat berjamaah, juga
materi fiqh lainnya, bukan pada aspek pengetahuan dan keterampilannya,
melainkan pada aspek internalisasi nilai dan pembiasaannya. Agar anak mau
mengerjakan shalat berjamaah di rumahnya, seorang guru bisa menganjurkan atau
mendorong semangatnya dengan cara bercerita. Namun lebih dari itu siswa
membutuhkan keteladanan dan pembiasaan dalam hal ini. Adakanlah shalat
berjamaah di sekolah, khususnya untuk shalat zhuhur. Ajaklah siswa dengan
lembut, tidak memaksa, untuk bersama-sama guru dan siswa lain berjamaah di
sekolah. Pantaulah pelaksanaan shalat berjamaah di sekolah. Bila menemukan
sesuatu yang ganjil hendanya segera lakukan koreksi, jangan menundanya.
5.
Metode
Kisah
Metode kisah sangat berguna untuk mendorong semangat atau ghirah
berjamaah. Anda bisa mencari dan memilih cerita-cerita para salafu-sh-shalih
dalam mengamalkan shalat berjamaah. Namun sebelumnya sampaikan pula hadis-hadis
Nabi tentangfadhilah (keutamaan) shalat berjamaah, seperti hadis di bawah ini:
Dari
Abdilldh bin 'Umar, bahwa Rasulullah bersabda, "Shalat berjamaah
mengungguli shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat lebih tinggi (HR
Bukhari dan Muslim]
Di antara kisah yang dapat Anda ceritakan tentang keutamaan
berjamaah yang tidak dapat diganti walaupun dengan 25 rakaat shalat sendirian,
adalah kisah yang diceritakan Muhammad bin Sima'ah, sebagaimana dikutip
al-Malibari, berikut ini:
Muhammad
bin Sima'ah berkata:
Selama
empat puluh tahun aku tidak pernah tertinggal shalat berjamaah dari awal imam
melakukan takbiratu-l-ihram. Namun, ketika ibuku meninggal, terpaksa aku tidak
bisa mengikuti shalat berjamaah. Aku sangat sedih dan menyesal karenanya. Maka
untuk mengganti keteledoranku dalam berjamaah aku melaksanakan shalat sunnah 25
rakaat, dengan harapan pahalanya dapat menggantikan shalat berjamaah yang ku
tinggalkan.
Dengan
sungguh-sungguh aku melakukannya, sampai-sampai tubuhku merasa kepayahan dan
kemudian aku tertidur. Di dalam tidur aku bermimpi didatangi seseorang. Ia
berkata, "Hai Muhammad, kamu telah shalat 25 rakaat untuk mengganti shalat
berjamaah yang kau tinggalkan. Tapi bagaimana kamu bisa mengganti ucapan
"amin" yang dikatakan malaikat saat imam selesai membaca surah
al-Fatihah?"
Nah,
ini artinya bahwa shalat berjamaah tidak dapat diganti oleh shalat 25 rakaat
sekalipun, karena di antara fadhilah shalat berjaamaah adalah ucapan
"amin" dari malaikat saat imam selesai membaca surat al-Fatihah.
6. Guided Teaching
(Pengajaran Terbimbing)
Dalam teknik ini guru menanyakan satu atau dua pertanyaan kepada
siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, maupun untuk memperoleh
hipotesa atau kesimpulan yang kemudian (kesimpulan-kesimpulan itu) dapat
dimasukkan ke dalam kategori-kategori. Teknik ini dapat dijadikan selingan yang
menyenangkan di sela-sela pengajaran konvensional (biasa). Dengan cara ini
seorang guru dapat mengetahui apa yang sudah atau belum dipahami oleh siswanya.
Untuk menjalankan teknik Guided Teaching dalam mengajarkan materi
shalat jum'at, seorang guru perlu memperhatikan langkah-langkah operasionalnya,
berikut ini:
1)
Sampaikan
beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang
dimiliki mereka berkaitan dengan materi shalat jum'at yang telah disampaikan.
Gunakan pertanyaan-pertanyaan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban,
misalnya:
"apa saja
ketentuan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan shalat jum 'at?" atau
"apa
rukun, syarat dan adab yang harus dipenuhi untuk menjalankan shalatjum 'at?
2)
Berikan
kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Anjurkan mereka untuk menjawab pertanyaan secara berpasangan atau bekerja sama
dalam sebuah kelompok kecil.
3)
Mintalah siswa
menyampaikan hasil kerja atau jawaban mereka dan catatlah jawaban-jawaban yang
mereka sampaikan. Jika memungkinkan tulis jawaban mereka di papan tulis dengan
mengelompokkannya ke dalam kategori-kategori yang akan Anda sampaikan dalam
pembelajaran. Misalnya, jawaban mereka Anda masukkan ke dalam kategori:
-
rukun-rukun
shalat jum 'at, atau
-
syarat-syarat
sahnya shalat jum 'at, atau
-
adab/sunnah-sunnah
shalat jum 'at", dan lain-lain.
Kemudian, sampaikanlah poin-poin utama dari materi ajar hari itu
(materi shalat jum'at). Mintalah siswa untuk membandingkan jawaban yang mereka
buat dengan poin-poin yang telah Anda sampaikan. Catat poin-poin yang dapat
memperluas bahasan materi anda.
7. Learning Starts
With Question.
Teknik ini menuntut siswa untuk bertanya di awal pembelajaran
sebelum guru menyampaikan bahan ajar. Guru dapat meminta siswa untuk bertanya
kepadanya tentang materi shalat jum'at yang akan diajarkan. Bila tidak ada satu
pun yang bertanya, atau bahkan seandainya ada yang bertanya pun, guru harus
melakukan teknik-teknik tertentu agar siswa mau aktif bertanya. Salah satunya
adalah teknik yang ditawarkan ini.
Memancing munculnya pertanyaan dari awal kegiatan belajar dengan
teknik ini dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
1) Pilihlah bahan bacaan yang sesuai dengan materi ajar, kemudian
bagikan kepada siswa. Dalam hal ini bacaan tidak harus difotokopi dan dibagikan
kepada siswa, akan tetapi dapat dilakukan dengan memilih satu topik atau bab
tertentu dari buku teks. Usahakan bacaan itu adalah sebuah bacaan yang memuat
informasi umum atau yang tidak detail, atau bacaan yang memberi peluang untuk
ditafsirkan dengan berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk memicu rasa ingin tahu
siswa.
2) Mintalah siswa untuk mempelajari bacaan tersebut secara individual
atau bekerja sama dengan siswa lain.
3) Mintalah siswa untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak
dipahami. Anjurkan kepada mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika
waktu memungkinkan, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain,
kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah
diberi tanda.
4) Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta siswa untuk menuliskan
pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca.
5) Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah di tulis oleh siswa.
6) Sampaikan bahan pelajaran dalam pertemuan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
8. Kelompok
Belajar
Teknik ini menekankan kerja sama siswa dalam memperoleh
pengetahuan. Dengan teknik ini guru memberikan tugas atau tanggung jawab kepada
siswa untuk mempelajari bahan ajar dan menjabarkan isinya dalam sebuah kelompok
tanpa campur tangan guru. Tugas yang diberikan sebaiknya diperhitungkan tingkat
efektifitasnya sehingga kelompok dapat mengatur dirinya sendiri dalam
mengerjakannya.
Teknik Kelompok Belajar dapat diterapkan di ruang kelas pada materi
ajar shalat jum'at dengan mengikuti prosedur berikut ini:
1) Berikan kepada siswa materi pelajaran shalat jum'at dengan singkat
dan tersusun baik, menantang dan terbuka bagi lahirnya berbagai penafsiran,
baik dalam bentuk naskah atau yang lainnya. Mintalah mereka untuk membaca
naskah tersebut dalam hati.
2) Bentuklah kelompok-kelompok siswa dan berikan kepada mereka ruang
yang tenang untuk melaksanakan sesi belajar mereka.
3) Berikan petunjuk yang jelas, yang dapat memandu siswa untuk belajar
dan menjelaskan materinya dengan cermat. Berilah arahan dan bimbingan, seperti:
·
jelaskan isi
bacaan tersebut
·
buatlah contoh
atau ilustrasi
·
tandai hal-hal
yang membingungkan
·
bantahlah
informasi yang ada dalam teks, atau buatlah sudut pandang yang berbeda
·
nilailah
seberapa baik kalian memahami materi ini
Berikut ini adalah salah satu contoh penggunaan teknik ini dalam
pengajaran shalat jum'at:
Cara-cara
Shalat Jum'at
1.
dilakukan oleh
laki-laki dewasa
2.
dikerjakan
secara berjamaah
3.
dilakukan di
mesjid
4.
dilakukan
dengan 2 rakaat setelah khutbah
5.
khutbah
dilakukan di atas mimbar atau tempat yang lebih tinggi dari jamaah
6.
khutbah
dilakukan 2 kali
7.
mendengarkan
khutbah dengan tenang dan khusyu'
8.
bacaan surat
fatihah dan surat dinyaringkan
9.
yang tidak ikut
shalat jum'at diwajibkan shalat zhuhur
Petunjuk:
-
Diskusikan tiap
poinnya!
-
Bagian mana
yang belum dipahami?
-
Bagian mana
yang tidak Anda setujui?
-
Bagian mana
yang paling Anda inginkan untuk dijelaskan?
Berikut ini contoh lain dari penggunaan teknik ini dalam pengajaran
shalat jum'at:
Amalan Sunnah
Sebelum Pergi Shalat Jum'at
1.
Mandi
2.
Memotong kuku
3.
Memotong rambut
4.
Berpakaian
bersih
5.
Memakai
wangi-wangian
6.
Pergi jum'at
berjalan kaki
7.
Shalat sunnah 2
rakaat
8.
Duduk di
barisan depan
9.
Berdzikir atau
tadarus
Amalan Sunnah
Sesudah Shalat Jum'at
1.
Berdzikir,
membaca tasbih, tahmid dan takbir 33 x
2.
Berdoa
3.
Shalat sunnah 2
rakaat
4.
Pulang jalan
kaki
Petunjuk:
-
Diskusikan tiap
poinnya!
-
Bagian mana
yang belum dipahami?
-
Bagian mana
yang tidak Anda setujui?
-
Bagian mana
yang paling Anda inginkan untuk dijelaskan?
4) Berikan tugas atau peran kepada anggota kelompok dalam proses
mendiskusikan jawaban, misalnya sebagai fasilitator, pengatur waktu, pencatat
atau juru bicara.
5) Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dan lakukan salah
satu atau beberapa hal di bawah ini:
·
Membahas materi
secara bersama-sama
·
Beri siswa
pertanyaan quiz
·
Mintalah siswa
untuk menilai seberapa baik mereka memahami materi
·
Sediakan
latihan penerapan atau quiz bagi siswa untuk menguji pemahaman mereka
6) Sebagai variasi, dalam pembelajaran di atas Anda dapat membuat
kelas menjadi empat kelompok. Hal ini dilakukan jika jumlah siswa dalam kelas
terlalu banyak. Pasangkan masing-masing kelompok yang telah dibuat dan mintalah
mereka untuk saling membandingkan catatan dan saling membantu.
9. Belajar
Sekaligus Bertindak
Teknik Belajar Sekaligus Bertindak dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengalami sendiri penerapan materi ajar dalam situasi
kehidupan yang sesungguhnya. Belajar dan Bertindak adalah teknik belajar yang
dilakukan di dalam dan luar kelas. Teknik Belajar Sekaligus Bertindak ini cocok
untuk penugasan. Di luar kelas siswa diharuskan mengamati suatu pekerjaan yang
berkaitan dengan materi, dalam hal ini penunaian shalat jum'at oleh masyarakat
muslim.
Guru dapat menggunakan metode ini dengan memperhatikan dan
menerapkan prosedur berikut:
1) Di dalam kelas, lakukan ceramah atau diskusi singkat untuk
memperkenalkan ketentuan shalat jum'at.
2) Tugaskan siswa secara individual atau berpasangan dan berkelompok
untuk melakukan kunjungan lapangan, yaitu mengikuti shalat jum'at pada hari
pelaksanaanya.
3) Masih di dalam kelas, kelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok
beranggotakan 4 atau 5 siswa. Mintalah mereka secara kelompok untuk menyusun
sebuah daftar pertanyaan atau daftar pengamatan yang akan digunakan dalam
kunjungan lapangan itu.
4) Mintalah masing-masing siswa/kelompok untuk menempelkan butir-butir
pertanyaan/pengamatan mereka dan mintalah untuk berbagi pendapat dengan
siswa/kelompok lain.
5) Minta para siswa/kelompok untuk mendiskusikan butir-butir itu dan
menyusun daftar umum pertanyaan/pengamatan untuk digunakan oleh setiap siswa.
6) Beri siswa tenggat waktu (seminggu) dan arahkan mereka untuk
mengunjungi mesjid dan melaksanakan shalat jum'at, sekaligus melakukan
pengamatan.
7) Pertanyaan-pertanyaan atau aspek pengamatan yang dibuat harus
spesifik dan memungkinkan untuk dilakukan pembandingan dengan temuan siswa.
Sebagai contoh, butir-butir pengamatan ini cocok untuk mengamati
pelaksanaan shalat jum'at:
-
Hari
apa shalat jum 'at dilaksanakan?
-
Dimana
dilaksanakannya? (mesjid jami' atau mushalla)
-
jam
berapa atau berapa lama pelaksanaanya?
-
Siapa
saja yang hadir? Adakah ada anak-anak dan perempuan? Darimana saja asal mereka?
Mereka memakai baju khusus atau tidak?
-
Apakah
ada yang melantunkan adzan? Berapa kali?
-
Apakah
adayang berkhuthah?Berapa kali khutbahnya?Berapa lama khutbahnya? Berapa orang
yang melakukannya?
-
Apakah
shalat dilakukan setelah atau sebelum khutbah?
-
Berapa
rakaat?
-
Setelah
shalat ada kegiatan apa?
-
Dan
lain-lain
8) Mintalah siswa untuk berbagi temuan mereka dengan siswa lain
melalui berbagai cara yang menarik.
10. Turnamen
Belajar
Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengajarkan materi
"shalat jum'at" adalah teknik Turnamen Belajar. Tehnik ini merupakan
versi sederhana dari "Turnamen-Permainan-Tim" yang dikembangkan oleh
Robert Slavin dan rekan-rekannya. Tehnik ini menggabungkan kelompok belajar dan
kompetisi tim, dan bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran beragam
fakta, konsep dan keterampilan. Dalam kaitannya dengan materi shalat jum'at,
teknik ini dapat dilakukan untuk menyampaikan syarat dan rukun shalat jum'at, syarat
dan rukun khutbah jum'at ataupun sunnah-sunnah shalat jum'at.
Dalam pembelajaran shalat jum'at teknik ini dapat diterapkan dengan
mencermati langkah-langkah di bawah ini:
1.
Bagilah siswa
menjadi sejumlah tim beranggotakan 2 hingga 8 siswa. Pastikan bahwa tim
memiliki jumlah yang sama. (Jika ini tidak bisa dilakukan, Anda harus
merata-ratakan skor dari tiap tim).
2.
Berikan materi
kepada tiap tim untuk dipelajari bersama.
3.
Buatlah
beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman dan/atau pengingatan akan materi pelajaran.
Gunakan format yang memudahkan penilaian sendiri, misalnya pilihan ganda,
mengisi titk-titik, benar/salah, atau definisi istilah.
4.
Berikan
sebagian pertanyaan kepada siswa. Sebutlah ini sebagai "ronde satu"
dari turnamen belajar. Tiap siswa harus menjawab pertanyaan secara
perseorangan.
5.
Setelah
pertanyaan diajukan, sediakan jawabannya dan perintahkan siswa untuk menghitung
jumlah pertanyaan yang mereka jawab dengan benar. Selanjutnya perintahkan
mereka untuk menyatukan skor mereka dengan tiap anggota tim mereka untuk
mendapat skor tim. Umumkan skor dari tiap tim.
6.
Perintahkan
mereka untuk belajar lagi untuk ronde kedua dalam turnamen. Kemudian ajukan
pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari "ronde kedua". Perintahkan
tim untuk sekali lagi menggabungkan skor mereka dan menambahkannya ke skor
mereka dironde pertama.
7.
Anda bisa
membuat ronde sesuai yang Anda mau, namun berikan untuk kesempatan tim untuk
menjalani sesi belajar antar masing-masing ronde. (Lamanya turnamen belajar
juga bisa bervariasi. Bisa singkat selama dua puluh menit atau bahkan beberapa
jam).
8.
Sebagai variasi
Anda dapat memberi penalti kepada siswa yang jawabannya salah dengan memberi
mereka skor minus 2 atau minus 3. Jika mereka tidak yakin dengan jawabannya,
lembar jawaban kosong bisa dianggap 0 (nol).
11. Keteladanan
Metode-metode atau teknik-teknik yang telah disebutkan di atas
ditujukan untuk mengenalkan siswa pada kewajiban dan ketentuan shalat jum'at,
dan hal ini lebih terkait dengan sisi kognitif siswa daripada sisi afektifnya.
Padahal, pembelajaran shalat jum'at pada akhirnya ditujukan untuk mendidik
siswa agar selalu menunaikan shalat jum'at dimulai dari keadaan mereka saat
ini. Oleh karena itu, untuk melakukan pembiasaan shalat jum'at diperlukan
metode atau teknik mengajar yang tepat.
Di antara teknik yang dapat digunakan untuk mendorong siswa untuk
membiasakan mengikuti shalat jum'at adalah dengan memberi teladan. Guru dalam
metode keteladanan berlaku sebagai seorang model yang diikuti. Oleh karenanya
guru harus memberikan contoh yang baik dalam pelaksanaan shalat jum'at. Dengan
demikian pertama-tama gurulah yang harus baik dan taat kemudian mengajak dan
menganjurkan siswa untuk baik dan taat juga. Bukankah kita tahu bahwa untuk
menyapu lantai yang kotor diperlukan sapu yang bersih? Mengajarkan kewajiban
dan kebiasaan shalat jum'at tanpa disertai keteladanan sama saja dengan menyapu
lantai dengan sapu kotor. Bukannya bersih malah tambah kotor.
Adapun untuk mengajak dan membujuk siswa agar mau membiasakan
shalat jum'at guru dapat menggunakan metode targhib-tarhib (bujukan dan ancaman
akhirat) dalam pengajarannya maupun metode kisah untuk menyentuh sisi afektif
siswa.
12.
Peninjauan
Ulang Topik
Selain itu, dalam mengevaluasi pembelajaran Anda dapat menggunakan
teknik peninjauan ulang topik untuk mengingatkan siswa pada materi yang telah
dipelajari dan untuk mengetahui daya serap pembelajaran. Teknik ini dapat Anda
lakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pada akhir proses pembelajaran, berilah siswa sebuah daftar topik
yang telah Anda bahas. Jelaskan bahwa Anda ingin mengetahui apa yang mereka
ingat tentang topik-topik itu dan apa saja yang telah mereka lupakan. Usahakan
agar susasana tetap santai agar mereka tidak merasa terancam oleh kegiatan
peninjauan ini.
2) Perintahkan siswa untuk mengingat hal-hal seputar topik yang telah
dibahas dan hal-hal lain yang masih mereka ingat. Ajukan pertanyaan-pertanyaan
seperti:
-
Mengacu
pada hal apakah topik ini?
-
Mengapa
topik ini penting?
-
Siapa
yang dapat memberi saya contoh tentang apa yang kita pelajari dalam topik ini?
-
Nilai-nilai
apa yang kalian dapatkan dari topik ini?
-
Pengalaman
belajar apa saja yang kita dapatkan dari tiap topik?
Jika tidak banyak yang diingat, olok-oloklah daya ingat mereka
secara bergurau, atau salahkan diri Anda karena tidak bisa menjadikan topik itu
sebagai sesuatu yang tak terlupakan.
3) Lanjutkan pengajuan pertanyaan itu secara kronologis hingga Anda
menyinggung semua materi yang pernah dibahas (atau lakukan selama waktu yang
tersedia masih ada).
4) Sewaktu Anda membahas isinya, buatlah pernyataan penyimpul sesuai
dengan yang Anda kehendaki.
5) Sebagai variasi, peninjauan ulang topik dapat Anda lakaukan dengan
mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok. Langkah ini merupakan
alternatif dari proses peninjauan topik secara klasikal di atas.
Adapun untuk menguji apakah siswa sudah terbiasa atau belum dalam
mengikuti shalat jum'at dapat dibuktikan dengan pengamatan. Untuk melakukan
pengamatan Anda tidak bisa melakukannya sendirian. Anda harus bekerja sama
dengan pihak-pihak terkait, khususnya orangtua siswa dan guru mengaji mereka di
mushalla. Dari orangtua dan ustadz itu Anda dapat menimba keterangan apakah
siswa tertentu sudah biasa mengikuti shalat jum'at atau belum. Untuk keperluan
pengamatan Anda perlu menyediakan formulir untuk diisi oleh orangtua siswa dan
ustadznya.
13. Evaluasi
Pembelajaran
Evaluasi atas proses pembelajaran, dalam rangka mengetahui tingkat
keterserapan materi oleh siswa dapat dilakukan melalui tes tertulis maupun tes
lisan. Tes ini terutama dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atas
materi yang diberikan. Adapun materi shalat berjamaah yang berupa tindakan dan
pembiasaan dievaluasi dengan pengamatan atas.
Evaluasi atas keberhasilan mengajar tergantung pada tujuan
pembelajaran itu sendiri. Bila tujuan pembelajaran adalah agar siswa dapat
menjelaskan ketentuan shalat jum'at, Anda dapat menguji kemampuan itu melalui
sebuah tes. Tes tulis dan lisan nampaknya relevan untuk tujuan ini. Anda bisa
membuat beberapa pertanyaan yang Anda tanyakan secara verbal kepada siswa dan
siswa diharuskan menjawabnya secara lisan juga. Atau, Anda dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tertulis dan siswa menjawabnya secara tertulis.
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab dengan uraian terbatas atau tidak
terbatas disesuaikan dengan kemampuan siswa. Soal tertulis dapat berupa soal
uraian atau objektif, yakni isian, benar salah atau pilihan ganda.
BAB 8
PEMBELAJARAN JENAZAH
A.
Jenazah
Tidak ada seorang pun yang dapat menghindari kematian. Datangnya
kematian tidak ada yang tahu kecuali Allah Yang Maha Mengetahui. Kematian bisa
terjadi kapan saja dan dimana saja. Mengurus jenazah seorang Muslim merupakan
kewajiban Muslim yang masih hidup. Hukumnya fardhu kifayah untuk memandikan,
mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan jenazah tersebut.
B.
Talqin
Rasulullah Saw bersabda, “Tuntunlah orang-orang yang berada di
ambang kematian untuk membaca kalimat laa ilaaha illa Allah” (HR.
Muslim).
C.
Cara Mengurus
Jenazah
1.
Memandikan
a.
Cara Memandikan
Jenazah
1)
Sediakan tempat
yang agak tinggi untuk membaringkan jenazah.
2)
Aurat jenazah
ditutup supaya tidak terlihat oleh yang tidak berhak (bukan mahram).
3)
Sediakan air
secukupnya dan sabun.
4)
Siramkan air
kebadannya mulai dari sebelah kanan, lebih utama jika siraman berjumlah ganjil.
5)
Basuh dan
gosok-gosok anggota badan yang biasa dibasuh ketika berwudhu.
6)
Basuh seluruh
anggota badan dengan sabun sampai bersih.
7)
Disunnahkan
untuk menyentuh aurat jenazah. Lebih baik menggunakan kain sehingga tidak
menyentuh langsung.
8)
Disunnahkan
mengurai rambut jenazah, kemudian diikat kembali jika selesai dimandikan.
9)
Dikeringkan
dengan handuk.
b.
Hal Yang Harus
di Perhatian Kala Memandikan Jenazah
1)
Yang wajib
dimandikan adalah jenazah Muslim.
2)
Memandikan
seluruh anggota tubuh.
3)
Orang yang
memandikan hendaknya orang yang sama jenis kelaminnya, kecuali mahram atau
suaminya.
4)
Dianjurkan
orang yang memandikan jenazah adalah pihak keluarga. Jika tidak bisa sebaiknya
diserahkan kepada orang yang sudah bisa memandikan jenazah dengan syarat jujur
dan dapat dipercaya sehingga tidak menyebarkan cacat jenazah.
5)
Jenazah anak
kecil boleh dimandikan oleh lawan jenis.
6)
Orang yang mati
syahid, yaitu orang yang meninggal dunia karena membela agama Allah (perang di sabilillah),
tidak pelu dimandikan.
7)
Apabila tidak
tersedia air atau meninggal di tengah-tengah orang yang bukan mahramnya,
jenazah wajib di tayamumi. Usap wajah dan kedua telapak tangan jenazah dengan
debu suci.
2.
Mengkafani
a.
Siapkan kain
putih sepanjang 12 meter. Potong menjadi enam lembar. Panjangnya setinggi
jenazah dilebihkan sedikit. Dua lembar disatukan, demikian juga lembaran yang
lainnya.
b.
Jenazah
Muslimah dikafani sebanyak lima lapis kain.
c.
Hamparkan
tikar, kemudian bentangkan tali di tempat kepala, lutut, tangan, serta dua mata
kakinya, kemudian hamparkan kain yang telah disediakan tadi.
d.
Taburi jenazah
dengan kapur barus yang telah dihaluskan, lalu baringkan di atas kain kafan
tadi, hadapkan kepala ke utara, setelah itu tempelkan kapas pada lubang hidung,
pusar, dan alat kelaminnya, kemudian balut sampai rapi.
3.
Menshalatkan
a.
Jenazah
dishalatkan dengan menghadap ke arah kepala jenazah, apabila ia laki-laki.
Apabila jenazah perempuan, maka menghadap keperutnya.
b.
Niat
c.
Shalat dengan
empat takbir
1)
Takbir pertama
membaca surah al-Fatihah.
2)
Takbir kedua
mebaca shalawat.
3)
Takbir ketiga
mendoakan jenazah.
4)
Takbir keempat
mendoakan kaum muslimin.
d.
Salam
4.
Menguburkan
Penguburan jenazah dianjurkan dengan segera. Sebelum jenazah
diantar ke kuburan, sebaiknya dilunasi utangnya terlebih dahulu, seandainya ia
mempunyai hutang. Apabila ia mempunyai hutang yang tidak ingat atau tidak
dituliskan, sebaiknya diumumkan kepada yang hadir. Kemudian yang hadir diminta
agar memaafkan kesalahan dan kekhilafan almarhum atau almarhumah semasa hidupnya.
D.
Ta’ziyah
Takziah ialah mengunjungi keluarga yang terkena musibah, seperti
meninggal dunia. Takziah sebaiknya
dilakukan ketika mayatnya belum dikubur
agar dapat ikut menshalati jenazah. Ketika melakukan ta’ziyah, hendaklah
menberi nasihat kepada keluarga yang sedang berduka supaya sabar, tabah, dan
ikhlas dalam menerima cobaan. Ta’ziyah kepada orang-orang yang terkena musibah
itu merupakan hak orang Islam serta perwujudan dari tolong menolong dengan
sesama kita.
E.
Ziarah Kubur
a.
Memberi salam
ketika masuk dan melewati kuburan.
b.
Tidak
mengerjakan shalat diatas kuburan.
c.
Dilarang duduk
diatas batu kuburan, demikian juga bersandar, atau berjalan diatasnya.
d.
Tidak
dibenarkan menyebut aib seorang Muslim yang telah meninggal dunia.
e.
Disunnahkan mendoakan jenazah kaum Muslimin
supaya mendapat ampunan dari Allah Swt.
F.
Pembelajaran Fiqih
Di bawah ini akan
dikemukakan beberapa teknik mengajar yang dapat Anda renungkan untuk digunakan
dalam pembelajaran Jenazah.
1. Tari Bambu
Teknik ini merupakan
pengembangan dari teknik Lingkaran Besar-Lingkaran Kecil. Bila pada teknik
Lingkaran Besar-Lingkaran Kecil membutuhkan ruang yang luas, pada teknik ini
bahkan bisa dilakukan di sela-sela bangku sekolah. Teknik ini disebut dengan
tari bambu karena posisi siswa menyerupai tarian bambu, yakni berjajar, tidak
melingkar. Teknik tari bambu dapat digunakan untuk berbagai materi pelajaran
yang membutuhkan pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Teknik ini
terstruktur sedemikian rupa, sehingga siswa dapat berbagi informasi dengan
beberapa pasangan yang berbeda dalam waktu yang singkat dan teratur.
Untuk menjalankan
teknik ini, Anda dapat melakukannya dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
1) Separuh kelas atau
seperempatnya berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar di
depan kelas. Kemungkinan lain siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara
kedua akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu yang relatif
singkat
2) Separuh kelas lain
berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
3) Dua siswa
berpasangan dari kedua jajaran diminta untuk saling ber tentang hal-hal yang
dihalalkan dan yang diharamkan oleh agama.
4) Kemudian, satu atau
dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajai ujung lain di jajarannya.
Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan
pasangan yang baru untuk berbagi pengetahuan.
5) Pergeseran bisa
dilakukan terus sesuai dengan waktu dan kebutuhan pengajaran
2. Numbered Heads Together
Teknik ini memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama mereka untuk mampu menjelaskan
materi atau menjadi juru bicara dari tentang suatu materi pelajaran dengan
mengikuti langkah-langkah berikut:
1) Bagilah siswa ke
dalam beberapa kelompok
2) Berikanlah nomor
kepada setiap siswa dalam kelompok tersebut
3) Berikanlah tugas
atau pertanyaan untuk dikerjakan secara berkelompo
4) Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan kelompok dapat
mengerjakannya/mengetahui jawabannya
5) Panggillah salah
satu nomor siswa.
6) Nomor yang dipanggil
diminta untuk melaporkan hasil kerja sama mereF kelas
7) Berikan kesempatan
kepada siswa atau kelompok lain untuk memberika
8) Kemudian, setelah
selesai yang tadi, panggillah nomor lain untuk mela kerja kelompoknya. Siswa
atau kelompok lainnya memberi tanggapan siswa tersebut.
9) Lakukan beberapa
kali dengan memperhitungkan waktu dan tujuan pengajaran.
10) Berikanlah
kesimpulan umum dari materi yang dipelajari.
3.
Team Quiz
Anda dapat
menggunakan teknik Team Quiz dalam pengajaran dengan mengikuti langkah-langkah
berikut ini:
1) Pilihlah topik yang
bisa disajikan dalam tiga segmen.
2) Bagilah siswa
menjadi tiga tim
3) Jelaskan format
pelajaran dan mulailah penyajian materinya. Batasi waktunya hingga 10 menit
saja atau kurang
4) Mintalah tim A untuk
menyiapkan kuis jawaban singkat. Kuis tersebut harus sudah siap dalam waktu 5
menit, tidak lebih. Tim B dan C menggunakan waktu ini untuk memeriksa catatan
mereka
5) Tim A memberi kuis
kepada tim B. Tim B bertugas untuk menjawab iya. Bila tim B tidak bisa
menjawab, tim C dipersilahkan menjawabnya.
6) Tim A mengarahkan
pertanyaan berikutnya kepada tim C, dan mengulang proses diatas
7) Ketika kuisnya
selesai, lanjutkan dengan segmen kedua dari pelajaran Anda, dan tunjukklah tim
B sebagai pemandu kuis.
8) Setelah tim B
menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga, dan tunjuklah tim C
untuk memandu kuis.
9) Akhiri pengajaran
dengan membuat kesimpulan dan koreksi seandainya ada jawaban siswa yang kurang
tepat.
4.
Evaluasi Pembelajaran
Untuk melihat
kemampuan siswa dalam mempraktekkannya dapat dilakukan dengan ujian praktek
melalui pengamatan.
BAB 9
PEMBELAJARAN ZAKAT
A.
Zakat
Zakat berasal dari bahasa Arab, Zakah, yang artinya bersih, suci,
atau baik. Zakat artinya mengeluarkan sebagian harta yang kita miliki untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.Membayar zakat termasuk
rukun Islam. Mengeluarkan zakat hukumnya wajib. Membayar zakat merupakan bentuk
syukur atas rezeki yang dikaruniakan Allah Swt.
B.
Zakat Fitrah
Zakat fitrah wajib dikeluarkan setiap Muslim, baik laki-laki maupun
perempuan. Zakat fitrah anak-anak menjadi tanggungan orangtuanya. Zakat fitrah
dikeluarkan setiap bulan Ramadhan. Zakat akan membersihkan diri kita dari sifat
kikir, tamak dan sombong.
C.
Syarat Wajib
Zakat
1.
Muslim.
2.
Mempunyai
kelebihan harta dan makanan.
3.
Bayi yang lahir
sebelum terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan wajib membayar zakat yang
harus dipenuhi orangtuanya.
D.
Perhitungan
Zakat
Zakat fitrah dibayarkan dengan makanan pokok di tempat tersebut,
seperti berasm gandum, jagung, sagu, dll. Misalnya di Jakarta, makanan pokok
penduduknya adalah beras maka membayar zakat dengan beras sebanyak 3,5 kilogram
beras atau dikonversikan ke rupiah seharga beras tersebut.
E.
Waktu
Pembayaran Zakat
Waktu pembayaran zakat fitrah adalah pada malam shalat ‘Idul Fitri.
Namun, boleh dilakukan sejak awal bulan Ramadhan. Pembagian selambat-lambatnya
dilakukan sebelum pelaksanaan shalat ‘Idul Fitri.
F.
Mustahik Zakat
1.
Fakir, yaitu
orang yang tidak punya harta dan pekerjaan.
2.
Miskin, yaitu
orang yang memiliki harta dan usaha, tetapi tidak mencukupi kebutuhan pokoknya.
3.
Amil, yaitu
pengelola zakat.
4.
Mualaf, yaitu
orang yang baru masuk Islam dan masih membutuhkan bimbingan.
5.
Hamba sahaya
(budak), yaitu orang yang harus menembus kemerdekaan dirinya.
6.
Gharimin, yaitu
orang yang terlilit hutang.
7.
Ibnu sabil,
yaitu orang yang sedang dalam perjalanan dan melakukan amar ma’ruf dan nahi
mungkar.
8.
Fi Sabilillah.
G.
Manfaat
Membayar Zakat
1.
Membersihkan
diri dari sifat tamak, kikir dan sombong.
2.
Meningkatkan
ketakwaan kepada Allah Swt.
3.
Menanamkan
kepedulian sosial.
4.
Melatih diri
mensyukuri ni’mat Allah dengan berbagi.
H.
Zakat Mal
Zakat menurut bahasa adalah menyucikan, tumbuh dan bertambah. Mal
berarti harta. Zakat mal berarti membersihkan harta. Menurut pengertian hukum
syariat, zakat mal adalah membersihkan harta atau rezeki yang kita miliki
dengan cara memberikan sebagiannya kepada orang yang berhak menerimanya menurut
ketentuan al-Qur’an dan hadits. Mengeluarkan
zakat mal termasuk fardhu ‘ain bagi orang yang mempunyai harta kekayaan telah
mencapai nisab dan haul.
I.
Syarat Wajib
Zakat Mal
1.
Islam.
2.
Milik sendiri.
3.
Sudah mencapai
nisab. Nisab adalah ukuran tertentu yang mewajibkan seseorang membayar zakat.
4.
Haul, yaitu
telah dimiliki selama setahun.
J.
Harta Yang
Wajib dizakatkan
1.
Emas,
2.
Perak,
3.
Perniagaan atau
perdagangan,
4.
Pertanian,
5.
Perkebunan,
6.
Peternakan,
7.
Barang-barang
temuan.
K.
Nisab
1.
Emas dan Perak
a.
Emas seberat 96
gram dan yang wajib dikeluarkan sebesar 2,5%.
b.
Perak seberat
650 gram dan yang wajib dikeluarkan sebesar 2,5%.
2.
Harta
Perniagaan
Perniagaan adalah usaha dalam rangka mencari keuntungan, seprti
toko, pabrik atau jenis usaha yang bisa dinilai. Zakat harta perniagaan sama
dengan zakat untuk emas atau perak. Apabila seseorang berniaga, terhitung sejak
ia mulai berniaga sampai satu tahun dan penghasilannya telah mencapai nisab, ia
wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5%.
3.
Harta Pertanian
Zakat hasil pertanian berupa
makanan pokok seperti beras, gandum dan buah-buahan. Nisab zakat pertanian
adalah 1000 liter. Apabila hasil panen telah mencapai 1000 liter, ia wajib
mengeluarkan zakatnya 10% jika air yang digunakan untuk pertanian tersebut
tidak menggunakan tenaga binatang atau yang lainnya. Apabila pengairannya
menggunakan tenaga binatang atau yang lainnya, zakat yang harus dikeluarkan
sebesar 5%.
4.
Binatang Ternak
Jenis binatang yang wajib dizakati adalah unta, sapi, kerbau dan
kambing, dengan syarat sebagai berikut:
a.
Digembalakan di
rumput, bukan milik orang lain.
b.
Binatang
tersebut tidak dipakai sebagai alat pengangkut atau membajak.
Nisab zakat bintang ternak adalah sebagai berikut:
No. |
Jenis |
Nisab |
Zakat |
Umur |
1 |
Kambing |
40-120
ekor |
1
kambing |
2
tahun lebih |
|
|
121-200
ekor |
2
kambing |
2
tahun lebih |
|
|
201-300
ekor |
3
kambing |
2
tahun lebih |
|
|
301-400
ekor |
4
kambing |
2
tahun lebih |
|
|
401-500
ekor |
5
kambing |
2
tahun lebih |
|
|
Setiap
bertambah 100 ekor, maka zakatnya ditambah 1 ekor kambing. |
||
2 |
Sapi/
Kerbau |
30-39
ekor |
1
anak sapi/kerbau |
2
tahun lebih |
|
|
40-59
ekor |
1
anak sapi/kerbau |
2
tahun lebih |
|
|
60-69
ekor |
2
anak sapi/kerbau |
1
tahun lebih |
3 |
Unta
|
5-9
ekor |
1
kambing |
2
tahun lebih |
|
|
10-14
ekor |
2
kambing |
2 tahun
lebih |
|
|
15-19
ekor |
3
kambing |
2
tahun lebih |
|
|
20-24
ekor |
4
kambing |
2
tahun lebih |
|
|
25-35
ekor |
1
anak unta |
1
tahun lebih |
|
|
36-45
ekor |
1
anak unta |
2
tahun lebih |
|
|
46-60
ekor |
1
anak unta |
3
tahun lebih |
|
|
61-75
ekor |
1
anak unta |
4
tahun lebih |
|
|
76-90
ekor |
2
anak unta |
2
tahun lebih |
|
|
91-120
ekor |
2
anak unta |
3
tahun lebih |
|
|
Mulai
121 ekor, tiap tambah 40, zakatnya 1 anak unta yang berumur 2 tahun lebih. |
5.
Harta Terpendam
Rikaz adalah harta yang terpendam, seperti emas dan perak. Apabila
kita menemukannya, wajib mengeluarkan zakat sebesar 20% (1/5).
L.
Shadaqah dan Infaq
Selain diwajibkan zakat atas harta dan zakat fitrah, umat Islam dianjurkan
bersedekah dan infaq. Infaq adalah membelanjakan sebagian harta untuk jalan
kebaikan, misalnya untuk pembangunan mesjid, madrasah, perbaikan jalan,
penciptaan lingkungan yang bersih dan lain-lain. Sedangkan bersedekah berarti
memberikan sesuatu yang berguna kepada orang lain.
Ada banyak macam sedekah yang dianjurkan Nabi, termasuk di dalamnya
berdzikir, amr ma'ruf nahi munkar, membuang duri dari jalan, menuntun orang
buta, tersenyum dan lain-lain. Bersedekah harta berarti memberikan harta kepada
orang fakir dan miskin.
Hukum infaq dan sedekah adalah sunnah. Namun bila keadaan memaksa hukum
keduanya bisa berubah menjadi wajib. Misalnya, Rasulullah Saw mewajibkan para
shahabatnya berinfaq untuk membekali pasukan perang saat berjihad melawan orang
kafir.
M.
Pembelajaran Fiqih
Untuk mengajarkan
materi macam-macam zakat dan berbagai ketentuan zakat fitrah dapat dilakukan
dengan metode ceramah dan tanya jawab. Sedangkan untuk melatih siswa agar bisa
mempraktekkan zakat fitrah dapat dilaksanakan dengan metode praktek melalui
bermain peran, demontrasi ataupun simulasi. Teknik-teknik lain yang relevan dapat
digunakan sebagai cara mengaktifkan siswa dalam proses belajar.
Di bawah ini
dikemukakan beberapa teknik yang dapat digunakan untuk pembelajaran zakat
secara aktif :
1. Concept Map (Peta Konsep)
Peta konsep adalah
peta pikiran. Peta ini menggambarkan pikiran kita tentang sesuatu. Dengan peta
ini kita dapat melihat mana yang bersifat umum dan mana yang khusus. Dengan
peta pikiran kita bisa membedakan mana yang utama dan mana yang sampingan. Peta
pikiran dapat menjadi cara belajar efekuf jika dibandingkan dengan teknik
catatan tradisional. Dalam peta pikiran kita bukan hanya melihat tulisan tetapi
juga melihat sebuah gambar dari pikiran, yang menenangkan dan menyenangkan.
Siswa dapat dilatih
untuk menggunakan peta pikiran untuk melatih berpikir sistematis. Guru dapat
menggunakan teknik ini untuk kegiatan pembelajaran di kelas. Langkah-langkah
yang dapat digunakan untuk pembelajaran melalui peta konsep adalah sebagai
berikut:
1) Pilihlah satu konsep
atau wacana sebagai bahan pengajaran ataupun penilaian (bila Anda menggunakan
concept map sebagai alat evaluasi). Dalam pembelajaran zakat, Anda dapat
menempatkan konsep zakat sebagai titik tolak kajian, atau konsep lain seperti
konsep zakat fitrah, harta yang wajib dizakati, mustahiq zakat dan lain-lain.
2) Mintalah siswa untuk
menyebutkan beberapa istilah yang terkait dengan zakat atau zakat fitrah
sebanyak-banyaknya. Anda dapat membantu dengan mengingatkan suatu kata atau
dengan menunjuk asosiasinya. Di antara konsep-konsep yang mungkin ditemukan
siswa dalam tema zakat adalah seperti berikut:
Mustahik |
Faqir |
ustadz |
idul fitri |
Miskin |
orang |
kyai |
ramadhan |
Kaya |
berutang |
beras |
tabungan |
Nishab |
2,5% |
harta |
yang wajib |
Haul |
tanaman |
hasil panen |
dizakati |
10% |
profesi |
unta |
sapi |
Pajak |
kambing |
mu’allaf |
ibnu sabil |
Jalan Allah |
emas |
perdagangan |
yang tidak |
uang |
perhiasan |
peternakan |
berhaq |
investasi |
amil |
pertanian |
menerima |
|
pertambangan |
5% |
zakat |
Mintalah siswa memilih 10 atau 12
konsep-konsep utama dari daftar yang telah dibuat. Misalnya mustahiq, nishab, haul,
mu'alaf, ibn sabil, dan lain-lain
3)
Mintalah kembali kepada siswa untuk menuliskan konsep utama di atas
kartu-kartu secara terpisah
4) Kemudian siswa untuk
membuat satu gambar yang saling berhubungan antara konsep-konsep itu bisa dalam
bentuk lingkaran atau peta. Dapat juga meletakkan konsep yang paling besar di
tengah-tengah gambar.
5) Pastikan siswa
membuat garis penghubung antar konsep-konsep utama tersebut.
6) Sebelum mengakhiri
tugas siswa, mintalah mereka menulis satu kata atau label di atas setiap garis
penghubung
7) Setelah siswa
mengerjakan tugas, Anda mengumpulkan dan siap untuk melakukan koreksi atau
evaluasi dengan kriteria yang sudah dibuat.
8) Setelah dikoreksi,
kembalikanlah hasil koreksian kepada siswa
2. Bermain Jawaban
Teknik lain yang
dapat digunakan untuk pembelajaran zakat adalah Bermain Jawaban. Bermain
Jawaban adalah sebuah permainan edukatif yang menitikberatkan pada aspek
pemahaman dan ingatan atas materi pengajaran. Guru bisa menggunakan teknik ini
dalam pembelajaran zakat dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1) Buatlah sejumlah
pertanyaan yang memerlukan jawaban singkat, dan masing-masing ditulis pada
selembar kertas.
2) Tulis sejumlah
kemungkinan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jumlah jawaban harus
lebih banyak dari jumlah pertanyaan. Misalnya jumlah pertanyaan 25, maka jumlah
jawaban sekitar 30 atau 35.
3) Kelompokkan
jawaban-jawaban yang dibuat sesuai dengan kategori tertentu, misalnya kategori
nishab, kategori mustahiq, kategori bukan mustahiq dan lain-lain.
4) Masukkan
jawaban-jawaban tadi ke dalam kantong atau kotak kertas sesuai kategori yang
telah dibuat.
5) Tempelkan
kotak-kotak kertas yang berisi jawaban tadi pada selembar kertas karton.
Kemudian pasang di depan kelas.
6) Kelompokkan siswa
menjadi beberapa kelompok. Jumlah anggota kelompok disesuaikan dengan jumlah
siswa. Usahakan masing-masing kelompok tidak lebih dari 6 orang siswa.
7) Berikan kepada
masing-masing kelompok itu beberapa pertanyaan. Jumlah pertanyaan pada setiap
kelompok harus sama banyaknya.
8) Mintalah setiap
kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban dan mencari di kotak mana kira-kira
jawaban tersebut berada.
9) Mulailah permainan
dengan meminta salah satu kelompok untuk membacakan satu pertanyaan, kemudian
salah satu anggota kelompok menjawab sesuai dengan kartu jawaban
10) Langkah ke 9 diulang
untuk kelompok lain sampai pertanyaan habis atau waktu tidak memungkinkan
11) Guru melakukan
klarifikasi atas jawaban-jawaban siswa.
3.
Card Sort (Pemilahan Kartu)
Teknik ini merupakan
aktivitas belajar melalui kerja sama antar siswa dalam memahami konsep,
karakteristik, klasifikasi, fakta tentang benda, ataupun menilai informasi.
Gerak fisik yang dilakukan siswa di dalam teknik ini dapat membantu
menggairahkan semangat belajar siswa yang sudah penat.
Untuk menerapkan teknik
ini dalam pembelajaran "shalat bagi orang sakit", Anda dapat meniru
prosedur di bawah ini:
1) Berikan kepada
setiap siswa sebuah kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok
dengan satu atau beberapa kategori. Berikut adalah contohnya:
-
Faqir, miskin, 'amil, gharimin, ibnu
sabil, fi sabilillah, hamba sahaya, mu'allaf (kategori: mustahiq zakat)
-
Anak, ayah, istri, ahlu-l-bait Nabi,
kafir, murtad (kategori: bukan mustahiq zakat)
-
Uang, emas, perak, perhiasan,
perdagangan.hasil pertanian, hewan ternak, hasil pertambangan dan investasi,
penghasilan profesi (kategori: yang wajib dizakati)
-
Dan sebagainya
2) Mintalah siswa untuk
berkeliling ruangan dan mencari siswa lain yang kartunya cocok dengan kategori
yang sama (anda dapat mengumumkan kategorinya sebelumnya atau biarkan siswa
menemukannya sendiri)
3) Perintahkan para
siswa yang kartunya memiliki kategori sama untuk menawarkan diri kepada siswa
lain.
4) Ketika setiap
kategori ditawarkan, kemukakan poin-poin pengajaran yang menurut Anda penting,
atau mintalah setiap kelompok untuk melakukan presentasi pengajaran tentang
kategori yang ditemukannya.
Langkah-langkah card
sort di atas dapat divariasikan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Kelompok siswa ke
dalam beberapa kelompok
2) Berikan kepada
setiap kelompok satu dus kartu yang tertulis di masing-masing kartu itu nama
kategori dan nama-nama rinciannya.
3) Pastikan bahwa
mereka mengocoknya agar kategori-kategori yang cocok dengan mereka tidak jelas
di mana letaknya.
4) Mintalah setiap
kelompok untuk memilah-milah kartu menjadi sejumlah kategori.
5) setiap tim bisa
mendapatkan skor untuk jumlah kartu yang dipilih dengan benar.
4.
Simulasi
Untuk pembelajaran
zakat fitrah Anda dapat gunakan metode bermain peran atau simulasi. Metode ini
selain dengan mudah memberi pengertian materi kepada siswa, ia berfungsi
sebagai sarana bekerjasama melakukan sesuatu. Teknik ini dapat memberi kesan
yang mendalam kepada siswa berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Teknik ini dapat
dilaksanakan dalam mengajarkan ketentuan dan tata cara penerimaan dan pembagian
zakat fitrah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru siapkan
skenario dramanya.
2) Kelompokkan siswa
menjadi tiga kelompok utama: kelompok wajib zakat, panitia/ amil zakat dan
mustahiq zakat.
3) Gunakan media
seperti beras atau uang atau alat lain yang dipahami sebagai beras dan uang.
Seandainya Anda meminta menggunakan beras dan uang jelaskanlah kepada orang tua
bahwa beras dan uang itu akan dikembalikan atau diinfakkan kepada orang yang
berhak dan digunakan untuk kepentingan peralatan sekolah.
4) Kelompok wajib
zakat, untuk memeriahkan dapat dibagi pula berdasarkan orangtua-anak, atau
berbagai profesi yang ada di masyarakat. Kelompok amil zakat dapat
dikelompokkan lagi kepada beberapa kelompok; kelompok yang menerima zakat dan
yang membaginya; pengatur acara supaya lancar dan sebagainya. Sedangkan
kelompok mustahiq dapat dibagi kepada delapan kelompok mustahiq zakat.
5) Aturlah
masing-masing kelompok untuk memainkan perannya masing-masing.
6) Setelah selesai
tanyakanlah kepada siswa kesan apa yang dapat di ambil dari permainan itu dan,
tentu saja, tanyakanlah prosedur penerimaan dan pembagian zakat serta
bagian-bagian yang diterima dan dibagikan.
5.
Learning Starts With Question
Salah satu cara
untuk membuat siswa belajar secara aktif adalah dengan membuat siswa bertanya
tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari guru. Namun kenyataanya,
siswa enggan dan malu untuk bertanya walaupun Anda, sebagai guru, sudah m
emberikan tawaran dan kesempatan untuk sesi tanya jawab. Oleh karena itu untuk
mcngaktifkan siswa bertanya perlu menggunakan teknik pengajaran yang dapat
memberi kesempatan bertanya tanpa malu-malu. Di antara teknik yang dapat Anda
gunakan untuk kepentingan tersebut adalah teknik Learning Starts With
Question (Pembelajaran dimulai dari pertanyaan).
Dalarn menerapkan
teknik ini saat mengajarkan materi infaq dan sedekah Anda bisa mengikuti
langkah-langkah berikut:
1) Pilih "bahan
bacaan yang sesuai, kemudian bagikan kepada siswa. Bahan bacaan dapat dipilih
dari buku teks atau Anda membawa fotokopi materi untuk dibagikan. Usahakan
bacaan itu adalah sebuah bacaan yang memuat informasi umum atau yang tidak
detail, atau bacaan yang memberi peluang untuk ditafsirkan dengan berbeda-beda.
2) Minta siswa untuk
mempelajari bacaan sendiri-sendiri ataupun berpasangan.
3) Minta siswa untuk
memberi tanda pada bagian-bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurian kepada
mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan
pasangan belajar dengan pasangan yang lain, kemudian minta mereka untuk membahas
poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda.
4) Di dalam pasangan
atau kelompok kecil, minta siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi
yang telah mereka baca.
5) Kumpulkan
pertanyaan-pertanyaan yang telah di tulis oleh siswa.
6) Sampaikan bahan
pelajaran dalam pertemuan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
6. Plantet Questions (Pertanyaan Semu)
Teknik ini dapat
membantu siswa yang tidak pernah bertanya atau bahkan tidak pernah berbicara
pada jam-jam pelajaran dan untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dengan
climinta menjadi penanya. Sebelumnya, Anda harus menyiapkan beberapa pertanya
an yang ditulis dalam sebuah kartu. Anda juga harus memilih beberapa siswa
untuk dititipi pertanyaan yang harus ditanyakan saat kegiatan pembelajaran.
Sekalipun Anda
memberikan materi
pelajaran seperti biasanya, tetapi efeknya adalah siswa melihat Anda
melaksanakan sesi tanya jawab. Dengan demikian teknik ini dapat membantu Anda
untuk mempresentasikan informasi dalam bentuk respon terhadap pertanyaan yang
telah di tanamkan/diberikan sebelumnya kepada siswa tertentu.
Untuk menerapkan
teknik ini, saat mengajarkan materi infaq dan sedekah, Anda bisa mengikuti
langkah-langkah berikut:
1)
Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
pada materi pelajaran yang akan disajikan, sekaligus mengarahkan proses
pembelajaran. Tulislah tiga sampai enam pertanyaan dan urutlah pertanyaan
tersebut secara logis. Misalnya:
-
Apa perbedaan sedekah dengan infaq dan
zakat?
-
Apa saja macam-macam sedekah?
-
Apa saja hikmah dan keutamaan sedekah?
-
Apakah sedekah tidak akan mengurangi
harta?
-
Bagaimana cara bersedekah yang baik?
2)
Tulislah setiap pertanyaan pada sepotong kertas
(10x15 cm), dan tuliskan isyarat yang akan digunakan untuk memberi tanda kapan
pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan.
Tanda yang bisa digunakan di antaranya: (a)
menggaruk atau mengusap hidung; (b)
membuka kacamata; (c) membunyikan jari-jari;
dan lain-lain.
Intruksi dalam kartu itu akan nampak seperti
berikut:
JANGAN TUNJUKKAN KARTU INI
KEPADA SIAPAPUN
Setelah istirahat, saya akan membahas materi
infaq dan sedekah dan kemudian mempersilahkan untuk bertanya. Ketika saya
menggaruk hidung, angkat tangan dan tanyakan pertanyaan berikut ini:
Apakah perbedaan
antara zakat, infaq dan sedekah?
Jangan baca pertanyaan ini keras-keras.
Hapalkan dan ungkapkan pertanyaan dengan kata-kata Anda sendiri.
3)
Siapkan jawaban untuk setiap pertanyaan dalam
flip chart, tranparansi, OHP, atau hands out yang siap ditampilkan ketika
menjawab pertanyaan tersebut.
4)
Sebelum pelajaran dimulai, pilihlah siswa yang
akan mengajukan pertanyaan tersebut. Pilih siswa yang tidak pernah atau jarang
bertanya. Berikan setiap kartu pertanyaan
dan jelaskan petunjuknya. Yakinkan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak
diketahui siswa lain.
5)
Bukalah sesi tanya jawab dengan menyebutkan
topik yang akan dibahas dan diberi isyarat pertama. Kemudian jawablah
pertanyaan pertama, dan kemudian teruskan dengan tanda-tanda dan
pertanyaan-pertanyaan berikut.
6)
Sekarang, bukalah forum untuk pertanyaan baru
(bukan yang sebelum ditanam).
7. Information Search (Mencari Info)
Teknik ini seperti
melakukan ujian yang bersifat open book. Dengan teknik ini, secara berkelompok
siswa mencari informasi (biasanya tercakup dalam pembelajaran) yang dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada mereka. Teknik ini sangat
membantu proses pembelajaran terutama untuk lebih menghidupkan materi yang
dianggap kering.
Untuk mengajarkan
ketentuan infaq dan sedekah dengan teknik ini Anda dapat mengikuti cara-cara
berikut:
1)
Buatlah beberapa pertanyaan yang dapat dijawab
dengan mencari informasi dalam bahan-bahan sumber yang bisa diakses siswa.
Bahan-bahan sumber ini bisa berbentuk: hands out, dokumen, buku teks, informasi
dari internet, atau perangkat keras (mesin, komputer dan alat-alat lain).
2)
Atau, buatlah pertanyaan yang mendorong siswa
untuk mendapat jawabannya dengan cara menyimpulkan sumber informasi yang
tersedia.
3)
Bagikan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada
siswa.
4)
Minta siswa menjawab pertanyaan, bisa
individual atau kelompok kecil. Kompetisi antar kerlompok dapat diciptakan
untuk meningkatkan partisipasi.
5)
Selain membaca jawaban pertanyaan, siswa bisa
juga diberi tugas seperti pemecahan masalah atau tugas dimana siswa harus
mencocokkan atau merangkai kata-kata yang menyimpulkan poin-poin penting dari
sumber bacaan.
6)
Beri komentar atas jawaban yang diberikan
siswa. Kembangkan jawaban untuk memperluas cakupan pembelajaran.
8. Kritikus Video
Pembelajaran infaq
dan sedekah dapat Anda lakukan dengan memutar film pendek atau potongan film
tertentu yang menceritakan tentang hikmah dan keutamaan infaq dan sedekah. Anda
dapat memilih film itu dari sumber-sumber yang dekat dengan Anda. Namun, dalam
menayangkan film siswa tidak boleh dibiarkan pasif. Mintalah mereka untuk
menganalisa cerita dalam film dengan tema-tema yang terkait dengan sedekah.
Untuk
menerapkan teknik ini dalam pembelajaran, Anda dapat mengikuti langkah-langkah
di bawah ini:
1)
Siapkan video, dalam hal ini film tentang
keutamaan sedekah, yang akan dipertunjukkan kepada siswa. Tidak harus
keseluruhan film ditayangkan, karena hal itu akan menyita waktu. Tampilkan
potongan film yang berkaitan dengan materi belajar sedekah saja.
2)
Katakan kepada siswa, sebelum menonton video,
bahwa Anda ingin mereka mencatat apa yang ditayangkan. Minta mereka untuk
melihat beberapa faktor yakni kegiatan sedekah dan manfaatnya. Misalnya:
-
kondisi tokoh yang mem beri sedekah dan
yang diberi sedekah
-
apa yang disedekahkannya?
-
Apa hikmah sedekah yang dialami sang
tokoh ?
-
bagaimana kesan siswa atas cerita dalam
film?
3)
Putarlah videonya
4)
Laksanakan diskusi setelahnya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya
9.
Membiasakan Infaq dan Sedekah
Mengajarkan
ketentuan sedekah relatif lebih mudah
dibandingkan dengan membiasakan siswa untuk berinfaq dan bersedekah. Hal ini
karena beberapa faktor:
-
Siswa tidak sepenuhnya berada dalam bimbingan
Anda. Hanya di sekolah saja ia menjadi murid Anda, setelah jam sekolah habis,
siswa kembali menjadi seorang anak dari orangtuanya.
-
Dibutuhkan keteladanan bukan hanya dari Anda
melainkan dari semua pihak di sekolah maupun di rumah. Oleh karenanya
membutuhkan kerjasama semua pihak.
Namun demikian,
bukan berarti Anda tidak bisa melakukan apa-apa. Masih banyak kegiatan yang
dapat dijadikan wahana bagi melatih kebiasaan bersedekah, misalnya:
1) Untuk mendorong
semangat siswa agar mau berinfaq dan bersedekah Anda dapat:
a.
menceritakan kisah-kisah yang menggugah,
b.
menyampaikan hadis-hadis atau ayat-ayat tentang
keutamaan sedekah,
c.
memutarkan film-film tentang kedermawanan,
d.
mengajak siswa ke panti asuhan, panti jompo dan
lokasi-lokasi lain yang menyentuh rasa kasihan.
2) Untuk melatih
berinfaq dan bersedekah Anda bisa bekerja sama dengan pihak sekolah dan
orangtua untuk mengadakan
a.
iuran rutin satu mingguan atau satu bulanan.
Iuran itu, Anda jelaskan, akan digunakan untuk perbaikan dan melengkapi sarana
dan prasarana sekolah, atau untuk memberi santunan kepada orang-orang yang
tidak mampu, membantu orang di rumah sakit dan lain-lain.
b.
sedekah insidental seperti bila ada salah satu
teman siswa atau guru yang dirawat di rumah sakit, bila ada pengemis lewat ke
halaman sekolah; dan
c.
tidak kalah pentingnya membiasakan berbagi
makanan dengan teman sekelas. Kelas-kelas masa kini membolehkan siswa belajar
sambil ngemil. Anjurkan kepada mereka untuk membawa makanan yang dapat dibagi,
misalnya kacang, pop corn (brondong) dan lain-lain;
d.
lebih penting dari itu, Anda harus menjadi
teladan. Sesekali Anda bawa cemilan ke kelas dan bagikanlah kepada siswa.
N.
Evaluasi Pembelajaran
Pada dasarnya
penilaian terhadap pembelajaran dapat mengunakan tes lisan, tulisan dan ujian
praktek. Tes lisan dan tulisan digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan
siswa memahami teori-teori zakat. Sedangkan ujian praktek dapat dilakukan
dengan mengamati simulasi yang dilakukan siswa ketika mempraktekkan pembagian
zakat fitrah.
Selain dari tes
lisan, tulisan dan praktek, teknik pengajaran concept map juga dapat digunakan untuk
melakukan evaluasi, khususnya untuk mengetahui kemampuan berpikir siswa dan
kemampuan mengingat meteri pelajaran.
Untuk menguji
kemampuan siswa dalam memahami ketentuan sedekah Anda dapat menggunakan tes
lisan maupun tes tulis atau teknik-teknik pembelajaran tertentu yang dapat
dipakai untuk menguji. Adapun untuk melakukan evaluasi terhadap praktek infaq
dan sedekah, Anda dapat melakukan pengamatan, misalnya pada saat-saat sekolah
meminta iuran.
BAB 10
PEMBELAJARAN PUASA
A.
Puasa
Puasa artinya menahan sesuatu. Seseorang yang berpuasa harus mampu
mengendalikan diri tidak makan dan minum pada siang hari dan meninggalkan
hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa.
B.
Syarat Wajib
Puasa
a.
Muslim.
b.
Berakal sehat.
c.
Balig.
d.
Kuat
melaksanakannya.
C.
Syarat Sah
Puasa
a.
Muslim.
b.
Balig.
c.
Suci dari
hadats besar (haid dan nifas).
d.
Dilakukan pada
waktu-waktu diperbolehkan puasa.
D.
Rukun Puasa
a.
Niat.
b.
Menahan diri
dari melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan dan minum
atau mengurangi pahala berpuasa seperti bergunjing dan sebagainya.
E.
Sunnah Puasa
a.
Menyegerakan
berbuka.
b.
Berbuka dengan
sesuatu yang manis seperti kurma.
c.
Berdoa sewaktu
berbuka puasa.
d.
Makan sahur.
e.
Mengakhirkan
sahur.
f.
Memberi makanan
buka puasa kepada orang yang puasa.
g.
Memperbanyak
sedekah.
h.
Membaca
al-Qur’an.
F.
Batal Puasa
a.
Makan dan minum
dengan sengaja.
b.
Muntah yang
disengaja.
c.
Berhubungan
suami-istri.
d.
Haid dan nifas.
e.
Murtad.
G.
Orang Yang
Diperbolehkan Tidak Puasa
a.
Perempuan yang
sedang hamil.
b.
Perempuan yang
sedang menyusui.
c.
Orang tua yang
sudah lemah.
d.
Orang yang
sedang sakit.
e.
Orang yang
sedang berpergian jauh.
H.
Hikmah Puasa
a.
Meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
b.
Bukti rasa
syukur kepada Allah Swt.
c.
Menjaga
kesehatan.
d.
Belajar menjaga
kepercayaan dan berlaku jujur.
e.
Membiasakan
hidup disiplin dan teratur.
f.
Pembelajaran
menahan nafsu, selain menahan nafsu dan lapar.
g.
Memupuk
kepedulian dan belas kasih terhadap kaum dhuafa.
I.
I’tikaf
I’tikaf adalah berdiam diri dalam masjid. Tujuan utamanya adalah
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Selama melaksanakan i’tikaf, seseorang
melakukan amalan seperti membaca al-Qur’an dan berzikir. Melaksanakan i’tikaf
hukumnya sunnah dan biasa dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
J.
Rukun I’tikaf
a.
Niat.
b.
Berdiam diri
dalam masjid.
c.
Memenuhi syarat
i’tikaf (Muslim, berakal sehat, dan suci dari hadats besar)
K.
Yang
Membatalkan I’tikaf
a.
Keluar masjid
tanpa alasan.
b.
Melakukan
hubungan suami-istri.
L.
Puasa Sunnah
a.
Puasa 6 Hari
Pada Bulan Syawwal. Puasa ini dilakukan setelah Hari Raya Idul Fitri selama
enam hari pada bulan Syawwal. Boleh
berturut-turut atau berselang.
b.
Puasa Hari
Arafah. Puasa ini dianjurkan bagi orang yang tidak berhaji pada 9 Dzulhijjah.
c.
Puasa ‘Asyura.
Tanggal 10 Muharram.
d.
Memperbanyak
puasa pada bulan Sya’ban.
e.
Puasa Senin
Kamis.
f.
Puasa Daud.
Berpuasa sehari dan berbuka sehari.
g.
Puasa 3 Hari
Setiap Tengah Bulan.
M.
Amalan-Amalan
di bulan Ramadhan
Puasa ramadhan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang baligh,
berakal, sehat, muqim, dan tidak sedang haid atau nifas. Bulan Ramadhan, yang
di dalamnya diwajibkan puasa itu, adalah bulan penuh berkah. Oleh karenanya
umat Islam dianjurkan menambah berbagai ibadah dan amal shaleh pada bulan
dengan lebih sungguh dari pada bulan sebelumnya.
Di antara amalan ramadhan yang sangat di anjurkan adalah:
1)
Shalat tarawih
2)
Shalat witir
3)
Tadarus
4)
Shadaqah
5)
I'tikaf,
khususnya di hari-hari terakhir ramadhan
N.
Pembelajaran
Fiqih
Untuk dapat
menyampaikan materi ketentuan puasa ramadhan dan hikmahnya dengan efektif Anda
perlu menerapkan metode mengajar yang baik dan menyenangkan. Di antara
metode-metode yang dapat Anda gunakan untuk pembelajaran puasa adalah:
1.
Metode Ceramah.
Metode ini paling
banyak Anda kenal dan, mungkin juga, paling sering digunakan. Metode ini
berguna untuk menyampaikan informasi atau gagasan Anda, tetapi tidak efektif
untuk mengajarkan gerakan. Namun, karena materi puasa dan hikmah-hikmah lebih
banyak bersifat teoritis maka metode ceramah cukup efektif sebagai metode
pembelajaran. Agar lebih efektif, metode ceramah Anda harus ditingkatkan.
Langkah-langkah yang dapat Anda gunakan untuk meningkatkan ceramah antara Iain:
1) Buatlah ceramah Anda
menjadi bermakna. Ini artinya informasi yang Anda sampaikan dapat memenuhi
sebanyak mungkin harapan akan pengetahuan dari siswa Anda.
2) Perhatikan prinsip
keseluruhan dan parsial. Dalam ceramah Anda harus menentukan apakah materi yang
dibahas itu harus disampaikan seluruhnya dalam satu waktu atau menyampaikannya
secara bertahap sesuai dengan jam pelajaran dan kemampuan siswa Anda.
3) Atur sistematika
penyampaian dengan baik.
4) Pengulangan dan
simpulan. Di akhir ceramah Anda mengulang kembali materi yang disampaikan
dengan ringkas sebagai kesimpulan dari seluruh ceramah Anda.
5) Gunakan media
sebagai alat bantu. Misalnya, Anda dapat menulis di papan tulis kesimpulan yang
Anda buat. Ingat, sesuatu yang terlihat lebih sering diingat daripada sesuatu
yang didengar. Contoh tulisan di papan tulis tentang hal-hal yang membatalkan
puasa:
Hal-hal
yang membatalkan puasa:
a)
Makan dengan sengaja
b)
Minum dengan sengaja
c)
Muntah dengan sengaja
d)
Haid
e)
Nifas
f)
Istimna' (masturbasi)*
g)
Membatalkan niat puasa
h)
jima'(hubungan seksual)*.
Keterangan: * bila Anda merasa tidak perlu
menyampaikan masalah ini (*), itu bisa ditunda sampai siswa cukup umur untuk
memahaminya.
6) Jangan terlalu lama.
Kemampuan mendengar dari siswa Anda terbatas. Prof. Quraish Shihab hanya
menggunakan waktu 10 menit untuk ceramah, sisa waktu yang tersedia digunakan
untuk tanya jawab.
7) Gunakan metode
pembelajaran lain sebagai selingan dan sebagai alat untuk mengetahui
efektifitas ceramah Anda.
2.
Metode Tanya Jawab
Metode ini bisa Anda
padukan dengan metode ceramah. Metode ini merupakan teknik pembelajaran dengan mengunakan
pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuannya.
Pertanyaan-pertanyaan dapat muncul dari guru kepada siswa atau dari siswa
kepada guru. Jawaban pun dapat muncul dari Anda atau dari siswa.
Pertanyaan-pertanyaan itu harus merangsang siswa untuk kreatif dalam berpikir.
Karena itu, bimbinglah siswa untuk menemukan jawaban pertanyaan dengan tepat.
Hal ini bisa dilakukan, misalnya dengan menghubungkan pengetahuan dengan
pengalaman siswa dalam kehidupan.
Untuk keperluan
metode ini Anda harus menguasai materi pembelajaran secara penuh dan Anda sudah
harus menyiapkan pertanyaan-pertanyaan sebelum masuk kelas.
Agar
pertanyaan-pertanyaan Anda mencapai tujuan yang diharapkan, Anda perlu
memperhatikan rambu-rambu cara bertanya yang baik. Menurut E. Mulyasa,
rambu-rambu pertanyaan yang baik itu meliputi:
1) Anda perlu memberi
acuan pertanyaan kepada siswa. Bentuk pertanyaan ini diberikan dengan terlebih
dulu Anda menyampaikan materi-materi yang akan ditanyakan. Jadi, pertanyaan
Anda merupakan kelanjutan dari ceramah atau cerita yang telah Anda sampaikan
sebelumnya.
2) Pusatkan pertanyaan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebelum Anda mengajukan pertanyaan ingat
kembali standar kompetensi dan kompetensi dasar dari pembelajaran, sehingga
pertanyaan-pertanyaan Anda mengarah ke sana.
3) Pertanyaan-pertanyaan
yang Anda berikan harus dapat menuntun dan membimbing siswa ke arah jawaban
yang benar.
4) Anda harus melacak
jawaban siswa. Hal ini dilakukan dengan mengulang kembali pertanyaan tersebut
untuk mengetahui apakah jawaban, yakni jawaban yang benar, yang siswa berikan
itu benar-benar berasal dari pengetahuannya atau hanya asal jawab.
3.
Teknik Talking Stick
Dalam menggunakan
metode tanya jawab, agar pertanyaan dapat menyentuh semua siswa, Anda dapat
memakai sebuah teknik yang disebut dengan istilah Talking Stick. Teknik ini
sebenarnya hanya teknik bertanya biasa, namun agar menjadi menarik, Anda dapat
menggunakan "tongkat ajaib" untuk memilih siswa yang harus menjawab.
Jangan salah paham dulu. Tongkat ini bukan tongkat Nabi Musa atau tongkat
tukang sihir. Tongkat ini tongkat biasa. Tetapi, Anda dapat mengatakan bahwa
tongkat yang Anda pegang dapat memilih murid yang disukainya untuk menjawab
pertanyaan. Sampaikan "keajaiban tongkat" itu dengan nada humor.
Teknik Talking Stick
dapat digunakan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1) Anda siapkan sebuah
tongkat untuk dibawa mengajar.
2) Anda sampaikan
materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membaca dan mempelajari materi puasa dari bahan ajar.
3) Setelah mereka
selesai membaca dan mempelajarinya materi puasa ramadhan, siswa diminta untuk
menutup buku mereka.
4) Anda ambil tongkat
yang telah disiapkan dan berikan kepada salah seorang siswa.
5) Berikan pertanyaan
tentang puasa ramadhan kepada siswa yang sedang mendapat giliran memegang
tongkat dan minta ia untuk menjawabnya.
6) Berikan kembali
pertanyaan, dan berikan tongkat kepada siswa lain. Siswa yang menerima tongkat
harus menjawab pertanyaan Anda. Demikian seterusnya, sampai sebagian besar
siswa mendapat pertanyaan dan kesempatan menjawab.
7) Simpulkan materi
yang telah disampaikan melalui pertanyaan-pertanyaan itu.
8) Lakukan evaluasi
4.
Tumpukkan Kartu (Pertanyaan) di Atas Meja
Untuk mengaktifkan
siswa dalam partisipasi pengajaran ketentuan puasa, siswa dapat diaktifkan
bertanya melalui sebuah kartu yang disediakan. Teknik ini berguna untuk
mengaktifkan seluruh kelas dalam pembelajaran. Seorang guru dapat menggunakan
teknik ini untuk mengajarkan ketentuan puasa dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Guru membagikan
kartu kosong kepada para siswa yang duduk berlima amtau berenam per-meja (dalam
satu kelompok).
2) Mintalah setiap
siswa menuliskan pertanyaan mengenai berbagai ketentuan puasa ramadhan dan
hikmahnya pada kartu tersebut. Satu pertanyaan untuk setiap kartu.
3) Mintalah salah
seorang siswa dari kelompok tersebut berperan sebagai pembagi kartu.
4) Selanjutnya,
mintalah kepada siswa pembagi kartu untuk mengocok kartu dan membagikannya ke
seluruh anggota kelompok secara tertelungkup (pertanyaannya tidak terlihat).
5) Mintalah secara
bergiliran pada setiap siswa untuk membaca salah satu pertanyaannya dari dalam
kartu yang dipegangnya di depan anggota kelompok. Sediakan waktu sekitar 1-2
menit untuk menjawabnya bersama-sama.
6) Pertanyaan-pertanyaan
yang tidak bisa dijawab kelompok diletakkan dStengah meja dan ditanyakan kepada
seluruh siswa di kelas pada akhir pertanyaan.
5.
Pertanyaan Musikal
Teknik lain yang
dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam p embelajaran ketentuan puasa
ramadhan dan hikmahnya adalah teknik pertanyaan m usikal. Guru dapat
menggunakan teknik ini dengan mengikuti cara-cara sebagai berikut :
1) Mintalah setiap
siswa menulis pertanyaan mengenai ketentuan puasa ra madhan dan hikmahnya pada
selembar kartu kosong.
2) Mintalah kepada
semua siswa untuk berdiri dan membentuk sebuah lingkaran.
3) Sementara anda
memainkan musik, mintalah mereka mengedarkan kartu pertanyaan ke sekeliling
lingkaran. Mulai dengan memberikan kartu kepada orang di sebelah kanannya.
4) Musik berhenti.
Siswa yang memegang kartu membaca pertanyaan dan menjawabnya. Berilah mereka
waktu sekitar 1-3 menit untuk merumuskan ja waban bagi pertanyaan yang ada di
tangan mereka.
5) Mereka dapat meminta
siapa saja atau menggunakan apa saja di dalam ruangan untuk membantu menjawab.
6) Kemudian, putar
musik. Berhenti. Setiap orang yang memegang kartu saat musik berhenti, ia harus
membaca pertanyaan dan memberi jawaban.
7) Demikian seterusnya.
Guru berperan sebagai pemberi saran atau koreksi
6.
Metode kisah.
Metode kisah
ditekankan pada setiap materi disebabkan dua hal. Pertama, anak-anak menyukai
dongeng, dan kedua, dongeng sangat efektif mempengaruhi afeksi anak didik. Oleh
karenanya, Anda perlu menguasai cara-cara berkisah dan mengetahui berbagai
kisah yang menggugah. Kisah-kisah ini digunakan dengan sepantasnya agar tidak
memberi efek berlebihan. Untuk membahas hikmah puasa, metode kisah nampaknya
sangat relevan untuk digunakan.
Berkaitan dengan
materi puasa, kisah di bawah ini dapat Anda ambil sebagai contoh: (sebaiknya
diceritakan secara interaktif).
"Anak-anak, apakah di rumah kalian
sering ada kucing?" (Mungkin anak-anak menjawab: "Ya")
"Coba ingat-ingat! Mengapa kucing
sering bolak-balik masuk rumah kita?" (Jawaban siswa mungkin beragam.
Tunggulah sampai ada siswa yang menjawab, "karena ia mencari
makanan").
Lalu tanyakanlah, "apa makanan
kesukaan kucing?" (Mungkin jawabannya ikan atau yang lain).
Lanjutkan dengan pertanyaan, "Kalau
kucing tahu ada ikan di rumah kita, apakah ia akan bolak-balik ke rumah kita
terus walaupun sudah diusir berkali-kali".
Arahkan dengan hati-hati sampai mendapat
jawaban "Ya". Lalu simpu Ikan, "Jadi, kalau di rumah kita ada
makanan kesukaan kucing, kucing tidak mau jauh dari rumah kita. Ia akan terus
bolak-balik mencari kesempatan mendapatkan ikan kita, kan?"
"Kalau di rumah kita tidak ada
makanan kesukaan kucing, apakah kucing akan bolak-balik ke rumah kita?"
Manfaatkan jawaban "Tidak" dari
siswa untuk membuat kesimpulan. "Nah, begitu juga dengan setan. Kalau di
dalam tubuh kita terdapat banyak makanan setan, maka setan akan terus
bolak-balik mendekati kita, walaupun telah berulang kali kita usirdia dengan
istigfar dan shalat. Agar setan tidak bolak-balik saja mendekati dan menggoda
kita, maka kita harus mengosongkan perut dari makanan-makanan setan, yaitu
makanan dan minuman haram. Bahkan makanan halal pun bisa mengundang setan bila
cara makan dan saat makannya tidak benar. Oleh karena itu, setahun sekali kita
dilatih untuk mengusir setan dengan cara berpuasa. Itulah mengapa Nabi Muhammad
Shallalldhu 'alaihi wa sallama mengatakan, bahwa setan dibelenggu oleh orang
yang puasa. Maksudnya setan tidak bisa masuk ke tubuh dan menggoda kita kalau
di tubuh kita tidak ada makanannya. Seperti kucing, ia tidak bolak-balik masuk
rumah kita, kalau tidak ada makanan kesukaaannya.
7.
Lingkaran
Pertanyaan Kentang Panas
Teknik ini merupakan pengembangan metode tanya jawab. Dalam
prakteknya teknik ini mengharuskan siswa membentuk lingkaran dan
melempar-lempar bola atau sejenisnya seolah-olah sebuah kentang yang panas bila
dipegang. Guru dapat menggunakan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah
berikut:
1) Mintalah semua orang berdiri dan membentuk lingkaran.
2) Suruh salah seorang untuk memulai permainan dengan bertanya yang
disertai dengan melemparkan bola dalam lingkaran. Pertanyaan siswa harus
diarahkan kepada tema amalan ramadhan dan menyangkut aspek pengetahuan
teoritis, gerakan maupun bacaan tertentu.
3) Orang yang menangkap bola yang dilemparkan tadi harus menjawab
pertanyaan.
4) Jika orang tersebut tidak menjawab pertanyaan dengan segera, ia
harus cepat-cepat melemparkan bola itu layaknya sebutir kentang panas kepada
orang lain dalam lingkaran.
5) Bola terus beredar sampai ada yang bisa menjawab pertanyaan yang di
ajukan.
6) Orang yang dapat menjawab pertanyaan itu dipersilahkan untuk
mengajukan pertanyaan baru; dan proses yang tadi di mulai lagi.
7) Guru dan siswa lain membantu memperjelas pertanyaan dan jawabannya
8) Untuk variasi: Selain menggunakan bola, anda dapat menggunakan
kentang sungguhan. Untuk memancing pertanyaan, guru dapat memberi beberapa
orang dalam lingkaran sebuah kartu berisi pertanyaan yang dapat di tanyakan
jika giliran mereka tiba.
8.
Tukar
Menukar Pertanyaan Antar Tim
Teknik belajar aktif ini merupakan pengembangan metode tanya jawab
yang lebih menitikberatkan komunikasi antara siswa dengan siswa daripada siswa
dengan guru. Teknik Menukar Pertanyaan antar Tim dapat dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Bagilah siswa menjadi dua tim atau kelompok.
2) Mintalah setiap tim untuk menyusun 10-20 pertanyaan mengenai amalan
puasa untuk diberikan kepada tim lain sebagai lawannya. Pertanyaan ini
digunakan untuk menguji pemahaman siswa tentang bahan pelajaran yang telah
diajarkan.
3) Selanjutnya, tim-tim tersebut bertukar pertanyaan, dan berlomba
menyelesaikan soalnya.
4) Tim pertama yang berhasil menjawab semua pertanyaan dengan benar
mendapat sebungkus kuaci atau hadiah yang lain.
5) Guru memberi umpan balik, mengevaluasi dan membuat kesimpulan.
9.
Lemparan
Pertanyaan
Teknik pengajaran lain yang dapat digunakan untuk memenuhi
kompetensi di atas adalah teknik Lemparan Pertanyaan. Teknik ini mirip dengan
teknik Menukar Pertanyaan di atas, hanya berbeda dalam cara memberikan
pertanyaan, yakni dilemparkan dan satu persatu, tidak sekaligus, dan dibatasi
waktu dalam menjawabnya. Oleh karenanya teknik ini dapat merupakan variasi dari
teknik Menukar Pertanyaan.Teknik ini dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Bagilah kelas menjadi dua tim.
2) Mintalah setiap tim menyusun 10 atau 20 pertanyaan mengenai materi
amalan puasa yang tengah dipelajari untuk dilemparkan kepada tim lawan.
3) Kemudian, mintalah kedua tim itu berdiri dan saling melemparkan
pertanyaan satu demi satu.
4) Jika satu tim dapat menjawab pertanyaan dalam waktu yang telah
ditentukan mereka mendapat nilai.
10. Tanya Sahabatmu
Teknik lain yang dapat Anda gunakan untuk pembelajaran amalan
ramadhan adalah teknik Tanya Sahabat. Teknik ini dapat anda lakukan sebagai
selingan dari metode ceramah atau penutup metode ceramah. Untuk melakukannya
ikuti langkah berikut:
1) Pada pertengahan atau akhir ceramah anda, kelompokkan siswa
sehingga saling berpasangan.
2) Mintalah masing-masing pasangan untuk saling mengajukan lima
pertanyaan mengenai amalan-amalan ramadhan kepada pasangannya, baik pertanyaan
yang sudah mereka ketahui maupun yang tidak.
3) Jika kedua belah pihak tidak dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan, mereka menanyakan pertanyaan tersebut kepada seluruh kelompok pada
akhir sesi pengajaran.
Selain teknik-teknik yang telah dipaparkan Anda dapat pula
menggunakan metode kisah, targhib-tarhib untuk mendorong siswa agar mau
melaksanakan amalan ramadhan. Atau bila tiba bulan ramadhan anda dapat mengajak
siswa untuk berpuasa walaupun hanya setengah hari dan mengajak melaksanakan
amal ramadhan lain yang mungkin.
11.
Evaluasi Pembelajaran
Sebelum melanjutkan
materi ke materi evaluasi. Ada sebuah kisah menarik yang perlu Anda renungkan.
Ini cerita tentang
cara evaluasi ibadah yang dilakukan oleh seorang guru. Suatu ketika seorang
guru ingin mengecek kebiasaan ibadah siswa di rumahnya. Kemudian ia meminta
siswa untuk mengumpulkan photo-photo diri, keluarga atau tetangganya yang
sedang wudhu, shalat, puasa, zakat dan haji. Dalam satu semester terkumpullah
photo-photo ibadah versi siswa. Ada yang mengumpulkan photo dirinya sedang
wudhu, ada yang sedang shalat, ada yang sedang memberikan zakat ke sebuah
panitia zakat fitrah, ada pula photo kakeknya waktu naik haji.
Setelah berkali-kali
periksa photo-photo itu, sang guru agak heran dengan sebuah photo koleksi
siswanya. Photo itu menggambarkan, siswa sedang duduk-duduk di atas besi
jembatan dekat sekolah. Karena penasaran, sang guru memanggil siswa tersebut.
Terjadilah tanya jawab:
"Nak,
coba ingat-ingat, tugas apa yang harus dikumpulkan?"
"Saya ingat, Pak."
"Coba sebutkan, apa yang Bapak suruh
kumpulkan?"
"Photo orang sedang ibadah,
Pak."Jawab siswa dengan yakin.
"Nah, sekarang Bapak mau nanya,
tugasnya sudah dikerjakan, belum?"
"Sudah, Pak," jawab siswa sedikit
heran.
"Coba tunjukkan kepada Bapak, yang
mana hasil kerjamu," pinta sang guru sambil menyodorkan beberapa photo.
Setelah melihat-lihat, siswa itu
mengambil salah satu photo yang ada gambar dirinya sedang duduk di atas besi
jembatan. "Nah, yang ini, Pak?"
"Lho, itu kan photomu sedang duduk?
Mana photo kamu sedang menunaikan ibadahnya?"
"Ini juga photo ibadah kok,
Pak"
"Ibadah apa, Nak?" Tanya sang guru
dengan sabar.
"Puasa. Waktu dipotret, saya sedang
ibadah puasa. Photo itu menggambarkan saya sedang ngabuburit di bulan
puasa.".
Sang guru bingung. Garuk-garuk kepala
padahal tidak gatal. Siapa yang salah.ya?
Apa yang dapat Anda
simpulkan dari cerita itu? Baiklah, Anda bisa menyimpulkan apa saja atas cerita
itu. Adapun maksud ditampiikannya cerita ini adalah untuk menunjukkan bahwa
pemilihan metode evaluasi yang salah hanya akan membuat kita repot. Evaluasi mestinya
mengikuti jenis dan karakter materi yang di ajarkan. Evaluasi ingatan dan
pemahaman mempunyai metode sendiri dan berbeda evaluasi tindakan. Evaluasi
puasa tidak seperti mengevaluasi wudhu dan shalat. Tidak seperti wudhu dan
shalat yang terdiri dari teori dan tindakan, yang dapat kita evaluasi dari
materi puasa hanyalah ingatan dan pemahaman. Puasa seseorang tidak bisa dinilai
oleh kita. ia merupakan rahasia antara hamba dan penciptanya. Oleh karenanya
metode praktek atau photo tidak bisa diterapkan untuknya.
Untuk mengevaluasi
kemampuan siswa dalam memahami berbagai ketentuan dan hikmah puasa dapat
dilakukan dengan mengadakan tes, baik secara lisan maupun tertulis, baik
menggunakan soal uraian ataupun soal objektif. Anda juga dapat menggunakan
teknik empty outline atau memory matrix untuk mengevaluasi pengetahuan siswa
sebagaimana telah dibahas dalam modul sebelumnya.
BAB 11
PEMBELAJARAN HAJI
A.
Haji
Haji secara harfiah artinya menyengaja sesuatu. Pengertian haji
menurut hukum syari’at adalah menyengaja ke Baitullah dengan cara-cara yang
telah ditentukan Allah Swt dan Rasul-Nya. Ibadah haji merupakan rukun Islam
yang kelima. Ibadah haji wajib bagi orang yang menjalankannya. Kewajiban
menunaikan ibadah haji hanya sekali seumur hidup. Haji kedua, ketiga, dan
seterusnya berhukum sunnah. Haji diwajibkan kepada Rasulullah Saw pada tahun
keenam hijriah, setelah umat Islam berkembang di Madinah.
B.
Syarat Haji
1.
Muslim
2.
Baligh
3.
Berakal sehat
4.
Mampu
mengerjakannya, yaitu:
a.
Sehat jasmani
dan rohani.
b.
Mempunyai biaya
dan cukup bekal dalam perjalanan.
c.
Memahami ilmu
tata cara mengerjakan haji.
d.
Terdapat
kendaraan yang diperlukan.
e.
Aman dalam
perjalanan.
f.
Bagi perempuan,
ada mahram yang mendampingi.
C.
Rukun Haji
1.
Niat (Ihram).
2.
Wukuf di Arafah
mulai dzuhur tanggal 9 Dzulhijjah sampai dengan terbit fajar tanggal 10
Dzulhijjah.
3.
Thawaf di
Ka’bah sebanyak tujuh putaran.
4.
Sa’i antara
Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali
5.
mencukur rambut
(Tahallul)
6.
Tertib
D.
Wajib Haji
1.
Niat dari miqat
2.
Mabit di
Muzdalifah
3.
Mabit di Mina
4.
Melempar tiga
jumroh yaitu Jumroh Ula, Wusta dan Aqabah pada tanggal 10 sampai 13 Dzulhijjah
5.
Menghindari
dari perbuatan yang terlarang dalam keadaan ihrom
6.
Tawaf Wada bagi
yang akan meninggalkan makkah
E.
Sunnah Haji
1.
Mandi ketika
hendak berniat (Ihram), wukuf, dan melontar jumrah.
2.
Memakai kain
putih.
3.
Talbiyah.
4.
Berdoa setelah
membaca talbiyah.
5.
Berzikir dan
berdoa di Masjidil Haram.
6.
Tahwaf Qudum.
7.
Shalat dua
Raka’at setelah thawaf di belakang maqam Ibrahim
8.
Ziarah ke makam
Rasulullah Saw setelah atau sebelum melaksanakan ibadah haji.
F.
Larangan Haji
1.
Bagi Pria
a.
Memakai pakaian
yang dijahit.
b.
Memakai sepatu
yg menutupi mata kaki.
c.
Menutup kepala
yang melekat seperti peci dan topi. Kalau tidak melekat boleh seperti payung
dan tenda.
2.
Bagi Wanita
a.
Berkaus tangan.
b.
Menutup muka
seperti memakai cadar, dan bagian badan yang lain wajib di tutup.
3.
Bagi Pria dan
Wanita
a.
Memakai
wewangian kecualimemakainya sebelum niat.
b.
Memotong kuku
c.
Mencukur atau
mencabut bulu badan.
d.
Memburu atau
membunuh binatang dengan cara apapun
e.
Kawin,
mengawinkan atau meminang wanita.
f.
Bercumbu atau
berhubungan suami istri.
g.
Mencaci,
bertengkar atau mengucapkan kata-kata kotor
h.
Memotong
pepohonan
4.
Larangan yang
dimaafkan jika lupa atau tidak tahu
a.
Memakai
wewangian
b.
Berhubungan
suami istri.
c.
Memakai pakaian
berjahit
d.
Menutup wajah
dan tangan bagi wanita dan menutup kepala bagi laki laki
5.
Larangan yang
tidak dimaafkan sama sekali
a.
Menanggalkan
rambut
b.
Memotong kuku
c.
Membunuh
binatang
d.
Memotong,
mencabut pepohonan
G.
Umroh
Umroh ialah ibadah yang dikerjakan di Makkah sebagaimana haji
dengan beberapa perbedaan. Hukum ialah fardhu ‘ain bagi setiap muslim yang
mampu sekali seumur hidup.Waktu mengerjakan umrah sepanjang tahun.
H.
Rukun Umroh
1.
Ihram disertai
niat
2.
Thawaf
3.
Sa’i
4.
Mencukur rambut
5.
Tertib
I.
Wajib Umroh
1.
Ihrom dari
miqot
2.
Menjauhkan diri
dari larangan ihram.
J.
Miqot Umroh
Miqot zamani umrah adalah sepanjang tahun, sedangkan untuk miqat
makani, seperti haji, kecuali bagi orang yang bermaksud umrah dari Makkah, ia
hendaknya keluar dari Tanah Haram ke Tanah Halal.
K.
Larangan Umroh
Larangan umroh sama dengan larangan haji.
L.
Pembelajaran Fiqih
Materi Fiqh tentang
ibadah haji, seperti terlihat dalam ketentuan haji di atas, terdiri dari
hal-hal yang bersifat informatif (pengetahuan), bacaan dan gerakan. Oleh karena
itu, dalam memilih metode atau teknik pengajaran harus memperhatikan aspek
tersebut selain melihat aspek siswa dan kondisi. Untuk pengajaran materi ibadah
haji yang bersifat pengetahuan dapat dilakukan dengan cara ceramah, tanya
jawab, diskusi dan teknik-teknik lain yang relevan. Sedangkan untuk mengajarkan
bacaan dapat dilakukan dengan cara hapalan dan pengulangan. Untuk aspek gerakan
dapat diajarkan dengan demontrasi dan simulasi.
Metode-metode yang
disebutkan di atas dapat ditingkatkan efektifitasnya dengan menjalankan
teknik-teknik pengajaran tertentu. Di bawah ini beberapa teknik yang dapat Anda
pertimbangkan untuk digunakan dalam pembelajaran ibadah haji.
1.
Everyone is a Teacher Here (Setiap Siswa
Bisa Menjadi Guru di Sini)
Teknik ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak seolah-olah dirinya seorang
guru Fiqh. Mereka diberi tanggung jawab secara individual untuk mengembangkan
pembelajaran dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan
teman-temannya. Dengan teknik seperti ini partisipasi seluruh kelas dalam
pembelajaran dapat diraih, dan guru bertindak sebagai fasilitator saja.
Dalam mengajarkan
materi ibadah haji kepada siswa dengan teknik ini, guru dapat menerapkannya
dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
1) Bagikan kartu indeks
kepada setiap siswa.
2) Mintalah siswa untuk
menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi belajar yang tengah
dipelajari di kelas (misalnya: bacaan) atau topik khusus yang ingin mereka
diskusikan di kelas.
3) Kumpulkan kembali
kartu yang telah ditulis pertanyaan di dalamnya.
4) Kocoklah dan bagikan
kepada siswa. Satu siswa mendapat satu kartu.
5) mintalah siswa untuk
membaca dalam hati pertanyaan atau topik pada kartu yang mereka terima dan
memikirkan jawabannya.
6) Setelah beberapa
saat tunjuklah beberapa siswa untuk membacakan pertanyaan dari kartu yang
mereka dapatkan dan memberikan jawabannya.
7) Setelah satu siswa
memberikan jawaban, mintalah siswa lain untuk memberi tambahan atas apa yang
dikemukakan oleh siswa yang membacakan kartunya.
8) Lanjutkan prosedur
ini, bila waktunya memungkinkan
Selain delapan
langkah di atas, teknik ini dapat dilakukan juga dengan memberikan variasi atas
langkah-langkahnya, misalnya:
1) Peganglah
kartu-kartu yang telah Anda kumpulkan. Buatlah sebuah panel atau kelompok kecil
responden, yang akan diberi tugas untukmenjawab soal. Baca tiap kartu dan
perintahkan untuk didiskusikan. Gilirlah anggota panel sesering mungkin.
2) Mintalah siswa untuk
menuliskan pendapat atau hasil pengamatan mereka tentang materi pelajaran pada
kartu. Mintalah siswa lain mengungkapkan kesetujuan atau ketidaksetujuan
terhadap pendapat atau pengamatan tersebut.
2.
Examples Non
Examples
Teknik ini
menggunakan media visual untuk memberi pemahaman kepada siswa tentang manasik
haji. Teknik ini mengajak siswa untuk menemukan pengetahuan melalui diskusi
kelompok yang dengan demikian pembelajaran akan dinamis dan aktif. Untuk
menjalankannya Anda dapat mengikuti prosedur di bawah ini:
1) Guru mempersiapkan
gambar-gambar manasik haji sesuai dengan tujuan pembelajaran, yakni mengenalkan
gerakan ibadah haji.
2) Guru menempelkan
gambar-gambar tersebut di papan atau ditayangkan melalui LCD.
3) Guru memberikan
petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau
menganalisa gambar-gambar tersebut.
4) Melalui diskusi
kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat
pada kertas. Hal ini bisa berupa urutan gambar sesuai dengan ketentuan haji
atau nama-nama gerakan haji yang ditampilkan dan memberi penjelasan waktu dan
tempatnya.
5) Tiap kelompok diberi
kesempatan membacakan hasil diskusinya
6) Mulai dari
komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang
hendak dicapai.
7) Guru membuat
kesimpulan
3.
Poster
Teknik poster
menggunakan poster dalam proses belajarnya. Teknik ini merupakan teknik
presentasi yang berguna untuk memberi informasi secara cepat. Dalam teknik ini
diharapkan terjadi pertukaran gagasan di antara siswa. Siswa dapat
mengungkapkan persepsi dan mengekspresikan perasaannya tentang ibadah haji.
Teknik ini dapat
dilaksanakan dengan mengikuti berbagai prosedur di bawah ini:
1)
Mintalah setiap siswa untuk memilih sebuah
topik yang berkaitan dengan materi ibadah haji yang sedang diajarkan. Misalnya
tentang:
-
Ihram
-
Wukuf di 'Arafah
-
Thawaf diKa'bah
-
Sa t antara Shafa dan Marwah
-
Melempar jumrah 3 kali
-
Mencukur kepala
-
Dan lain-lain
2)
Mintalah siswa untuk memajang konsep mereka
pada papan poster atau papan buletin. (Anda yang menetapkan ukurannya agar
karya siswa serupa). Tampilan poster dengan sendirinya harus menggambarkan isi;
yaitu begitu orang melihatnya dengan mudah ia bisa memahami gagasannya tanpa
perlu penjelasan lebih lanjut, baik lisan maupun tertulis. Namun demikian,
sisws Dun bolcu msn yiapkan satu halaman penjelasan yang berisi uraian yang
lebih rinci dan sekaligus sebagai materi rujukan lebih lanjut.
3)
Selama berlangsungnya pelajaran, mintalah siswa
untuk menempelkan sajian materi visual mereka di tempat tersedia. Anda bisa
berkeliling mengitari ruangan untuk mengamati dan mendiskusikan poster
masing-masing.
4)
Lima belas menit sebelum berakhirnya pelajaran,
mintalah seluruh siswa untuk kembali ke posisi semula dan mendiskusikan apa
yang menurut mereka berharga pada kegiatan tersebut.
5)
Sebagi variasi dari kerja individual, Anda
dapat memilih untuk membentuk kelompok beranggotakan 2 atau 3 orang, terutama
jika topik pelajarannya memiliki ligkup yang terbatas.
6)
Sebagai variasi, tindaklanjuti sesi poster
dengan diskusi panel, dengan menggunakan beberapa siswa yang memajang posternya
sebagai panelis.
4.
Explicit Intruction (Perintah yang Jelas)
Teknik Explicit
Intruction dirancang secara khusus untuk mengembangkan cara belajar siswa
mengenai pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan
dengan cara selangkah demi selangkah, setahap demi setahap. Teknik ini dapat
digunakan untuk mengajarkan keterampilan tertentu, termasuk di dalamnya
keterampilan melaksanakan manasik haji. Untuk pembelajaran manasik teknik ini
dapat digunakan dengan melalui cara-cara berikut ini:
1) Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk melakukan/mendemontrasikan
manasik haji.
2) Guru
mendemontrasikan gerakan ibadah haji sesuai dengan urutan manasik yang benar.
3) Setelah selesai
mendemontrasikan, guru membimbing pelatihan manasik kepada siswa per kelompok.
4) Kemudian, guru
melakukan pengecekan atas kemampuan siswa dan memberikan umpan balik atas
pelatihan manasik siswa tersebut.
5) Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan lebih lanjut.
5.
Modeling The Way
Dengan metode ini
guru memperagakan manasik haji sesuai dengan urntannya yang benar. Untuk metode
demontrasi, di antaranya Anda dapat menggunakan teknik silent demonstration
yang telah dibahas di modul bersuci pada kegiatan belajar pembelajaran wudhu,
atau Anda dapat menggunakan teknik Modeling
The Way. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperagakan
gerakan-gerakan shalat yang telah dipelajari sebelumnya, dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan
kompetensi yang ingin di capai
2) Guru menyajikan
gambaran sekilas materi manasik haji yang akan disampaikan.
3) Menyiapkan bahan
atau alat jika diperlukan
4) Menunjuk salah
seorang siswa atau sekelompok kecil siswa untuk mendemontrasikan manasik haji
sesuai contoh dari Nabi Muhammad Saw.
5) Seluruh siswa
diminta untuk memperhatikan demontrasi temannya
6) Tiap siswa diminta
mengemukakan pemahamannya atas gerakan-gerakan yang dicontohkan.
7) Guru memberi ulasan
dan kesimpulan.
6.
Kritikus Video
Pembelajaran haji
dapat disampaikan melalui pemutaran video dokumenter haji. Namun, seringkali
menonton tayangan video edukatif merupakan kegiatan pasif. Siswa duduk di kursi
sembari menunggu tayangan diputar. Oleh karena itu, teknik ini dirancang untuk
memnuat siswa tetap aktif dan terlibat dalam menonton tayangan video.
Anda dapat
menggunakan teknik ini dalam pengajaran manasik haji dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Siapkan video, dalam
hal ini film manasik haji, yang akan dipertunjukkan kepada siswa.
2) Katakan kepada
siswa, sebelum menonton video, bahwa Anda ingin mereka mencatat apa yang
ditayangkan. Minta mereka untuk melihat film manasik haji lalu mengidentifikasi
beberapa gerakan, waktu pelaksanaan dan tempat pelaksanaannya, kemudian
mencatatnya dalam tabel berikut. Pekerjaan ini dapat diskusikan secara
individual atau kelompok kecil.
No |
Urutan Manasik |
Waktu |
Tempat |
1 |
|
|
|
2 |
|
|
|
3 |
|
|
|
4 |
|
|
|
5 |
|
|
|
6 |
|
|
|
7 |
|
|
|
3) Putarlah videonya
4) Laksanakan diskusi
setelahnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan di atas.
7.
Simulasi
Guru dapat melakukan
metode simulasi bagi pelajaran ibadah haji. Untuk memudahkan simulasi manasik
haji guru dapat meminjam tempat di wisma haji yang biasanya mempunyai lapangan
dan miniatur ka'bah. Kalau tidak guru dapat menggunakan halaman sekolah untuk
digunakan simulasi. Namun sebelumnya guru harus mempersiapkan dan merancang
setting untuk simulasi manasik haji.
Untuk melakukan
teknik ini dalam pengajaran ibadah haji Anda dapat melakukannya dengan
mengikuti langkah-langkah berikut ini:
1)
Guru menyusun skenario yang akan ditampilkan
2)
Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari
skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM
3)
Guru membentuk kelompok siswa yang
beranggotakan 5 orang
4)
Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
5)
Memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk
melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6)
Masing-masing siswa berada di kelompoknya
sambil mengamati skenario yang sudah dipersiapkan
7)
Setelah selesai ditampilkan, masing-masing
siswa diberi lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok
8)
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil
kesimpulannya
9)
Guru memberikan kesimpulan secara umum
10)
Evaluasi
8.
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi terhadap
pembelajaran dapat menggunakan tes lisan dan tulisan serta praktek. Tes lisan
dan tulisan digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atas materi
manasik haji yang bersifat teoritis. Dalam tes tulis, guru dapat menggunakan
bentuk soal uraian ataupun objektif. Adapun metode praktek digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam mendemontrasikan manasik. Untuk keperluan
ujian praktek guru harus mempersiapkan aspek-aspek yang akan diamati dari
demontrasi siswa. Untuk menghemat waktu ujian praktek dapat dilakukan secara
berkelompok.
BAB 12
PEMBELAJARAN QURBAN
A.
Qurban
Qurban berasal dari kara qarraba, artinya mendekatkan. Menurut
hukum syariat, kurban adalah menyembelih binatang ternak dengan tujuan
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ibadah kurban telah disyariatkan sejak zaman
Nabi Ibrahim AS ketika beliau diperintahkan oleh Allah Swt untuk menyembelih
putranya. Perintah tersebut adalah ujian bagi keimanan Nabi Ibrahim AS, ketika
Ismail hendak disembelih (dikurbankan), Allah Swt menggantinya dengan seekor
biri-biri.
B.
Binatang Qurban
1.
Gemuk dan
sehat.
2.
Tidak cacat
seperti pincang dan potong telinyanya.
3.
Tidak sedang
hamil.
C.
Jenis dan
Persyaratan Hewan Qurban
1.
Kambing, umur 2
tahun ke atas berlaku untuk 1 orang.
2.
Biri-biri, umur
1 tahun ke atas berlaku untuk 1 orang.
3.
Sapi/ Kerbau,
umur 2 tahun ke atas berlaku untuk 7 orang.
4.
Unta, umur 5
tahun ke atas berlaku 7 orang.
D.
Waktu
Penyembelihan
Waktu
penyembelihan satu tahun satu kali, yaitu pada Hari Raya Kurban ditambah dengan
Hari Tasyriq, yaitu 11, 12, dan 13Dzulhijjah. Penyembelihan dilaksanakan
setelah shalat ‘Id al-Adha. Caranya sama dengan menyembelih hewan biasa,
ditambah dengan mengucapkan takbir.
E.
Mustahik Qurban
1.
Mustahik Qurban
adalah orang yang berhak menerima daging Qurban.
2.
Mustahik Qurban
berbeda dengan mustahik zakat fitrah.
3.
Orang yang
berqurban boleh mengambil sebagian kecil (1/3 bagian), sisanya dibagikan kepada
fakir miskin.
4.
Daging qurban
tidak boleh dijual, semuanya harus dibagikan kepada mustahik dalam keadaan
mentah.
F.
Aqiqah
Aqiqah adalah menyembelih kambing
atau biri-biri pada hari ketujuh kelahiran anak. Tujuannya adalah bersyukur
atas nikmat yang telah diberikan Allah Swt berupa kepercayaan dengan
mengaruniakan anak. Hukum Aqiqah adalah sunnah.
G.
Jumlah Hewan
Aqiqah
Untuk anak laki-laki disunnahkan menyembelih
dua ekor biri-biri atau kambing, sedangkan anak perempuan hanya seekor.
H.
Waktu
Pelaksanaan Aqiqah
Waktu pelaksanaan aqiqah adalah hari
ketujuh setelah bayi lahir. Sebagian ulama berpendapat, jika belum bisa
melaksanakannya pada hari ketujuh, boleh pada hari keempat belas atau hari
kedua puluh satu.
I.
Hal-hal Yang
disunnahkan Sewaktu Aqiqah
1.
Membaca
basmalah dan takbir.
2.
Membaca
shalawat atas Nabi Muhammad Saw.
3.
Berdo’a.
J.
Pembagian
Daging Aqiqah
Pembagian daging aqiqah berbeda dengan daging qurban. Daging aqiqah
boleh diberikan dalam bentuk mentah maupun makanan yang siap santap.
K.
Pembelajaran Fiqih
Di bawah ini akan
dikemukakan berbagai metode atau teknik pengajaratn yang dapat Anda
pertimbangan untuk digunakan dalam pembelajaran.
1.
Learning Cell
Learning Cell adalah
teknik belajar secara berpasangan. Satu siswa berrtugas untuk bertanya dan satu
lagi bertugas menjawab pertanyaan. Lalu mereka bertukar peran, yang tadinya
bertanya sekarang bertugas menjawab dan yang tadinya menjawab bertugas
bertanya.
Guru dapat
menggunakan teknik learning cell dalam pembelajaran qurban dengan mengikuti
langkah-langkah berikut ini:
1)
Berilah setiap siswa bahan bacaan yang
berhubungan dengan materi czqurban untuk dipelajari.
2)
Mintalah setiap siswa untuk menyiapkan atau
menulis beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan masalah pokok yang muncul
dari bacaan dan materi tersebut.
3)
Tunjuklah siswa-siswa secara acak untuk
berpasangan dengan sssalah seorang temannya.
4)
Dalam pasangan lakukan tanya jawab. Siswa
pertama (A) memulai kegiatan dengan mengajukan pertanyaan pertamanya. Siswa
kedua (B) berusaha menjawab pertanyaan itu.
5)
Setelah mendapatkan jawaban dan mungkin telah
dilakukan koreksi atau diberi tambahan informasi, siswa B mengajukan pertanyaan
peranannya kepada A.
6)
Demikian terus lakukan untuk pertanyaan kedua,
ketiga dan seterusnya dari kedua siswa.
7)
Selama berlangsung tanya jawab antar siswa,
guru berkeliling dari satu pasangan ke pasangan lain sambil memberi saran,
bertanya dan menjawab pertanyaan.
8)
Setelah selesai berikan kesimpulan. Atau ajak
seluruh siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
2.
Inquiring Minds Want to Know ( Melihat
Pengetahuan Siswa)
Biasanya siswa
cenderung diam ketika diajak untuk membahas materi-materi yang belum
terpecahkan pada pertemuan sebelumnya, walaupun telah diminta untuk menjawabnya
secara bersama-sama satu kelas. Agar siswa aktif menjawab atau membahas
materi-materi itu Anda perlu menggunakan teknik yang tepat. Teknik Inquiring
Minds Want to Know adalah satu teknik yang dapat Anda gunakan untuk keperluan
tersebut. Teknik ini bersifat sederhana, namun dapat me mbangkitkan keingintahuan
siswa dengan meminta mereka untuk membuat perkiraan-perkiraan tentang suatu
topik atau suatu pertanyaan.
Untuk menggunakan
teknik ini dalam pembelajaran qurban Anda dapat mengambil langkah-langkah
berikut ini sebagai panduan.
1) Buat pertanyaan
tentang materi pelajaran qurban yang dapat membangkitkan minat siswa untuk
mengetahui lebih lanjut atau mau mendiskusikannya dengan teman. Pertanyaan
tersebut harus dibuat yang sekiranya hanya diketahui oleh sebagian kecil siswa.
Misalnya adalah:
a.
Coba perkirakan apa yang dimaksud dengan
qurban dan apa bedanya dengan aqiqah?
b.
Kira-kira menurutmu bolehkah berqurban
dengan beberapa ekor ayam?
c.
Menurut perkiraanmu bolehkah berqurban
untuk delapan orang dengan seekor sapi?
d.
Menurut dugaanmu bolehkah yang berkurban
ikut makan daging kurban yang disembelihnya?
e.
Dan lain-lain
2) Anjurkan siswa untuk
menjawab apa saja sesuai dengan dugaan mereka. Gunakan kata-kata; coba
perkirakan..., apa kira-kira..., bagaimana dugaanmu tentang ....; dan
lain-lain.
3) Jangan memberi
jawaban secara langsung. Tampung semua dugaan siswa. Biarkan siswa
bertanya-tanya tentang jawaban yang benar.
4) Gunakan pertanyaan
tersebut sebagai jembatan untuk mengajarkan apa yang akan Anda ajarkan kepada
siswa. Jangan lupa beri jawaban yang benar di tengah-tengah penyampaian materi
pelajaran.
3.
Keep on Learning (Belajar Terus)
Teknik ini dapat
digunakan untuk penugasan belajar di luar kelas. Namun, tugas tersebut tidak
diperintahkan oleh guru, melainkan ditentukan sendiri oleh siswa.
Dalam pengajaran
materi qurban Anda dapat menggunakan teknik ini dengan menerapkan
langkah-langkah berikut:
1)
Beri penjelasan kepada siswa bahwa Anda
mengharapkan agar mereka tidak berhenti belajar hanya karena jam pelajaran
telah usai.
2)
Sampaikan bahwa sebetulnya ada banyak cara
untuk tetap belajar secara mandiri.
3)
Nyatakan bahwa salah satu cara untuk menemukan
cara tersebut adalah dengan brainstorming (curah gagasan).
4)
Bentuk beberapa kelompok kecil. Minta
masing-masing kelompok untuk mencari cara-cara yang dapat dipakai untuk belajar
di luar kelas. Di bawah ini ada beberapa contoh cara belajar di luar kelas;
a.
mencari artikel-artikel yang berkaitan dengan
materi qurban, baik dari koran, majalah, jurnal, dan lain-lain.
b.
membuat daftar bacaan yang perlu dicari di
perpustakaan atau yang lain.
c.
membaca ulang catatan-catatan pelajaran secara
bersama-sama.
d.
mengajarkan apa yang telah diketahui kepada
orang lain
e.
mempelajari hal-hal tertentu dengan bertanya
kepada ahlinya.
5)
Kembalikan siswa ke tempat duduk semula dan
minta masing-masing kelompok untuk menyampaikan apa yang telah mereka pilih di
kelompok.
6)
Minta siswa untuk menentukan pilihan dari
masukan-masukan yang ada.
7)
Minta siswa untuk melakukan/mengerjakan
pilihannya dan melaporkannya nanti pada pertemuan berikutnya.
4. Benar atau Salah
Teknik ini dapat
meningkatkan pembentukan tim, pertukaran antar pendapat, dan pembelajaran
secara langsung. Teknik kerjasama ini juga dapat segera memancing dan mendorong
keterlibatan siswa terhadap pengajaran yang Anda lakukan.
Dalam pengajaran
materi qurban Anda dapat menggunakan teknik ini dengan menerapkan
langkah-langkah berikut:
1)
Susunlah sebuah daftar pertanyaan yang terkait
dengan materi pelajaran Anda, yang setengahnya benar, yang setengahnya salah.
Sebagai contoh, pernyataan "unta adalah hewan yang dapat dikurbankan
kepada Allah untuk maksimal tujuh orang" adalah benar, dan pernyataan, "Boleh
berkurban dengan kambing pincang" adalah salah.
2)
Tulislah setiap pernyataan pada kartu indeks
yang berbeda atau terpisah.
3)
Pastikan jumlah kartu yang akan dibagikan
sesuai dengan jumlah siswa yang hadir. Jika jumlah siswa yang hadir ganjil,
pilihlah satu kartu untuk Anda sendiri).
4)
Rekrutlah beberapa siswa sebagai pengamat.
Mintalah mereka agar memberikan umpan balik tentang kualitas kerja tim yang
berlangsung.
5)
Bagikan kartu itu. Berikan satu kartu untuk
satu orang siswa.
6)
Katakan kepada siswa bahwa misi mereka adalah
menentukan kartu mana yang benar (berisi pernyataan benar) dan mana yang salah.
7)
Jelaskan bahwa mereka bebas memilih cara apapun
yang mereka inginkan dalam menyelesaikan tugas ini.
8)
Bila para siswa sudah selesai, perintahkan agar
setiap kartu dibaca dan mintakan pendapat siswa tentang benar atau salahkah
pernyataan tersebut.
9)
Beri kesempatan munculnya pendapat minoritas
dan hargailah!
10)
Berikan umpan balik tentang masing-masing
kartu, dan catat cara-cara siswa dalam bekerja sama menyelesaikan tugas ini.
11)
Tunjukkan bahwa dalam pelajaran ini diperlukan
keterampilan tim yang positif karena hal ini menunjukkan kegiatan belajar yang
sifatnya aktif.
5. Mempraktekkan Qurban
Untuk memberi
kesempatan kepada siswa agar belajar mempraktekkan menyembelih qurban dapat
dilakukan dengan simulasi. Namun sebelumnya didemontrasikan kepada mereka
cara-cara menyembelih. Untuk mendemontrasikan anda dapat menggunakan teknik
silent demontration atau explicit intruction yang telah dipelajari sebelumnya.
Anda juga dapat mengajak siswa untuk menyaksikan penyembelihan qurban di
sekolah pada hari raya Idul Adha. Anda juga dapat menugaskan siswa untuk
menyaksikan penyembelihan qurban di kampungnya dan melaporkan hasil pengamatan
itu kepada Anda.
L.
Evaluasi Pembelajaran
Pada dasarnya evaluasi
atas kemampuan siswa dalam memahami ketentuan qurban dan cara-cara menyembelih
hewan qurban dapat dilakukan dengan tes, baik secara lisan maupun tulisan.
Adapun untuk menguji kemampuan siswa dalam menyembelih qurban dapat dilakukan
dengan ujian praktek-simulatif. Untuk kepentingan ujian praktek Anda harus
menyiapkan aspek-aspek yang diamati. Di antara yang harus diamati dari ujian
praktek adalah:
-
Apakah praktekan memastikan ketajaman
pisaunya atau mengasah golok/pisaunya sebelum menyembelih?
-
Apakah praktekan membaca bismillahi
allahu akbar allahumma taqabbal minni saat menyembelih ?
-
Apakah praktekan menyembelih dengan cara
yang baik (ihsan)?
-
Apakah praktekan memastikan telah
putusnya urat leher hewan qurban sebelum mengangkat pisau?
-
dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Mulyani, Buku Pintar untuk Muslimah, Bandung: PT Mizan Pustaka,
2012, cet. ke-1
Direktorat
Pendidikan Madrasah, Model Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Departemen
Agama RI, 2007.
Habsyi,
Muhammad Bagir al-, Fiqh Praktis Menurut
al-Qur'an, As-Sunnah dan Pendapat Ulama, Bandung: Mizan, 2005.
HishnT,
Taqiyu-d-Din Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini al-, Kifayatu-i-akhyar fi Hilli Ghayati-l-Ikhtishar,
Indonesia: Dar Ihya’u-I-Kutubi-1-Islamiyyah, tanpa tahun.
Lie,
Anita, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas, Jakarta: Gramedia, 2008.
Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, Kementrian Agama, 2012
Mohammad Hamim. Fiqih Sistematis, Lirboyo: Zamzam, 2018, cet. ke-1
Mulyasa,
E., Menjadi Guru Profesional: Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Qaradhawi,
Yusuf al-, Al-Halal wa-l-Haram fi-I-lslam,
Kairo: Maktabah Wahbah, 2007.
Rasyid,
Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru, 2019, cet. ke-87
Silberman,
Melvin L, Active Learning: 101 Cara
Belajar Siswa Active, Bandung: Nuansa,
2006
Tafsir,
Ahmad, Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam, Bandung, Maestro, 2008.
Yamin,
Martinis, Kiat Membelajarkan Siswa,
Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
Zaini,
Hisyam, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD, 2002.
RIWAYAT HIDUP
Beberapa buku yang sudah
diterbitkan antara lain: Metode Pengajaran Karakter (Rajawali
Pers, 2014), Guru Berkarakter Nabawi (Pena Utama, 2016), Khutbah Pendidikan
(CV. Patju Kreasi, 2018), Pemikiran Ahli Ra'y Terhadap Hukum Islam (CV. Patju
Kreasi, 2018), Manajemen Konflik
Keluarga Menurut Al-Qur'an (CV. Patju Kreasi, 2018), Fitrah Manusia Menurut Al-Qur'an
(CV. Patju Kreasi, 2018), Pemahaman Keagamaan Guru Pendidikan Agama Islam di DKI
Jakarta (CV. Patju Kreasi, 2018), Ilmu Pendidikan Islam (Rajawali Pers,
2020)
Beberapa
tulisan di Jurnal antara lain: Metode Pengajaran
Karakter Yang Digunakan Rasulullah SAW Kepada Para Sahabat Dalam Kitab Shahih
Muslim (Hikmah Journal of Islamic Studies, 2017), Transformasi Pondok
Pesantren dalam Menanggulangi Radikalisme Agama Pada Pondok Pesantren Daerah
Penyangga Ibu Kota Jakarta (Hikmah
Journal, 2018), Dampak Pemikiran
Ahli Ra'y Terhadap Hukum Islam Kontemporer
(Hikmah Journal of Islamic Studies, 2018), Teaching Methods in
Pesantren to Tackle Religious Radicalism
(Jurnal Pendidikan Islam, 2019), The Relationship of
Self Efficacy towards Improving Quality of Santri Organization in Daar El-Qolam
(Ta'dib: Journal of Islamic Education, 2019), Teaching Methods Of
Character Used To The Companions Of Prophet Muhammad In Saheeh Muslim
(Kordinat| Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi, 2019), Character Building
Through Reinforcement of Islamic Learning
(TARBIYA Journal, 2019), Kompetensi
Pendidikan Agama dalam Surat Al-'Alaq Perspektif Tafsir Al-Misbah Karya
Muhammad Quraish Shibah (Hikmah Journal of Islamic Studies,
2020), Pengaruh Strategi
Pembelajaran Active Knowledge Sharing Terhadap Motivasi Belajar Mata Kuliah
Masa'ilul Fiqhiyah Mahasiswa STAI Alhikmah Jakarta
(Hikmah Journal of Islamic Studies, 2020).
Penulis
pernah mendapatkan penghargaan, kursus atau diklat antara lain: Diklat Pra Jabatan PNS (2003), Pelatihan Strategi dan
Metodologi Pembelajaran Pada Pondok Pesantren (2003), Workshop Manajemen Mutu
dan Metodologi Pengajaran (2004), Orientasi Pembimbing Calon Haji (2004),
Seminar Pemberdayaan Pesantren untuk Transformasi Masyarakat (2005), Workshop,
Sarasehan dan Pembinaan Tenaga Administrasi Pondok Pesantren (2005), In House
Training di SMP Al-Manar (2006), Diklat Amtsilati (2006), Lokakarya Nasional
Tentang Manasik dan Manajemen Haji (2006), In House Training Pumping Teacher
Menjadi Guru Kaya dengan Memompa Potensi Diri dan Melejitkan Dunia Pendidikan
(2006), Lokakarya Implementasi UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(2006), Orientasi Guru Mata Pelajaran Agama Islam Pada MTs Provinsi DKI Jakarta
(2007), Workshop Pengintegrasian Perspektif Gender dalam Kurikulum Pengajaran
Kitab Kuning di Pesantren (2007), Training Metode Menghafal Al-Qur’an Juz 30
dan Asmaul Husna (2007), Menumbuhkan Bakat, Minat dan Talenta Anak di Usia Dini
(2008), Seminar Boarding School : Solusi Pendidikan untuk Melahirkan Pemimpin
Masa Depan (2008), ESQ Leadership Training (2008), Sertifikat Pembimbing Haji
dari Lembaga Dakwah (2009), Life Skill A Short Course Pelatihan Komputer Design
Grafis (2009), Workshop Pemberdayaan Pengelolaan Bimbingan Ibadah Haji Tingkat
Provinsi Jawa Barat (2009), Diklat Metodologi Qiraati (2010), International
Seminar On Islamic Education, Islamization of Hinger Education: Models and
Experiences in Muslim Word (2011), Diklat Sertifikasi Guru dalam Jabatan
(2012), Micro Teaching & Orientasi Pengenalan Pendalaman dan Penerapan
Metodologi Pembelajaran Program Baca Al-Qur’an (2012), Short Course Penelitian
Metode Kuantitatif (2013), Implementasi Penilaian Kinerja Guru Kementrian Agama
Jakarta Selatan (2014), Mengefektifkan Pendidikan Akhlak Mulia (2014),
Penyusunan Silabus, Satuan Acara Perkuliahan, dan Materi Bahan Ajar Berbasis
Integrasi Ilmu Agama dan Sains (2014), Evaluasi Kurikulum PAI Fakultas Tarbiyah
UIN/STAIN (2014), Seminar Hasil Penelitian Kurikulum Prodi PAI Relevansi
Kurikulum Prodi PAI dengan Kebutuhan Tugas Guru Mengajar di Sekolah dan
Madrasah (2014), Diklat Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Kementrian Agama
Republik Indonesia (2015), Pelatihan Manajemen Masjid (2015), Radikalisme Agama
dalam Perspektif Global dan Nasional (2015), Dewan Juri Pekan Olah Raga Seni
Santri DKI Jakarta (2016), Workshop Penyusunan Silabus Mata Kuliah Responsif
Gender (2016), Dewan Juri Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Jakarta Selatan
(2017), Sertifikat Dosen Profesional (2018), Pelatihan Menulis untuk Dakwah
(2018), International Forum on Islam, Education and Global Peace (2019), Pelatihan
Pembuatan E-Module dan Video Pembelajaran (2019), Workshop RUU Pesantren
(2019), Juri Pekan Olah Raga dan Seni Tingkat Kota Jakarta Selatan (2019),
Sosialisasi dan Pemaparan Kurikulum al-Azhar al-Syarif Mesir (2019).
Penulis menikah dengan Hj. Siti Rafiqoh Rachman, M.Ag dan
dikarunai 4 anak yaitu: Aisha Tara Athira, Farouk Tara Aldora, Elzeina Tara
Rahmanar dan Hisyam Tara Hira.
Komentar
Posting Komentar